Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148669 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Ardian Syah
"Gambar cadas yang terdapat pada Gua Pondoa di Kawasan karst Matarombeo konawe utara merupakan salah satu diantara banyak situs yang menyimpan sejumlah bukti artefactual, utamanya gambar cadas berwarna hitam. Makalah proyek akhir ini membahas mengenai gambar cadas yang diasumsikan sebagai salah satu media berkomunikasi yang bersifat non-verbal. Sesuai dengan permasalahan yang diangkat yaitu bagaimana bentuk komunikasi non-verbal pada gambar cadas di Gua Pondoa di Kawasan perbukitan karst Matarombeo, Konawe Utara? Olehnya itu, penelitian ini berusaha untuk mengkaji gambar cadas Gua Pondoa dengan memakai sudut pandang komunikasi. Penelitlian ini dilakukan dengan metode pengumpulan data gambar cadas Gua Pondoa meliputi pencatatan dan pendeskripsi serta pemotretan, pembuatan denah, dan pengambilan koordinat situs. Lalu dianalisis menggunakan pendekatan komunikasi non-verbal yang menjelaskan peran dasar interaktor dalam pembuatan gambar cadas dan interpretasi terhadap data yang telah dianalisis. Hasil penelitian menunjukan bahwa komunikasi non-verbal yang terjadi pada gambar cadas Gua Pondoa meliputi tiga proses komunikasi yang berbeda. Pertama, proses tiga interaktor seniman (sender), gambar cadas (emitter) dan peneliti (receiver) adalah proses dengan perannya masing-masing. Proses kedua yakni proses dengan dua interaktor yakni sender dan receiver adalah individu yang sama dimana sender mengirimkan pesan dalam bentuk gambar emitter namun sender juga yang menyimpulkan apa yang digambar sebagai receiver. Lalu proses ketiga, proses dengan satu interaktor artinya sender, emitter, dan receiver adalah individu yang sama. Seperti seniman membuat gambar manusia yang merupakan representasi dari dirinya sendiri dan seniman tersebut juga menyimpulkan hasil dari aktivitasnya. Berdasarkan motif gambar dikaitkan dengan konteks dan mode interaksinya diketahui bahwa seniman menggambarkan bentuk komunikasi material, komunikasi teknologi, komunikasi simbolik, komunikasi sosial, dan komunikasi ekonomi yang disampaikan secara non-verbal.

The rock art found in Pondoa Cave in the Matarombeo karst area, North Konawe is one of the many sites that holds several artefactual evidence, especially black rock art. This thesis discusses rock art which is assumed to be a non-verbal communication medium. Following the problem raised, namely what is the form of non-verbal communication in the rock art in Pondoa Cave in the Matarombeo karst hill area, North Konawe? Therefore, this research attempts to examine the rock art at Pondoa Cave using a communication perspective. This research was carried out using the Rock Art at Pondoa Cave data collection method, including recording, and describing as well as photographing, making floor plans, and taking site coordinates. Then it is analyzed using a non-verbal communication approach which explains the basic role of interaktors in creating rock images and interpreting the data that has been analyzed. The research results show that the non-verbal communication that occurs in the Pondoa Cave art includes three different communication processes. First, the process of the three interaktors, artist (sender), rock image (emitter), and researcher (receiver), is a process with their respective roles. The second process is a process with two interaktors, namely the sender and receiver, who are the same individual, where the sender sends a message in the form of an image of the emitter, but the sender also concludes what is drawn as the receiver. Then the third process, a process with one interaktor, means that the sender, emitter, and receiver are the same individual. An artist makes a human image which is a representation of himself, and the artist also concludes the results of his activity. Based on image motifs related to the context and mode of interaction, it is known that artists depict forms of material communication, technological communication, symbolic communication, social communication, and economic communication which are conveyed non-verbally."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Sabri
