Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26747 dokumen yang sesuai dengan query
cover
H Slaats
"Konsep mengenai tanah di kota juga mencakup tanah disekitar kota tersebut. Tanah di desa umumnya berkaitan erat dengan tanah pertanian dan tanah adat, tetapi tanah di kota biasanya menunjuk pada suatu keterpaduan dan yang terutama adalah tanah sebagai tempat untuk mendirikan bangunan baik bangunan untuk tempat tinggal maupun bangunan untuk kegunaan lainnya. Pemilikan tanah di desa berhubungan erat dengan suatu pewarisan dari nenek moyang dari suatu klen. Pemilikan tanah di kota terutama diperoleh karena pembelian. Pemilikan tanah di desa diatur dengan akte Lurah dan di kota dengan akte Notaris. Keduanya secara hokum diangkat sebagai Pejabat Pembuat Akte Tanah."
1989
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Seda, Francisia Saveria Sika Ery
"Artikel ini membahas hubungan-hubungan sosial antar berbagai kelompok ras di Medan pada zaman penjajahan Belanda di awal abad ini. Pembahasan ini berdasarkan pandangan seorang wanita Cina dari golongan elit yang bernama Queeny Chang melalui bukunya "Memories of a Nyonya". Untuk golongan elit, hubungan antar ras di medan pada waktu itu cukup banyak frekuensi interaksinya (Belanda, Cina, Melayu). Golongan Belanda yang paling berkuasa adalah kelompok acuan (reference group) bagi golongan-golongan ras lainnya, dan mereka berusaha keras untuk meniru gaya hidup golongan tersebut. Akan tetapi interaksi sosial antarberbagai kelompok ras di kalangan elit ini sangat berbeda dengan kelas-kelas sosial lainnya, yang justru hidup dalam keadaan segregasi."
1992
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Barnes, Robert H.
"For fourteen months in 2000-2001, I conducted a research in the District of Witihama, eastern Adonara. Witihama is a religiously mixed community, made up of Muslims and Catholics. However, both groups also practice blood sacrifice and carry out ceremonies required by adat. Muslims and Catholics are closely related by ties of marriage and descent. In the recent historical past, as well as in the ancient legendary past, the community has a remembered history of bloody warfare and murder, not linked to questions of modern religious allegiances, which provide incentives to take precautions to maintain community harmony and peace. Mindful of sectarian conflict elsewhere in Indonesia, Catholics and Muslims maintain close ties of cooperation and solidarity. On holidays like Christmas, Easter and Idul Fitri, for example, they hold community meetings to express mutual friendship. Members of the District have suffered from conflict elsewhere in Indonesia, for example during the fighting between Suku Batak and the 'Flores people' in 1999 in Batam, in the Moluccas and in the violence inDili, East Timor. Refugees from these other conflicts came and went while I was there. There have been attempts at sectarian provocation in Witihama by people from elsewhere in the past, leading to their expulsion. There was an unexplained incident in which a hand grenade exploded in Witihama killing one child and injuring two others, causing considerable consternation within the community. Rumors of plans to bomb the Catholic Church were taken seriously. Efforts to place East Timorese refugees in the Kabupaten of Flores Timur were strongly resisted on grounds of safety and local peace. Finally the national move toward regional autonomy led to Witihama becoming a separate Kecamatan and resulted in moves to turn Flores and Lembata into a separate Province."
2004
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Barnes, Robert H.
