Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 128600 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tegar Bakti Putra
"Organoclay Tasikmalaya merupakan hasil modifikasi montmorillonit (MMT) yang berasal dari bentonit Tasikmalaya dengan surfaktan kationik ODTMABr. Sebelum dimodifikasi, dilakukan proses fraksinasi terhadap bentonit Tasikmalaya untuk memurnikan montmorillonit (MMT) yang ada pada bentonit. Kemudian dilakukan penyeragaman kation penyeimbang pada MMT dengan Na+ sehingga terbentuk Na-MMT. Selanjutnya dengan menggunakan kompleks tembaga amin, ditentukan nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan diperoleh nilai KTK sebesar 65,6mek/100gram Na-MMT. Konsentrasi ODTMABr yang ditambahkan pada preparasi organoclay sesuai dengan nilai 1 KTK. Hasil karakterisasi preparasi organoclay dengan XRD, FTIR dan EDS menunjukkan bahwa surfaktan ODTMABr telah berhasil terinterkalasi ke dalam MMT. Selanjutnya, produk organoclay tersebut diuji kemampuan adsorpsinya terhadap p-klorofenol dengan variasi konsentrasi (5-50 ppm) dan membandingkannya dengan kemampuan adsorpsi dari bentonit alam dengan konsentrasi p-klorofenol yang sama. Dari data yang diperoleh pada kurva isotherm adsorpsi menunjukkan bahwa organoclay mampu mengadsorpsi hingga 4,010 mg p-klorofenol/1 g organoclay dan bentonit alam hanya mampu mengadsorpsi sebesar 0,356 mg p-klorofenol/1 g bentonit alam sehingga dapat disimpulkan bahwa organoclay lebih efektif dari bentonit alam dalam menyerap p-klorofenol.

Tasikmalaya organoclay is modified of montmorillonite (MMT) derived from Tasikmalaya bentonite with cationic surfactant of ODTMABr. Before the modified, performed fractionation process on Tasikmalaya bentonite to purify the montmorillonite (MMT) which occur in bentonite. Then all cation in MMT homogenized with Na+ to form Na-MMT. Furthermore, determined the Cation Exchange Capacity (CEC) by using copper-amine complexes, and obtain the CEC values for Na-MMT is 65,6 meq/100gram. Adding of ODTMABr concentration to the organoclay according to the value of 1 CEC. Characterization with XRD, FTIR and EDS show the surfactant ODTMABr has been successfully intercalated into MMT. Adsorption capacity of organoclay was tested by variation in consentration of p-chlorophenol (5-50 ppm) and compared it with the adsorption capacity of natural bentonite. From the adsorption isotherms of organoclay and natural organoclay showed adsorption of p-chlorophenol are 4,010 mg / 1 g and 0,356 mg / 1 g respectively. It can be concluded that the organoclay is more effective than the natural bentonite in adsorption of p-chlorophenol."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42841
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfan
"Montmorillonite berpilar aluminium (MBA) dan modifikasinya oleh surfaktan kationik dihasilkan dengan mereaksikan montmorillonite terhadap larutan aluminium chlorohydrate atau dengan penambahan larutan cetyl trimethyl ammonium bromide (CTABr). Kondisi untuk menghasilkan montmorillonite berpilar aluminium dan modifikasinya oleh CTABr adalah sebagai berikut: perbandingan OH / Al sebesar 2,2; rasio Al / montmorillonite divariasikan pada 5, 10, 20 mmol / gr dan perbandingan CTABr / montmorillonite 2 (w/w). Montmorillonite berpilar aluminum mempunyai basal spacing sekitar 17,5? dan 2 luas permukaannya di atas 200 m / gr. Montmorillonite berpilar aluminum yang dimodifikasi oleh CTABr (MBAc) menunjukkan lebar basal spacing yang lebih rendah menjadi 13,3?. Luas permukaan spesifik dari MBAc menjadi lebih rendah daripada MBA ataupun montmorillonite (M) awal. Ukuran diameter pori rata-rata yang didapat lebih besar dari 20? akibat hilangya spesi organik oleh kalsinasi. Sifat adsorpsi surfaktan kationik pada struktur multilayer montmorillonite ataupun interlamellar space juga dipelajari melalui spektra IR."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afifah
"Nanopartikel Fe- doped ZnO/Montmorillonite dengan empat variasi konsentrasi dopant disintesis menggunakan metode kopresipitasi. Seluruh sampel menunjukkan fase tunggal dari struktur hexagonal wurzite ZnO pada spektrum X-ray Diffraction (XRD), namun fase sekunder dari ZnFe2O4 ditemukan pada sampel dengan konsentrasi dopant 12 at.%. Keberadaan dopant Fe dan montmorillonite dikonfirmasi menggunakan spektroskopi Energy Dispersive X-ray (EDX), Fourier Transform Infrared (FTIR), dan Electron Spin Resonace (ESR). Hasil spektroskopi UV-Vis Diffuse Reflectance (UV-Vis DRS) menunjukkan nilai celah energi yang diperoleh menurun seiring meningkatnya konsentrasi dopant. Uji aktivitas fotokatalitiik dipelajari dengan menggunakan Congo Red (CR) sebagai model polutan organik di bawah paparan sinar Ultra Violet (UV). Degradasi CR yang diamati meningkat seiring meningkatnya konsentrasi dopant. Studi efek dosis katalis dan konsentrasi awal CR menunjukkan hasil optimum dapat tercapai saat menggunakan 0.7g/L Fe-doped ZnO/Montmorillonite 12 at.% untuk mendegradasi 20 mg/L CR pada pH netral. Jenis Reactive Oxygen Species (ROS) yang paling berperan pada aktivitas fotokatalitik ialah elektron (e-)> hole (h+)> OH.

