Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 218220 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zulian Ismail Dewandanu
"Sayap belakang (SB) merupakan salah satu pesawat aerodinamika yang paling terkemuka, sehingga melahirkan banyak studi serta analisis terhadapnya. Namun, banyak dari studi tersebut tidak menyinggung efek terhadap dinamika kendaraan dari SB tersebut. Studi ini bertujuan untuk mengukur peningkatan performa pada sebuah mobil balap karena penggunaan SB melalui simulasi CFD dan analisa empirik. Studi ini dilakukan pada model CAD Williams F1 FW42, di mana pada pengujian CFD dibuat 7 juta meshing cells. Simulasi ini menggunakan model turbulensi K-Ɛ untuk mendapatkan data gaya angkat dan hambat. Performa mobil, seperti kurva traksi dan rasio gigi, diperoleh dengan menggunakan data telemetri pada Sirkuit Autódromo José Carlos Pace (Interlagos), yang juga digunakan untuk memodelkan performa mobil hasil simulasi di dunia nyata. Dari hasil studi, didapatkan bahwa penggunaan SB berkontribusi terhadap 27.3% total gaya angkat, 28.5% total gaya hambat, dan meningkatkan 20.9% kelajuan maksimum pada sebuah tikungan. Hasil-hasil tersebut berakumulasi sehingga, secara teoretis, penggunaan SB dapat memangkas waktu putaran hingga 1.745 detik walaupun meningkatkan penggunaan bahan bakar hingga 2.13%.

The rear wing (RW) is one of the most iconic aerodynamic devices to be put on a car, spawning many analyses and examinations. However, most of those studies on the aerodynamics of a RW do not relate its effects to the vehicular dynamics. This study aims to gauge the performance gains of a race car due to the utilization of the RW, via CFD simulation and empirical analysis. This study is done on a Williams FW42 Formula 1 car, on which CFD testing was conducted using a full-scale CAD model of the car, meshed to 7 million cells. The simulation used K-Ɛ turbulence model to find lift and drag figures. The car’s performance, such as gear ratios and traction band, was approximated using telemetry footage data from a qualifying lap at Autódromo José Carlos Pace (Interlagos) circuit, on which the model car is simulated to run as well. From the study, it was found that on average, the RW contributes to 27.3% of the total downforce generated, 28.5% of the drag, and 4.33% increase in limiting cornering velocity. These results culminate in a theoretical 1.745 second faster lap time for the car equipped with the RW, though with a worse fuel efficiency as seen by a 2.13% increase in fuel consumption."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christianus Gerry Wijaya
"Williams FW42 adalah mobil balap Formula Satu yang dirancang oleh Paddy Lowe untuk tim ROKiT Williams Racing, untuk bersaing di Kejuaraan Dunia Formula Satu FIA 2019. Mobil tersebut memulai debutnya di Grand Prix Australia 2019, dikemudikan oleh Juara Formula 2 FIA 2018 George Russell yang melakukan debutnya di Formula Satu; dan Robert Kubica, dengan desain mobil yang mengalami banyak kemunduran, studi sayap depan dan hubungannya dengan gaya traksi dapat dilihat dengan menerapkan dinamika fluida komputasi dan menggunakan beberapa rumus. Dengan CFD, pengujian dilakukan menggunakan model CAD skala penuh dari mobil yang dibuat di Solidwork, disambungkan ke 7 juta sel menggunakan STAR CCM. Sementara simulasinya sendiri menggunakan pemecah model turbulensi K-Ɛ untuk menemukan nilai lift dan drag. Performa mobil diperkirakan menggunakan rekaman video telemetri, dari mana rasio roda gigi dan torsi yang tersedia diperoleh. Mobil ini dimodelkan untuk berjalan di Autodromo Jose Carlos Pace. Sirkuit yang terletak di Brasil. Terakhir, dari studi tersebut, terlihat bahwa sayap depan memberikan kontribusi sebesar 19,5% dari total downforce yang dihasilkan, 20,7% peningkatan kecepatan sudut pembatas, dan 12% dari gaya drag. Semua ini menghasilkan waktu lap lebih cepat setidaknya 3,756 detik untuk mobil yang dilengkapi sayap depan.