"For fourteen months in 2000-2001, I conducted a research in the District of Witihama, eastern Adonara. Witihama is a religiously mixed community, made up of Muslims and Catholics. However, both groups also practice blood sacrifice and carry out ceremonies required by adat. Muslims and Catholics are closely related by ties of marriage and descent. In the recent historical past, as well as in the ancient legendary past, the community has a remembered history of bloody warfare and murder, not linked to questions of modern religious allegiances, which provide incentives to take precautions to maintain community harmony and peace. Mindful of sectarian conflict elsewhere in Indonesia, Catholics and Muslims maintain close ties of cooperation and solidarity. On holidays like Christmas, Easter and Idul Fitri, for example, they hold community meetings to express mutual friendship. Members of the District have suffered from conflict elsewhere in Indonesia, for example during the fighting between Suku Batak and the 'Flores people' in 1999 in Batam, in the Moluccas and in the violence inDili, East Timor. Refugees from these other conflicts came and went while I was there. There have been attempts at sectarian provocation in Witihama by people from elsewhere in the past, leading to their expulsion. There was an unexplained incident in which a hand grenade exploded in Witihama killing one child and injuring two others, causing considerable consternation within the community. Rumors of plans to bomb the Catholic Church were taken seriously. Efforts to place East Timorese refugees in the Kabupaten of Flores Timur were strongly resisted on grounds of safety and local peace. Finally the national move toward regional autonomy led to Witihama becoming a separate Kecamatan and resulted in moves to turn Flores and Lembata into a separate Province."
2004
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
MacDougall, John M.
"Sejak berakhirnya masa kepemimpinan Suharto di Indonesia, pada bulan Mei 1998, media massa dan pemerintah memberikan perlakuan khusus kepada Bali. Di tengah konflik-konflik yang terjadi, Pulau Bali menjadi simbol keamanan dan kerukunan antarumat beragamadi Indonesia. Selama kurun waktu beberapa tahun selanjutnya yang penuh dengan konflik dan konspirasi, kelompok elit dari Ambon, orang-orang Kristen dari Lombok, orang-orang keturunan Cina dari Jakarta, para aktivis Timor Timur, dan puluhan ribu penggangguran dari Jawa mencoba mencari perlindungan di tanah Bali. Campur tangan para partisan partai di tingkat nasional memainkan peran yang penting dan tidak terhindarkan dalam mendefinisi ulang cara orang Bali merekonstruksi identitas budayanya yang amat kuat ditunjang oleh pariwisata dan strategi pembangunan selama Orde Baru. Sayangnya, proses rekonstruksi budaya ini tidak berjalan seperti yang diharapkan. Saat kesempatan untuk reformasi daerah atau partai politik muncul sebagai alternatif yang memungkinkan, eksklusivisme kedaerahan yang justru muncul."
2003
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M. Christine Boulan-Smit
"Bidang pertambangan merupakan sumber pendapatan yang paling besar bagi Indonesia.Kondisi ekonomi pertambangan mampu berdampak positif atau negatif bagi stabilitas ekonomi Indonesia. Dengan adanya berbagai selisih paham antara beberapa undang-undang otonomi daerah dan pertambangan, siapa yang bertanggung jawab untuk memberikan izin pertambangan secara hukum tidaklah jelas. Dalam konteks ini, hubungan antara komunitas lokal, para pengusaha, dan pemerintah daerah semakin sulit. Menjelang pelaksanaan otonomi daerah, perusahaan pertambangan menghentikan kegiatan eksplorasi, karena mereka takut pada kerusuhan sosial dan ketidakjelasan di bidang pemberian izin. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis hambatan yang dialami oleh daerah di bidang pertambangan pada masa otonomi daerah. Beberapa solusi diajukan bagi pembangunan ekonomi-sosial yang layak dan memenuhi kebutuhan masyarakat lokal."
