Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Martiana Noviopy Rae Rato
"Pencampuran dua budaya menjadi suatu budaya baru merupakan pengertian dari akulturasi budaya. Salah satunya yakni percampuran budaya Indonesia dengan Cina. Banyak hasil akulturasi yang sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia utamanya dalam makanan. Namun makanan tersebut tidak diketahui oleh banyak orang bahwa makanan yang sering mereka konsumsi adalah hasil dari akulturasi. Adapun hasil dari akulturasi tersebut yang kini lebih dikenal sebagai makanan khas Yogyakarta, yakni Bakpia. Dengan adanya akulturasi budaya, Bakpia diolah dengan resep dan bahan yang disesuaikan untuk masyarakat Yogyakarta sehingga dapat diterima dengan baik dan digemari oleh masyarakat. Seiring berjalannya waktu, dengan manajemen yang baik dalam berbisnis dan juga dapat melihat peluang, produsen bakpia semakin menjamur dan konsumen pun semakin meningkat. Dari situlah Bakpia sebagai produk hasil dari akulturasi budaya Cina-Indonesia dapat menjadi makanan khas dari Yogyakarta bahkan mengalahkan makanan asli dari Indonesia.

Cultural acculturation is the mixing of two cultures into a new cultures. One of them is the mixing of Indonesian and Chinese cultures. Many results of acculturation have been embedded in the daily lives of Indonesian people, especially in food. But food is not known to many people that the food they often consume is the result of acculturation. The result of this acculturation is now better known as Yogyakarta's specialty food, namely Bakpia. With cultural acculturation, Bakpia is processed with recipes and ingredients thare are tailored to the people of Yogyakarta so that it can be well received and favored by the public. Over time, with good management in doing business and also able to see good opportunities, Bakpia producers are mushrooming and consumers are increasing. From there, Bakpia as a product of Chinese-Indonesian cultural acculturation can become a specialty food from Yogyakarta and even beat the original food from Indonesian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Soegihartono
"Kedatangan para pedangan Cina yang dipimpin laksama Chen Ho di Semarang pada tahun 1412 membuktikan bahwa peristiwa mempengaruhi perbauran budaya Cina dan budaya Jawa. Hubungan perdagangan yang terjadi ketika itu masih berlanjut hingga sekarang. Para pendatang Cina belakangan ke Jawa memutuskan menetap. Mereka disambut penduduk setempat tetapi karena perbedaan budaya para pendatang Cina itu hidup dalam komunitasnya sendiri yang dikenal sebagai Pecinan. Dalam komunitas pecinan itu, para imigran Cina memperlihatkan ethos kerja keras. Mereka mulai bekerja dari jam delapan pagi hingga jam lima sore. Dengan kerja keras mereka memberi pengaruh pada masyarakat asli yang melihat bahwa kesejahteraan keluarga dapat dicapai melalui kerja keras dalam bisnis. Tujuan paper ini memperkenalkan inkulturasi sebagai hasil generasi immigrant Cina yang lahir dan menetap di Indonesia sebagai warga negara Indonesia yang dikenal dengan nama Cina Peranakan."
Jakarta: Pusat Pengembangan Etika Unika Atma Jaya, 2015
300 RJES 20:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yuha Afina Khalish
"Batik telah ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya tak benda Indonesia oleh UNESCO. Batik besurek merupakan salah satu kain batik di Indonesia yang berasal dari Bengkulu. Kain batik besurek memiliki kekhasan pada motifnya, yaitu kaligrafi Arab yang menjadikan hal tersebut sebagai bentuk akulturasi budaya. Akulturasi budaya dalam kain batik besurek juga menghasilkan motif kain besurek baru hasil perkembangan dari perajin kain besurek di Bengkulu. Dalam penelitian ini dibahas tentang hasil akulturasi budaya Arab dengan budaya Indonesia pada batik besurek Bengkulu. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi pustaka dan wawancara. Data-data diperoleh dari artikel jurnal, laporan penelitian, dan buku serta wawancara dengan narasumber. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori akulturasi budaya dari Koentjaraningrat. Hasil dari akulturasi budaya dalam kain batik besurek berupa perkembangan motif kain besurek yang terdapat bunga raflesia yang merupakan ikon dari Provinsi Bengkulu.