The Williams FW42 is a Formula One racing car designed by Paddy Lowe for the ROKiT Williams Racing team, to compete in the 2019 FIA Formula One World Championship. The car made its debut at the 2019 Australian Grand Prix, driven by 2018 FIA Formula 2 Champion George Russell who made his Formula One début; and Robert Kubica, with the design of the car set to many setbacks, the study of Front wing and its relation to traction force can be seen by implementing computational fluid dynamics and using some formula. With CFD, testing was conducted using a full scale CAD model of the car created in Solidwork, meshed to 7 million cells using STAR CCM. While The simulation itself is using K-Ɛ turbulence model solver to find the lift and drag values. The car’s performance was approximated using telemetry video footage, from which gear ratios and available torque was derived. The car is modeled to run on the Autodromo Jose Carlos Pace. A circuit located in Brazil. Finally,from the study, it can be seen that the front wing contributes to 19.5% of the total downforce generated, 20.7% increase in limiting corner velocity, and 12% of the drag force. All of this results in at least 3.756 seconds faster lap times for the car equipped with the front wing.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Riffat Muntaz Heidir
"Performa aerodinamis mobil balap sangat penting dalam kompetisi Formula Student, dimana optimalisasi setiap komponen sangatlah penting. Elemen kuncinya adalah rear wing, yang secara signifikan berdampak pada downforce dan drag. Studi ini menyelidiki dampak wingtip vortex pada berbagai desain endplate untuk meningkatkan performa aerodinamis rear wing mobil balap Formula Student. Dengan menggunakan simulasi Computational Fluid Dynamics (CFD) dan pengujian wind tunnel, penelitian ini mengidentifikasi profil endplate yang paling efektif untuk meningkatkan efisiensi aerodinamis. Metodologinya mencakup simulasi CFD dan validasi melalui uji wind tunnel pada model berskala pada kecepatan 20 km/jam. Hasilnya menunjukkan bahwa desain rear cut-out menghasilkan downforce tertinggi, meskipun konsekuensinya lebih banyak drag, dan CL/CD tertinggi. Dalam CFD, desain tersebut memiliki downforce 3,34% lebih banyak, drag 0,9% lebih banyak, dan CL/CD 2,44% lebih banyak. Pengujian wind tunnel menunjukkan tren serupa, meskipun hasilnya memiliki beberapa penyimpangan, dengan downforce lebih besar 13,3% dan drag lebih besar 18,69%, karena beberapa faktor yang menyebabkan penyimpangan tersebut, CL/CD cut-out belakang pada pengujian wind tunnel adalah 6,61% lebih kecil dari baseline design.

The aerodynamic performance of race cars is crucial in Formula Student competitions, where optimizing each component is essential. A key element is the rear wing, which significantly impacts downforce and drag. This study investigates the impact of wingtip vortices on various endplate designs to enhance the aerodynamic performance of a Formula Student race car's rear wing. Using Computational Fluid Dynamics (CFD) simulations and wind tunnel testing, the research identifies the most effective endplate profile for improving aerodynamic efficiency. The methodology includes CFD simulations and validation through wind tunnel tests on a 1:5 scaled model at 30 m/s. Results reveal that the rear cut-out design achieves the highest downforce, though more drag as a consequence, and highest CL/CD. In CFD, it has 3.34% more downforce, 0.9% more drag, and 2.44% more CL/CD. The wind tunnel test shows similar trend, although the result has some deviations, with 13.3% more downforce and 18.69% more drag, due to some factors that causes the deviations, the CL/CD of the rear cut-out on the wind tunnel test is 6.61% less than the baseline design."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rivaldo Gere Gurky
"Bagian sayap depan mobil adalah salah satu elemen aerodinamis yang memberikan dampak
signifikan karena pengaruhnya terhadap aliran udara di seluruh bagian badan mobil karena