"Gambar cadas motif perahu merupakan salah satu bukti yang dapat merepresentasikan kehidupan masyarakat pada masa lampau terutama masyarakat berorientasi maritim. Gambar tersebut telah ditemukan di sejumlah wilayah di Indonesia, tak terkecuali di wilayah Pegunungan Karst Matarombeo, Kabupaten Konawe Utara. Penelitian ini berupaya melihat bagaimana representasi dimensi sosial yang ditampilkan dalam konteks motif perahu di wilayah tersebut. Penelitian ini menerapkan teori ideologi yang diungkapkan oleh Althusser serta menggunakan model analisis yang diungkapkan oleh Johan Ling. Penelitian ini menggunakan empat tahapan sebagaimana yang diungkapkan Sharer dan Ashmore yang terdiri atas: pengumpulan data, pengolahan data, analisis data serta interpretasi data. Hasil penelitian ini menemukan sebanyak 9 situs gua dengan jumlah panel perahu sebanyak 64 panel yang menggambarkan 168 motif perahu. Dari keseluruhan panel, 16 panel ditemukan Gua Ladori, dua panel di Gua Watu Tinuda, dua panel di Gua Songkonuai, dua panel di Gua Tengkorak 5, 17 panel di Gua Tengkorak 6, 10 panel di Gua Wonuampue 2, enam panel di Gua Wita Teresa, lima panel di Gua Komapo Wulu 2 dan empat panel ditemukan di Gua Pondoa. Dari klasifikasi bentuk perahu, ditemukan enam tipe motif perahu yakni: Tipe A, berupa motif perahu sederhana tanpa linggi bercabang dan hiasan (35 motif), Tipe B, perahu dengan salah satu linggi bercabang (60 motif), Tipe C, perahu dengan salah satu linggi bercabang dan linggi lainnya berhias (60 motif), Tipe D, perahu bercadik (enam motif), Tipe E, perahu dengan layar (satu motif) dan Tipe F, perahu yang mengalami kerusakan (enam motif). Lebih lanjut, penelitian ini menemukan bahwa gambar cadas perahu di wilayah tersebut menggambarkan tiga jenis dimensi sosial yakni penggambaran lingkungan dan tindakan sosial, posisi sosial, dan fitur ikonik. Adapun ketiga bentuk gambar tersebut cenderung ditemukan secara bersamaan dalam sebuah panel gambar perahu. Diketahui pula bahwa panel yang menggambarkan ketiga dimensi sosial dalam sebuah panel secara umum menggambarkan perahu Tipe C dan B yang cenderung lebih raya dan bervariasi. Dengan demikian, gambar-gambar yang ditemukan dapat dianggap menggambarkan realitas yang nyata serta imajiner dari ideologi dari pembuatnya.

Rock art with boat motifs is one of the evidences that can represent the life of society in the past, especially maritime-oriented society. The image has been found in several regions in Indonesia, including in the Matarombeo Karst Mountains, North Konawe Regency. This study attempts to see how the representation of the social dimension is displayed in the context of boat motifs in the region. This study applies the ideology theory expressed by Althusser and uses the analysis model expressed by Johan Ling. This study uses four stages method expressed by Sharer and Ashmore, consisting of: data collection, data processing, data analysis and data interpretation. This study found 9 cave sites with a total of 64 boat panels depicting 168 boat motifs. Of the total panels, 16 panels were found in Ladori Cave, two panels in Watu Tinuda Cave, two panels in Songkonuai Cave, two panels in Tengkorak 5 Cave, 17 panels in Tengkorak 6 Cave 6, 10 panels in Wonuampue Cave 2, six panels in Wita Teresa Cave, five panels in Komapo Wulu Cave 2 and four panels were found in Pondoa Cave. From the classification of boat shapes, six types of boat motifs were found, namely: Type A, in the form of simple boat motif without branching linggi and decoration (35 motifs), Type B, boat with one branching linggi (60 motifs), Type C, boat with one branching linggi and the other decorated (60 motifs), Type D, an outrigger boat (six motifs), Type E, a boat with sails (one motif) and Type F, damaged boat (six motifs). Furthermore, this study found that the rock art of boats in the area depict three types of social dimensions, namely depictions of the environment and social actions, social positions, and iconic features. The three forms of images tend to be found together in a boat image panel. It is also known that panels depicting the three social dimensions in a panel generally depict boat Types C and B which tend to be more extensive and varied. Thus, the images found can be considered to depict the real and imaginary reality of the ideology of the maker."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