Batik has been designated as one of Indonesia's intangible cultural heritage by UNESCO. Besurek batik is a batik cloth in Indonesia originating from Bengkulu. Besurek batik cloth has a unique motif, namely Arabic calligraphy, which makes it a form of cultural acculturation. Cultural acculturation in besurek batik cloth also produces new besurek cloth motifs as a result of developments from besurek cloth craftsmen in Bengkulu. This study discusses the results of the acculturation of Arabic culture with Indonesian culture in Bengkulu besurek batik. This research is a qualitative research using literature and interview methods. The data were obtained from journal articles, research reports and books as well as interviews with source person. The theory used in this study is the theory of cultural acculturation from Koentjaraningrat. The result of cultural acculturation in the development of besurek batik cloth is in the form of besurek cloth motifs which contain rafflesia flowers which are icons of Bengkulu province."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ach Hakiki
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tradisi kupatan lebaran yang dibawa diaspora Muslim Jawa ke Malaysia. Tradisi Kupatan merupakan tradisi yang ada pada umat Islam Jawa yang diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga pada masa Kerajaan Demak untuk proses Islamisasi kala itu. Tradisi Kupatan dilaksanakan tujuh hari setelah hari Raya Idul Fitri, dalam bahasa Jawa ketupat atau kupat diartikan sebagai “Jharwa dhosok” yang juga berarti “ngaku Lepat” yakni seseorang harus mampu meminta maaf ketika melakukan suatu kesalahan. Dalam tradisi kupatan, ketupat menjadi hidangan utama, ketupat berbahan dasar beras, dibungkus dengan janur atau daun kelapa muda dengan bentuk persegi empat. Hadirnya tradisi kupatan di Malaysia karena dibawa oleh komunitas diaspora muslim Jawa, masyarakat lokal Malaysia menerima tradisi kupatan karena mereka memiliki beberapa kesamaan dalam tradisi, seperti bahasa, budaya, dan agama, oleh karena itu tradisi kupatan diterima dengan baik dan menghasilkan nilai-nilai positif bagi masyarakat lokal Malaysia. Pada perkembangannya tradisi kupatan lebaran muslim Jawa dalam diaspora muslim Jawa mengalami akulturasi, namun tidak mengubah hal yang bersifat esensial atau makna pada tradisi tersebut, terbukti bahwa tujuan diadakannya tradisi kupatan lebaran masih sesuai dengan makna dan tujuan awal. Tradisi kupatan lebaran diaspora muslim Jawa di Malaysia menjadi sebuah identitas tersendiri bagi diaspora muslim Jawa, karena masyarakat diaspora muslim lain tidak melakukan itu, dan mempunyai ciri khas yang berbeda. Penulis mengambil studi kasus tradisi kupatan lebaran dalam diaspora muslim Jawa di Malaysia untuk mengetahui bagaimana tradisi tersebut mengalamai akulturasi dan sejauh mana tradisi tersebut menjadi identitas bagi diaspora muslim Jawa di Malaysia. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan sumber data kepustakaan. Konsep yang digunakan adalah akulturasi budaya dan identitas budaya.

This study aims to analyze the Eid kupatan tradition brought by the Javanese Muslim diaspora to Malaysia. The Kupatan tradition is a tradition that existed among Javanese Muslims which was introduced by Sunan Kalijaga during the Demak Kingdom for the Islamization process at that time. The Kupatan tradition is carried out seven days after Eid al-Fitr, in Javanese, ketupat or kupat is interpreted as "Jharwa dhosok" which also means "admit Lepat" that is, one must be able to apologize when one makes a mistake. In the kupatan tradition, ketupat is the main dish, a rice-based ketupat wrapped in janur or young coconut leaves in a rectangular shape. The presence of the kupatan tradition in Malaysia was brought about by the Javanese Muslim diaspora community, the local Malaysian community accepted the kupatan tradition because they have several similarities in tradition, such as language, culture and religion, therefore the kupatan tradition was well received and produced positive values for Malaysian local community. In its development, the Javanese Muslim Eid kupatan tradition in the Javanese Muslim diaspora has acculturated, but does not change essential things or the meaning of the tradition, it is evident that the purpose of holding the Eid Kupatan tradition is still in accordance with the original meaning and purpose. The tradition of Eid kupatan for the Javanese Muslim diaspora in Malaysia has become a separate identity for the Javanese Muslim diaspora, because other Muslim diaspora communities do not do that, and have different characteristics. The author takes a case study of the Eid kupatan tradition in the Javanese Muslim diaspora in Malaysia to find out how this tradition has acculturated and to what extent this tradition has become an identity for the Javanese Muslim diaspora in Malaysia. The author uses qualitative research methods, with library data sources. The concept used is cultural acculturation and cultural identity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Siswayanti
"Masjid Sunan Giri salah satu masjid walisanga yang didirikan oleh Sunan Giri yang arsitektur bangunannya vernacular berakulturasi dengan tradisional Jawa dan budaya yang bercorak Hindu. Artikel menggunakan metode penelitian analisis deskriptif dengan mendeskripsikan komponen-komponen bangunan masjid kemudian dilakukan analisis dan penafsiran. Akulturasi budaya yang tampak terlihat pada Masjid Sunan Giri ialah arsitektur bangunan Joglo tipikal bangunan Jawa yang disanggah dengan empat soko guru;Mustaka pada atap masjid bertumpang mirip meru pada bangunan Hindu, mihrab masjid yang berbentuk lengkungan kalamakara seperti candi, mimbar masjid berbentuk padmasana singgasana dilengkapi dengan ornamen surya Majapahit, florish dan nanas, gapura masjid ber¬bentuk paduraksa mengingatkan pada bentuk bangunan kori agung pada kedathon di komplek Kerajaan Hindu."
Jakarta: Kementerian Agama, 2016
297 JLK 14:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Khalisya Zahwa Rachmadina
"Indonesia dan Belanda dikenal memiliki banyak keterkaitan karena adanya kontak secara terus-menerus pada masa lampau sehingga terdapat berbagai dampak dalam berbagai aspek. Salah satu aspek yang terdampak hingga saat ini adalah budaya, seperti pada restoran-restoran Belanda di Indonesia yang melakukan akulturasi budaya. Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui upaya penyesuaian budaya dalam bentuk akulturasi apa yang telah dilakukan oleh Restoran H.E.M.A. TIS Square Tebet dan bagaimana respon dari para pengunjung terhadap akulturasi yang dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teori akulturasi oleh Redfield, Linton, dan Herskovits melalui pendekatan studi kasus yaitu mengumpulkan data dengan mengobservasi objek yang diteliti melalui wawancara dengan pemilik dan pengunjung restoran H.E.M.A. dan survei langsung ke restoran. Hasil dari penelitian ini yaitu Restoran H.E.M.A. TIS Square Tebet melakukan akulturasi dalam bentuk bahasa, makanan, pakaian, dan juga arsitektur bangunan sebagai upaya untuk menyesuaikan budaya Belanda di Indonesia. Upaya akulturasi budaya Belanda dan Indonesia yang dilakukan oleh Restoran H.E.M.A. ini berhasil menarik perhatian para pengunjung karena dapat menambah pengetahuan budaya Belanda dan Indonesia.