sayap depan mobil merupakan bagian pertama yang bersentuhan dengan udara. Sayap depan
mobil juga memengaruhi aliran udara pada saluran rem, radiator dan diffuser, dan main engine
intake. Lokasinya sebagai elemen aerodinamis yang terkena fluida terlebih dahulu menjadi
sangat penting karena produksi downforce oleh sayap depan juga akan memberikan dampakdampak
lain kepada komponen lain sampai di belakang. Dengan dasar ini, penulis ingin melihat
perkembangan aspek aerodinamis yang dipengaruhi oleh sayap depan pada tahun 2018 dan
2019. Penelitian ini dibantu oleh perangkat luna berupa auto desk inventor untuk mendesain
sayap depan dan CFD untuk menyimulasikan sisi aerodinamis pada sayap depan yang telah
didesain. Berdasarkan hasil analisis yang telah dibuat oleh penulis, dapat disimpulkan bahwa
desain sayap depan tahun 2019 berhasil memberikan down force yang lebih besar dibandingkan
dengan sayap depan tahun 2018 sebesar 35%, down coefficient sebesar 10%, penurunan drag
coefficient sebesar 4%, dengan adanya kenaikan pada nilai drag force sebesar 16% pada bagian
sayap depan. Hal ini dikarenakan bentuk sayap depan 2018 memiliki cascade yang
mengarahkan fluida untuk menjauh dari ban dengan tujuan mengurangi drag force.

The front wing of the car is the only aerodynamic element that has a significant impact because
of its effect on air flow throughout the body of the car and because the front wing of the car is
the first part that comes into contact with air. The front wing of the car also affects the air flow
in the brake lines, radiator and diffuser, and the main engine intake. Its location as an
aerodynamic element that is exposed to the fluid first becomes very important because the
production of downforce by the front wing will also have other impacts on other components
downstream. With this basis, the author wants to see the development of aerodynamic aspects
that are influenced by the front wing in 2018 and 2019. This research is assisted by a software
tool in the form of an auto desk inventor to design the front wing and CFD to simulate the
aerodynamic side of the designed front wing. Based on the results of the analysis made by the
author, it can be concluded that the front wing design in 2019 succeeded in providing a down
force greater than the 2018 front wing by 35%, down coefficient by 10%, decrease in drag
coefficient by 4%, with an increase at a drag force value of 16% on the front wing. This is
because the shape of the front wing 2018 has a cascade that directs the fluid to move away
from the tire in order to reduce drag force.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alfaz Ryvalbi
"In the automotive sector, reducing drag force has emerged as one of the top priorities. The goal of this study was to reduce drag by utilizing devices for passive flow regulator like vortex generators, diffuser slices beneath the rear body, and wing spoilers as external modifications. The purpose of this study is to learn more about the role of Flow Separation, the most recent developments in Vortex Generator technology, and how to maximize downforce without reducing drag coefficient. The study looked at the impact of inlet velocity and Reynolds number on the drag force at lengths that match to incompressible automobile models. A theoretical investigation was carried out on a KIA model car utilizing the finite volume technique (FVM) to solve the Reynolds-averaged Navier-Stokes equations. Data on KIA pride is provided. The SOLIDWORKS 2018 and ANSYS Fluent 19 computational fluid dynamics (CFD) software were used for all computational analyses and adjustments. The automobile under analysis has a drag coefficient of 0.34. Data research reveals that vortex generators, rear wing spoilers, and modified rear under-body diffuser slices can all lower drag by up to 1.73%, 3.05%, and 2.47%, respectively. When, in fact, it might be decreased by up to 3.8% by combining all of the prior changes.