"Penelitian ini mengenai gambar tangan yang banyak terdapat pada gua-gua prasejarah di daerah Pangkep dan Maros Sulawesi Selatan. Gambar tangan yang banyak tersebut menunjukkan persamaan dan perbedaan baik bentuk maupun keletakannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola gambar tangan pada gua-gua prasejarah di daerah Pangkep dan Maros, Serta perbedaan antara gambar tangan di daerah Pangkep dan Maros yang menunjukkan dua subkebudayaan. Penelitian ini didasarkan atas pandangan normatif dari kebudayaan (normative view of culture), bahwa perilaku manusia itu berpola. Pola-pola itu ditentukan oleh kebudayaan dan bersifat normatif, yakni menunjukkan ketaatan pada suatu perangkat aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku yang diturunkan dari generasi ke generasi. Adapun gambar tangan yang dianalisis berjumlah S49 gambar dari 745 gambar yang teridentitikasi pada 36 situs gua dari 101 gua yang disurvei.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat pola gambar tangan pada gua-gua prasejarah tersebut. Terdapatnya pola tersebut menunjukkan adanya norma-norma yang sama yang rnengarahkan dan menjadi landasan perilaku masyarakat di daerah Pangkep dan Maros pada masa Ialu dalam membuat gambar tangan dan penempatannya dalam gua-gua mereka. Pola gambar tangan di wilayah Pangkep-Maros itu ditunjukkan dengan bentuk negative hand stencil berupa telapak kiri atau kanan yang berorientasi ke atas, memiliki limajari, berukuran besar, dan berwarna cokelat. Seiain itu, diketahui pula terdapat dua pola penggambaran bentuk gambar tangan yang berbeda; di daerah Pangkep berdasarkan bagian guanya terbanyak terdapat pada bagian belakang gua, sedangkan di daerah Maros terbanyak terdapat pada bagian depan gua. Sementara itu, berdasarkan biclang guanya terbanyak di daerah Pangkep diternukan di langit-langit gua, sedangkan di daerah Maros terbanyak ditemukan di dinding gua. Pola yang berbeda tersebut diperkirakan merupakan dua subkebudayaan (subculture) dalarn satu wilayah kebudayaan yang sama (Sulawesi Selatan)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
D853
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lewis-Williams, David
London: Thames & Hudson, 2002
913 LEW m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhammad Faisal Chair
"Penelitian ini berfokus pada analisis gambar cadas di Gua Basurek, Kabupaten Solok, Sumatra Barat. Metode analisis yang digunakan adalah psikoanalisis dengan pendekatan autoetnografi terhadap motif antropomorfis, zoomorfis, geometris, agraris, dan stilasi. Penelitian ini mengungkapkan bahwa konsep psikoanalisis Sigmund Freud dapat diaplikasikan secara efektif dalam menganalisis gambar cadas di Gua Basurek. Dengan memahami tiga tingkat kesadaran: sadar, prasadar, dan tak sadar, serta struktur mental atau kepribadian das Es, das Ich, dan das Über-Ich, sehingga dapat melihat bagaimana dorongan, konflik, dan nilai-nilai moral terinternalisasi dalam karya gambar cadas tersebut. Gambar cadas di Gua Basurek mencerminkan dinamika psikologis dan budaya seniman pembuatnya yang selaras dengan sosial dan budaya masyarakat Minangkabau. Dorongan primitif (das Es) yang dilambangkan dalam motif kesuburan dan pertanian menunjukkan pengaruh naluri dasar, sementara gambar yang berkaitan dengan upacara adat dan metafora filsafat memperlihatkan peran das Über-Ich. Das Ich bertindak sebagai mediator, memungkinkan para seniman untuk menyeimbangkan dorongan-dorongan ini dalam gambar cadas. Pendekatan autoetnografi memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana identitas budaya dan pengalaman pribadi seniman berperan dalam penciptaan gambar cadas. Seniman terkait dengan kebudayaan Minangkabau tidak hanya mengekspresikan diri mereka melalui gambar cadas, tetapi juga memproses konflik internal dan ketegangan psikologis mereka, menjadikan gambar cadas sebagai media untuk mengeksternalisasi nilai-nilai sosial dan moral komunitas mereka. Proses penciptaan gambar cadas yang seringkali terkait dengan ritual menunjukkan adanya hubungan erat antara seni dan spiritualitas. Gua Basurek, yang digunakan sebagai tempat meditasi dan spiritualisme, berfungsi sebagai ruang di mana individu dapat mengakses elemen-elemen tak sadar dan menguatkan pengaruh das Über-Ich dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menggabungkan psikoanalisis dan autoetnografi, penelitian ini memberikan gambaran yang komprehensif tentang bagaimana gambar cadas merefleksikan dan memperkuat identitas budaya Minangkabau, menyeimbangkan antara dorongan dasar, adaptasi sosial, dan nilai-nilai moral.