Indonesia and the Netherlands are known to have many connections because there was continuous contact in the past so that there were various impacts in various aspects. One aspect that has been affected to this day is culture, as in Dutch restaurants in Indonesia which carry out cultural acculturation. This research was made with the aim of knowing what cultural adjustment efforts in the form of acculturation have been carried out by the H.E.M.A. Restaurant. TIS Square Tebet and how the response from visitors to the acculturation carried out. This study uses a qualitative method with the theory of acculturation by Redfield, Linton, and Herskovits through a case study approach, namely collecting data by observing the object under study through interviews with H.E.M.A. restaurant owners and visitors. then survey directly to the restaurant. The results of this study are the H.E.M.A. Restaurant. TIS Square Tebet acculturates in the form of language, food, clothing, and also building architecture as an effort to adapt Dutch culture in Indonesia. Efforts to acculturate Dutch and Indonesian culture carried out by the H.E.M.A. Restaurant This succeeded in attracting the attention of the visitors because it could increase knowledge of Dutch and Indonesian culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sugihanto Rahim
"Mayoritas penduduk Bali merupakan pemeluk agama Hindu. Nuansa Hindu teramat sangat kental dirasakan ketika mengunjungi pulau Bali yang juga dinamakan pulau seribu Pura ini, namun dibalik kentalnya nuansa tersebut, terdapat beberapa kampung Islam yang berkembang di Pulau Seribu Pura ini, meskipun hanya menjadi penduduk mayoritas kedua, namun keberadaan umat Islam di Bali dapat menghadirkan keragaman bagi pulau Dewata ini. Penelitian ini dilaksanakan Di Kampung Kecicang Kecamatan Bebandem karangasem Bali bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Proses Akulturasi Budaya dan Modal Sosial antara masyarakat minoritas muslim dengan masyarakat mayoritas Hindu di kampung Kecicang Islam dalam mengantisipasi dan meredam potensi-potensi konflik yang kerap muncul di kedua belah pihak sehingga tidak menjadi konflik terbuka serta apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam proses Akulturasi Budaya dan Modal Sosial ini, Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, dalam Akulturasi budaya dan modal sosial antara masyarakat Muslim dan Hindu di Kampung Kecicang sudah terbentuk dengan baik dan kuat dan telah memiliki landasan yang kuat, baik secara historis maupun empiris atas dasar ini segala potensi-potensi konflik dapat diatasi bersama sebelum menjadi konflik terbuka.

The majority of the population of Bali is Hindu. Nuance Hindu is very thick felt when visiting the island of Bali which is also called the island of a thousand temples, but behind these nuances, there are several Muslim villages that developed in the Island of Thousand Temples, although only the second majority population, but the presence of Muslims in Bali bring diversity to the resort island. This research was conducted in the village of Kecicang District of Bebandem Karangasem Bali aims to determine the extent of Acculturation Process Cultural and Social Capital among Muslim minority communities with the majority Hindu community in the village Kecicang Islam in anticipating and mitigating potential conflicts that often arise on both sides so it does not into open conflict as well as any supporting factors and obstacles in the process of Acculturation Culture and Social Capital, the research was conducted using qualitative methods with a phenomenological approach, in acculturation and social capital between Muslim and Hindu in the village is well established Kecicang and strong and has a solid foundation, both historically and empirically on the basis of these all potential conflicts can be resolved before an open conflict with.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library