Di sektor otomotif, upaya mengurangi gaya hambat telah muncul sebagai salah satu prioritas utama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengurangi gaya hambat dengan memanfaatkan perangkat kontrol aliran pasif seperti vortex generator, irisan diffuser under body belakang, dan spoiler sayap belakang sebagai modifikasi eksternal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari lebih lanjut tentang peran Flow Separation, perkembangan terbaru dalam teknologi Vortex Generator, dan bagaimana memaksimalkan downforce tanpa mengurangi koefisien gaya hambat. Studi ini melihat dampak dari kecepatan masuk inlet dan bilangan Reynolds dalam gaya hambat pada panjang yang sesuai dengan model mobil yang tidak dapat dimampatkan. Investigasi teoretis dilakukan pada mobil model KIA dengan menggunakan teknik volume hingga (FVM) untuk menyelesaikan persamaan Navier-Stokes rata-rata bilangan Reynolds. Data tentang model KIA disediakan. Perangkat lunak komputasi fluid dynamics (CFD) ANSYS Fluent 19 dan SOLIDWORKS 2018 modeler digunakan untuk semua analisis dan penyesuaian komputasi. Mobil yang dianalisis memiliki koefisien hambatan 0,34. Riset data mengungkapkan bahwa vortex generator, spoiler sayap belakang, dan irisan diffuser bagian bawah bodi belakang yang dimodifikasi semuanya dapat menurunkan hambatan masing-masing hingga 1,73%, 3,05%, dan 2,47%. Padahal, sebenarnya, itu bisa dikurangi hingga 3,8% dengan menggabungkan semua perubahan sebelumnya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Hammam Gopar
"Penelitian ini mempelajari terkait analisis hambatan kapal bulk carrier pada skala model dan skala penuh menggunakan CFD NUMECA Fine/Marine dan formula empiris metode Holtrop-Mennen. Penelitian ini juga akan membandingkan perbedaan hambatan antara hasil simulasi CFD dan perhitungan formula empiris metode Holtrop-Mennen yang digunakan sebagai validasi hasil simulasi. Selanjutnya, penelitian ini menganalisis nilai koreksi (ΔCF) dari skala model dan skala penuh dengan menggunakan hasil dari simulasi CFD yang diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran terkait ekstrapolasi dalam mencari nilai hambatan dengan ukuran kapal tertentu. Hasil penelitian dari kedua metode menunjukkan bahwa gaya yang dihasilkan meningkat signifikan seiring dengan peningkatan skala kapal, dimana tidak adanya perbedaan yang signifikan diantara kedua metode tersebut dengan nilai error dari 1,72% sampai dengan 13,30%. Selain itu, didapatkan bahwa nilai koreksi (ΔCF) yang lebih besar pada ukuran kapal kecil menunjukkan bahwa simulasi pada skala model memerlukan penyesuaian yang lebih signifikan untuk akurasi pada skala penuh dibandingkan ukuran kapal yang lebih.

This study analyses the correction value (ΔCF) of the model scale and full scale us using CFD NUMECA Fine/Marine and the empirical formula of the Holtrop-Mennen method. It will also compare the difference in drag between the CFD simulation results and the empirical formula calculation of the Holtrop-Mennen method, this serves as a validation for the simulation findings. The findings of the two techniques demonstrate that as the ship's scale rises, the forces generated increase significantly. Between the two approaches, there is no discernible difference in error levels, which range from 1,72% to 13,30%. Moreover, the greater correction value (ΔCF) for lower ship sizes implies that model-scale simulations need more substantial modifications to be accurate at full scale than do larger ship sizes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Utama Manggalaputra
"ABSTRACT
The goal of this study is to design a wing construction of a flying car before continuing to make the prototype of the wing. In this preliminary process of engineering consist of calculating and designing the wing that capable to work under certain parameter. In the designing process we use computer aided design software of INVENTOR 2017. After determining the initial design of the wing, we need to simulate the design itself. In order to know whether the design is survivable without making the prototype yet, we simulate a structural load on the design. Using an engineering software consist of running a finite element analysis which in this case we use PATRAN 2012 with a solver NASTRAN 2012. The output of this study is to know that the design of the wing could hold the given load that are simulated through the finite element analysis software. The result output is a design of a wing construction with a combined wing span of 8.2 meters that made with tubular spar. The wing should sustain a given load of the vehicle which referenced to the flight envelope of Cessna 172 calculated at 3000 kg of the whole wing and considered as the maximum load to the structure in condition of 3G.