This research focuses on analyzing rock art in Gua Basurek, Solok Regency, West Sumatra. The analysis method used is psychoanalysis with an autoethnographic approach to anthropomorphic, zoomorphic, geometric, agrarian, and stylized motifs. This study reveals that Sigmund Freud's psychoanalysis concepts can be effectively applied in analyzing the rock art in Gua Basurek. By understanding the three levels of consciousness: conscious, preconscious, and unconscious, as well as the mental structure or personality of the Id, Ego, and Superego, the author can see how drives, conflicts, and moral values are internalized in the rock art works in Gua Basurek. The rock art in Gua Basurek reflects the psychological and cultural dynamics of the artists, aligning with the social and cultural context of the Minangkabau community. Primitive drives (the Id) symbolized in fertility and agricultural motifs show the influence of basic instincts, while images related to traditional ceremonies and philosophical metaphors illustrate the role of the Superego. The Ego acts as a mediator, allowing artists to balance these drives in the rock art. The autoethnographic approach provides deep insights into how cultural identity and personal experiences of the artists play a role in the creation of rock art. Artists associated with Minangkabau culture not only express themselves through rock art but also process their internal conflicts and psychological tensions, using the rock art as a medium to externalize the social and moral values of their community. The creation process of rock art, often linked to rituals, indicates a close relationship between art and spirituality. Gua Basurek, used as a place for meditation and spirituality, serves as a space where individuals can access unconscious elements and reinforce the influence of the Superego in daily life. By combining psychoanalysis and autoethnography, this study provides a comprehensive view of how rock art reflects and strengthens the cultural identity of the Minangkabau people, balancing basic drives, social adaptation, and moral values."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibuea, Bidari Medi
"Komunikasi non verbal adalah bagian dari komunikasi yang selalu dilakukan oleh masyarakat. Komunikasi non verbal bisa berupa simbol, salah satunya adalah tato. Tato adalah sebuah karya yang mempunyai beragam sejarah, tetapi penggunaannya sebagai penghantar pesan tidak berubah sampai sekarang. Penulis ingin memaparkan motivasi seseorang dalam menato dirinya, bentuk kelompok yang menjadi dasar dari tato, konteks budaya dalam hadirnya tato, dan evaluasi terhadap konvensi tato pada media massa. Penulisan ini berguna untuk menjabarkan tato sebagai bagian dari komunikasi non verbal yang sudah sering digunakan oleh masyarakat. Informan yang digunakan untuk membantu dalam penulisan ini berusia 20-30 tahun, laki-laki dan perempuan dengan latar belakang profesi yang berbeda. Hasilnya adalah motivasi seseorang membuat tato karena ingin menyatakan karakter dirinya dan menimbulkan persepsi yang sama dengan orang di sekitarnya.

Non-verbal communication is part of everyday language that is commonly practiced in the society. It can materialize in the form of symbolism, and tattoo being one of them. Tattoo is an art that has many historical background attached to it, but its usefulness as a message-deliverer has remain unchanged until now. The author proposes to explore the motivation that drives people to have their body tattoed, the types of society that determine the tattoo, the cultural context behind the tattoo, and the evaluation on tattoo's convention on mass media. This paper is particularly useful in analysing tattoo as an important part of the non-verbal communication that is widely used by the society. The participants involved in the writing of this paper range between twenty to thirty years old in age, both men and women with various background professions. The result shows us that what motivates a person to have tattoo is the need to display his or her character, as well as to generate a similar perception with those around them."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Tondi Mirzano
"Gambar pada gua prasejarah atau gambar cadas merupakan salah satu data arkeologi. Skripsi ini membahas mengenai bentuk motif figuratif gambar cadas pada Situs Sasere Oyomo, Kaimana, Papua Barat. Jumlah motif figuratif yang diteliti dalam penelitian ini adalah 72 motif. Komponen analisis yang digunakan dalam tipologi bentuk motif ini adalah atribut yang paling menonjol dari setiap motif. Secara keseluruhan, penelitian ini menghasilkan lima tipe dan 28 varian motif figuratif. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa setiap penggambaran motif figuratif memiliki bentuk dan variasi masing-masing yang menjadi ciri khas dari setiap penggambaran motif.