2002
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Kiptiyah
"Tesis ini meneliti mengenai kebudayaan pesantren, manajemen dan perilaku santri yang berkenaan dengan kesehatan dalam konteks penciptaan dan pemeliharaan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat di pesantren. Status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor keturunan, kualitas dan kuantitas sarana pelayanan kesehatan, perilaku hidup sehat seseorang atau masyarakat dan keadaan lingkungan hidupnya. Hal ini sebagaimana dikatakan Foster (1986) bahwa di samping faktor biologis, faktor-faktor sosial-psikologi dan faktor budaya sering memainkan peran dalam.mencetuskan penyakit Namun begitu lingkungan bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi kesehatan, tetapi memiliki arti penting karena sampai batas tertentu dapat dikendalikan terutama yang diakibatkan perilaku atau perbuatan manusia. Adapun kebijakan sosial dan ekonomi untuk mendapatkan makanan yang cukup, air yang sehat, atau yang membuat orang lalai bahwa peralatan-peralatan sanitasi yang tak sempurna, tradisi kebudayaan, lembaga ekonomi, sanitasi dan kebijakan lain yang mempengaruhi munculnya penyakit semuanya turut mempengaruhi kesehatan.
Pesantren sebagai salah satu elemen pendidikan juga menempatkan masalah tersebut dalam kurikulumnya, menyangkut di dalamnya kitab-kitab yang menjadi rujukan dan dipelajari serta dipergunakan di pesantren. Pesantren yang notabene merupakan lembaga pendidikan Islam tentu saja dalam praktek kesehariannya berdasarkan ajaran Islam pula. Secara universal Islampun juga mengangkat isu mengenai masalah kesehatan maupun kebersihan dan bahkan anjuran memakan makanan- minuman yang thoyyib yaitu makanan atau minuman yang bagus kualitas gizinya maupun halal cara memperolehnya. Dalam hal ini pula ada makanan yang secara tegas dilarang untuk dikonsumsi. Dalam Hadits (sumber hukum kedua setelah Alquran) dengan jelas juga dikatakan bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman, mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah dan juga menganjurkan untuk menjaga kebersihan dengan segala usaha yang dapat dilakukan.
Pesantren memang merupakan suatu komunitas tersendiri dimana semua rambu-rambu yang mengatur kegiatan dan batas-batas perbuatan, misalnya halal-haram, wajib-sunah, baik-buruk dan sebagainya dipulangkan kepada hukum agama, dan semua kegiatan dipandang dan dilaksanakan sebagai bagian dan ibadah keagamaan dengan kata lain semua kegiatan kehidupan selalu dipandang dalam struktur relevansinya dengan hukum agama. Salah satunya dalam hal kebersihan atau kesehatan. Banyak hal-hal yang dianggap bersih dan suci oleh pesantren, karena dibolehkan oleh hukum agama tetapi tidak bersih atau tidak sehat menurut konsepsi ilmu kesehatan. Sehingga cara pandang ini tentu sangat membedakan antara komunitas pesantren dengan masyarakat "diluar" pesantren.
Masyarakat pada umumnya memberikan batasan tentang kesehatan adalah batasan yang diangkat dari batasan kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagaimana termaktub dalam Undang-undang Kesehatan No.23 Tahun 1992, yaitu keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sehingga secara normatif dan sistematik meskipun pesantren telah memiliki kurikulum dan pengajaran sebagaimana tersebut diatas, namun pada kenyataannya masalah-masalah kesehatan terutama hubungan mata rantai yang telah menyebabkan munculnya penyakit dapat terjadi. Hal ini disebabkan adanya pemahaman yang berbeda antara pesantren dengan masyarakat "diluar" pesantren terutama yang berkaitan dengan masalah-masalah kesehatan. Masyarakat pesantren selalu mengembalikan pemahaman mereka kepada kaidah hukum Fiqh, sehingga mereka memiliki persepsi sendiri mengenai kebersihan lingkungannya terutama untuk sebagai sarana ibadah semata-mata kepada Allah SWT sehingga yang terpenting menurut pesantren adalah kesucian sarana tersebut, yaitu terbebas dari najis sehingga tidak menghalangi sahnya suatu ibadah. Hukum fiqh begitu menempati kedudukan yang dominan pada tata nilai dalam kehidupan di lingkungan pesantren. Sedangkan pengajaran mengenai fiqh ini sebagaian besar diperoleh pada kitab-kitab kuning. Kitab kuning merupakan kitab-kitab pengajaran Islam klasik, yang berbahasa Arab dan ditulis oleh para ulama abad pertengahan (7-13 Hijriah).Hal ini tentu turut menjadi pemicu terjadinya perbedaan pemahaman tentang kondisi pemeliharaan kebersihan dan kesehatan di pesantren dengan pemahaman masyarakat "diluar" pesantren. Demikian pula dengan kebudayaan pesantren dalam konteks ini yang merupakan keseluruhan pengetahuan yang dimiliki oleh komunitas pesantren dimana di dalamnya berisi perangkat-perangkat, model-model pengetahuan yang terwujud dalam perilaku, tindakan, nilai-nilai yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan mengenai kesehatan lingkungan dan masalah-masalah kesehatan yang ditimbulkannya serta pengelolaan kebijakan-kebijakan pesantren yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan.