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang konstruksi sayap mobil terbang sebelum melanjutkan membuat prototipe sayap. Dalam proses pendahuluan ini teknik terdiri dari menghitung dan merancang sayap yang mampu bekerja di bawah parameter tertentu. Dalam proses perancangan kami menggunakan perangkat lunak desain berbantuan komputer dari INVENTOR 2017. Setelah menentukan desain awal sayap, kami perlu mensimulasikan desain itu sendiri. Untuk mengetahui apakah desain dapat bertahan tanpa membuat prototipe, kami mensimulasikan beban struktural pada desain. Menggunakan perangkat lunak teknik terdiri dari menjalankan analisis elemen hingga dalam hal ini kami menggunakan PATRAN 2012 dengan NASTRAN pemecah 2012. Elemen analisis perangkat lunak output. Hasilnya adalah konstruksi sayap dengan gabungan 8,2 meter yang dibuat dengan tubular spar. Sayap harus dipertahankan pada amplop penerbangan Cessna 172 yang dihitung pada 3000 kg seluruh sayap dan dianggap sebagai beban maksimum untuk struktur dalam kondisi 3G."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Wahid Al Adami S.
"Eksplorasi minyak lepas pantai (off shore) membutuhkan jaringan instalasi pipa bawah laut yang disebut Pipe Line System. Kontur permukaan dasar laut yang tidak teratur menyebabkan pipa terbentang bebas (tanpa mengalami kontak antara pipa dan dasar laut) atau mengalami free span. Salah satu aspek penting dalam perancangan offshore pipeline adalah analisa rentangan bebas (free span analysis) dan analisis VIV (Vortex Induced Vibration) akibat pelepasan vortek shedding pada aliran fluida yang melewati pipa.
Studi ini fokus pada interaksi frekuensi alami akibat free spanning dan kaitannya dengan VIV yang jika tidak disesuaikan akan mengakibatkan resonansi dan menyebabkan kegagalan struktur. Tugas ini mengambil studi kasus pada konstruksi - Oyong Project - milik Santos Pty Ltd.
Analisis dan kalkulasi yang digunakan untuk menghitung free spanning adalah menggunakan rule DNV RP F105 dan simulasi vortex shedding pada system instalasi menggunakan program CFD yaitu program EFDLab yang pada akhirnya dapat dianalisis panjang free span yang aman dan optimum dalam project ini.

Oil and gas exploration needs installation of piping system that so called pipeline system. Seabed contour that randomly not such a plane makes piping system to be freely hanged on several parts, this case called free spanning. One of the most important aspect in piping design is determine and analyse the free spanning on the pipeline and the relation with vortex shedding (VIV: Vortex Induced Vibration) caused by the fluids flow around the pipeline.
This Study focused on the interaction and relation between free spanning with VIV that if not well analyzed causes fail in construction and structure. This Final Project takes study case in 'Oyong Project' by Santos Pty Ltd as data source.
The analysis of Free Spanning uses DNV RP F105 Rule, and the Simulation Uses CFD program, EFD Lab to simulate Vortex Shedding around the pipe line which finally could get the final result in safe and optimum installation of the pipeline.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51008
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Astibiani Ratna Setiawati
"Rem merupakan salah satu bagian penting dalam kendaraan sebagai alat pengaman saat memberhentikan kendaraan terutama dari kecepatan tinggi. Pengereman secara berulang-ulang pada waktu yang lama, seperti saat menuruni jalan yang curam atau pengereman mendadak dari kecepatan tinggi, dapat menyebabkan hilangnya daya cekam, pemakaian prematur, kerusakan pada bearing/bantalan, thermal cracks dan lain-lain. Problem tersebut dapat dihindari dengan menurunkan temperatur maksimal selama masa aktif rem dan menurunkan waktu pendinginan pada temperature yang dapat diterima oleh piringan rem.