Pictures on prehistoric cave or rock art is one of the archaeological data. This research discusses the form of figurative motifs on Sasere Oyomo Site, Kaimana, West Papua. The number of figurative motifs which are used in this research are 72 motifs. The components of analysis which are used in this form typology of this motifs is the depiction of the attribute. Overall, this research produced five types and 28 forms from the basic shape of the figurative motifs. Based on the analysis, it can be seen that each depiction of rock art motif has the variety which are become the characteristic of every depiction motif."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S63700
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leihitu, Irsyad
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan karena banyaknya variasi gambar cadas di Leang Uhallie. Penelitian
ini berusaha untuk mengetahui hubungan antara bentuk-bentuk dan keletakan gambar cadas
di Leang Uhallie sehingga diketahui pola penggambaran dan perilaku manusia masa lalu
dalam menggambar gambar cadas. Berdasarkan analisis bentuk diketahui bahwa terdapat 21
varian motif tangan dan enam varian motif hewan. Dari analisis keletakkan diketahui bahwa
gambar-gambar cadas digambarkan secara berdekatan pada dinding dan langit-langit gua.
Melalui analisis bentuk dan kontekstual diketahui pola dari tiap motif, yaitu motif tangan
digambarkan dengan pola acak dan motif hewan digambarkan dengan pola individu dan
berpasangan. Sementara itu, motif tangan dan motif hewan memiliki pola yang saling
beriringan.

ABSTRACT
This research was conducted because of the large variety of the rock art in Leang Uhallie.
This study is trying to determine the relationship between form and its locations in Leang
Uhallie to determine the pattern and human behavior in the past in depictions of rock art.
Based on the form analysis is known that there are 21 variants motif hand and six variants
animal motif and from contextual analysis is known that the rock art was depicted on the
walls and ceiling of the cave. With the form and contextual analysis it can be seem that handstencil
was depicted with a random pattern and animal motif was depicted in individuals and
pairs. Meanwhile, both of hand-stencil and animal motif was depicted contiguously."
2016
S65403
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bintang Rahmat
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi variasi motif manusia beserta pola yang terbentuk dari variasi tersebut di Gua Metanduno di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. Penelitian diawali dengan penelusuran kepustakaan yang berkaitan dengan topik yang dibicarakan dan dilanjutkan dengan survei. Survei ini dilaksanakan untuk memperoleh data keadaan gua dan lingkungannya dengan melakukan pemetaan, pemotretan gua, dan gambar cadas yang ada didalamnya yang dilengkapi dengan deskripsi. Pada tahap analisis dilakukan analisis khusus terhadap atribut-atribut motif manusia, seperti bentuk badan, alat yang melekat di kepala atau tangan, dan jenis kendaraan yang dinaiki. Tahap terakhir berupa pengintegrasian hasil analisis khusus yang menghasilkan kesimpulan adanya tiga variasi motif, yaitu manusia menaiki perahu, menaiki kuda, dan tidak menaiki apa pun. Ketiga variasi motif manusia tersebut memiliki pola tersendiri yang berkaitan dengan bentuk badannya.

ABSTRACT
This research aims to identify the variations of human motif depiction and the patterns derived from these variations in Metanduno Cave on Muna Island, Southeast Sulawesi. The research started with the investigation of relevant literatures followed by survey. The survey is conducted to collect data concerning the cave and its surroundings by mapping and photographing the cave and the rock art, completed with detail description. In the analytical step, specific analysis is attended toward the attributes of human motif, such as body shape, artefacts attached to the head and hands, and vehicle being mounted. Finally, the result of the integration of specific analysis shows the presence of three human motif variations: human on boat, human riding a horse, and human on its own. Each of these three human motif variations have its own pattern of depiction associated to its body shape.
"
2016
S64824
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>