Disamping itu, terjadi kontradiksi (penafsiran/ pemahaman yang bertolak belakang) perilaku sehari-hari di pesantren dengan cara pandang masyarakat "diluar' pesantren mengenai kesehatan lingkungan hidup sehari-hari juga didukung oleh kurang memadainya fasilitas-fasilitas bangunan maupun tempat tinggal santri sehingga kurang mendukung terbentuknya kondisi lingkungan yang kondusif dan sehat serta nyaman untuk belajar. Kondisi ruangan, kamar mandi dan sarana sanitasi lainnya termasuk pengelolaan sampah dan sebagainya. Kondisi ini sangat mempengaruhi perilaku keseharian mereka terutama dalam upaya pemeliharaan sanitasi dan kesehatan lingkungan yang optimal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13779
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Vintage Books, 1960
301 ANT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Johanna Debora Imelda
"Despite the growing number of new cases of HIV and AIDS in Indonesia, the progress ofprevention programs has been slow. Low prevalence is always stated as a reason for delayingHIV prevention programs and to justify slow progress in implementation. Prevention programsare moreover based on a high-risk group paradigm. They focus on female sex workers asresponsible for the spread of HIV, leading to its stigmatization as a hooker?s disease. This articledescribes how seropositive mothers interpret and respond to HIV and AIDS as women, in lightof the fact that most of them have not experienced full-blown AIDS. Some women had alreadyexperienced severe illnesses caused by HIV but defined their ill health by the symptoms theyexperienced, revealing that they did not really feel as if they were living with HIV and AIDS.Despite the fact that some members had died due to AIDS, many still could not believe thatthey were suffering from HIV and AIDS or that their illnesses were caused by it; rather, theirsymptoms were of other diseases such as diarrhoea, tuberculosis, or hepatitis. And thoughthey realized that their past (or present) behaviours put them at risk, they maintained thatthey were victims who had contracted the disease from their promiscuous or drug-injectinghusbands. Even when they did admit that their own behaviour had something to do with it,they did not consider HIV and AIDS as a disease but a curse from God, a punishment fortheir immoral behaviour.
Keywords: Women, Infectious Disease, Interpretation, HIV and AIDS, Support Group,Indonesia"
Depok: Jurnal Antropologi Indonesia, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"A medical system whether traditional or modern, is a long chain of processes of humanstrategy for adapting to their ecological bio-cultural environment. Naturally humans developtheir biological ability to sustain their kind and develop many adaptation strategies, creatingmedical systems, behavior, and belief sbased on culture as a natural response to the treat ofillness and disease, even though the result of certain behavior does not guarantee the healingof such illness and disease (Dunn in Foster-Anderson, 1986; p.41). under that circumstances,Minangkabau medical systems are seen as a result of a bio-eco-culturally adapting process.Local Etiology of the disease source is closely related to the logic of its healing. Cosmologicalviews influence public knowledge about the concepts of health, illness, disease, and healingmethods. The definition of health and illness is determined by culture, custom, or traditionand it is not always in agreement with the conditions defined by medical science."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>