Dalam kesempatan ini, penulis mencoba menganalisa secara numerik dan membuat simulasi model pendinginan pada piringan rem di mobil penumpang. Penulis menggunakan CFD kode Fluent untuk melakukan simulasi numerik dalam melakukan perhitungan pemanasan dan pendinginan pada piringan rem pada saat pengereman. Perpindahan panas yang terjadi dianalisa sesuai dengan fitur-fitur desain pada piringan rem. Hasil analisa memperlihatkan bahwa kelompok perpindahan panas secara konveksi mendominasi pada model pendinginan.

Brakes are one of vehicle?s safety parts, which slow down or braking the vehicle especially from high velocity. Long repetitive braking may cause brake fade, premature wear,bearing cracks, thermal cracks, etc. These problems can be avoided by lowering the maximal temperature during the brake activation and by shortening cooling time to the acceptable temperature of the disc brake.
This paper deals with numerical and analytical modeling of disc brake cooling of a passanger car. CFD code FLUENT is used for numerical simulations that account for warming and cooling of the disc brake during brake application. Heat transfer that occurs have been analysed as the design features of the disc brake. The analysis proved the mode of convection heat transfer dominated cooling modelling.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S36220
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firdaus
"Salah satu metode yang dapat digunakan pada pengering semprot adalah kombinasi antara pengering semprot dengan dehumidifier. Sistem dehumidifier bertujuan mengurangi kelembaban serta meningkatkan temperatur udara lingkungan sebelum masuk ke sistem pengering semprot, Pemanfaatan sistem ini dapat menghemat konsumsi energi.Tujuan Pada Penelitian kali ini adalah untuk mengetahui kondisi optimum konsumsi energi spesifik total yang terdapat pada sistem kombinasi antara pengering semprot dengan dehumidifier dengan menggunakan analisa simulasi termodinamika dengan refrijeran R 407 C dan CFD untuk sistem dehumidifier dan ruang pengering pada pengering semprot. Penelitian diawali dengan simulasi termodinamika dan CFD dengan Variasi temperatur udara 60 ?, 80 ?, 100 ?, 120 ?, dan 140 ?. Variasi kelembaban udara 0.00763 kgv/kgda, 0.01065 kgv/kgda, 0.0147 kgv/kgda, dan 0.0227 kgv/kgda variasi temperatur titik embun 10 ?, 15 ?, 20 ?, dan 27 ? . Dan variasi laju udara adalah 150 lpm, 300 lpm, dan 450 lpm.Berdasarkan penelitian yang telah diakukan, didapatkan bahwa dew point, temperatur udara keluar pemanas dan temperatur kondensor berpengaruh terhadap konsumsi energi spesifik total. Laju pengeringan terbesar terjadi pada udara dengan kelembaban udara pada temperatur titik embun 10 ?, laju udara 450 lpm, dan temperatur udara 140? dan Konsumsi energi spesifik terendah dari sistem terbesar didapatkan pada Temperatur Kondensor 60? dan 70?.

One method that can be used in a spray dryer is a combination of a spray dryer with a dehumidifier. The dehumidifier system aims to reduce moisture and increase the air temperature of the environment before entering the spray drying system. Utilizing this system can save energy consumption.The objective of this research is to know the optimum condition of total specific energy consumption in combination system of spray dryer with dehumidifier by using thermodynamic simulation analysis with refrigerant R 407 C and CFD for dehumidifier and spray drying system in spray dryer. The research begins with thermodynamic and CFD simulations with variations of air temperature 60 , 80 , 100 , 120 , and 140 . Air humidity variations are 0.00763 kg kg, 0.01065 kgv kgda, 0.0147 kgv kgda, and 0.0227 kgv kgda dew point temperature variations 10 , 15 , 20 , and 27 . And the variations in air rates are 150 lpm, 300 lpm, and 450 lpm.According in this research, it is found that the dew point, heater exit air temperature and condenser temperature have an effect on total specific energy consumption. The highest rate of drying occurs in air with air humidity at dew point temperature 10 , air rate 450 lpm, and air temperature 140 and the lowest specific consumption of the largest system is found in Condenser Temperature 60 and 70."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S68449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>