Four variations in dopant concentration of Fe-doped ZnO/Montmorillonite nanoparticles were synthesized using co-precipitation method. X-Ray Diffraction spectrum are shown hexagonal wurzite structure for all samples, while at 12 at.% doping concentration the secondary fase of ZnFe2O4 is detected. The existence of Fe dopant and montmorillonite are confirmed by Energy Dispersive X-Ray, Fourier Transform Infrared, and Electron Spin Resonance Spectroscopies. Results of UV-Vis Diffuse Reflectance Spectroscopy shows tendency of energy gap decreases with increasing dopant concentration. Photocatalytic activities were evaluated by using Congo Red (CR) as a model of organic pollutants under UV light irradiation. The optimum condition to degrade 20 mg/L CR obtains for 0.7 g/L of 12 at.% Fe-doped ZnO/Montmorillonite in neutral condition. The type of Reactive Oxygen Species (ROS) that most contribute on photocatalytic activity is as followed electron (e-)> hole (h+)> OH."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57850
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syah Reza
"ABSTRAK
Proses adsorpsi pada bentonit tapanuli yang termodifikasi surfaktan kationik
terhadap senyawa organik paraklorofenol telah dilakukan. Dilakukan fraksinasi
terlebih dahulu untuk mendapat kandungan montmorillonit terbanyak, kemudian
dilakukan preparasi Na-MMT (Natrium Montmorillonit), dan penentuan Kapasitas
Tukar Kation (KTK) memberikan nilai sebesar 62,5 meq/gram. Surfaktan yang
digunakan ialah surfaktan kationik ODTMABr (Oktadesil Trimetil Ammonium
Bromida) yang memiliki 18 rantai alkil. Surfaktan ini digunakan sebanyak 1 KTK
sebagai interkalan dalam preparasi organoclay. Analisis dengan menggunakan XRD
menunjukkan basal spacing dari OCT (Organoclay Tapanuli) mengalami peningkatan
yang cukup besar (21,04) dibandingkan dengan Na-MMT (14,33) dan montmorillonit
(15,69). Hal ini membuktikan bahwa surfaktan kationik telah masuk ke dalam
montmorillonit. Hasil uji aplikasi OCT sebagai adsorben senyawa organik para
klorofenol (p-C6H4Cl(OH)) menunjukkan bahwa organoclay lebih baik daya
adsorpsinya dibandingkan dengan bentonit alam. Saat p-klorofenol memiliki
konsentrasi sebesar 50 ppm, OCT mampu menyerap senyawa tersebut sebesar 36,4
ppm dan belum menunjukkan kondisi optimum. Di sisi lain, bentonit alam telah
mencapai optimum saat konsentrasi awal 10 ppm. Pola isoterm adsorpsi dari OCT
menunjukkan pola isoterm adsorpsi Freundlich pada konsentrasi besar namun pada
konsentrasi kecil pola yang ditunjukkan adalah pola isoterm adsorpsi Langmuir.

ABSTRACT
Adsorption on tapanuli bentonite modified by cationic surfactant has been done.
The fractionation of bentonite has been done in order to get the highest contain of
montmorillonite, then it was done the preparation of Na-MMT (Sodium
Montmorillonite), and the result of cation exchange capacity (CEC) is 62,5 meq/gram.
In this research, ODTMABr (Octadecyl Trimethyl Ammonium Bromide) which has
18 alkyl chains, was used as cationic surfactant. 1 CEC of surfactant was used as
intercalant agent in organoclay preparation. XRD analysis showed the basal spacing of
OCT increased significantly (21,04) when compared with Na-MMT (14,33) and
Montmorillonite (15,69). This result proved that cationic surfactant has been
intercalated into montmorillonite. The application of OCT as adsorbent of pchlorophenol(
p-C6H4Cl(OH)) showed that OCT is better than raw material bentonite.
When the concentration of p-chlorophenol was 50 ppm, OCT could adsorp its
compound in 36,4 ppm and has not reached the optimum condition, whereas raw
material benonite has the optimum condition in10 ppm. The adsorption isoterm of
OCT showed Freundlich adsorption isoterm rules in high concentration while in low
concentration the rules was followed Langmuir adsorption isoterm.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43705
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vici Tritella Carmida
"Nanopartikel oksida seng (ZnO) yang diberi dopan kromium (Cr) dan penambahan 10 % montmorillonite (MMT) disintesis dengan metode kopresipitasi untuk empat variasi persen atom Cr. Nanopartikel dikarakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction (XRD), Energy Dispersive X-Ray (EDX), Fourier Transform Infrared (FTIR), UV-Visible Diffuse Reflectance (UV-Vis) dan Electronic Spin Resonance (ESR). Pengujian aktivitas fotokatalitik dilakukan menggunakan model polutan methylene blue dengan paparan sinar UV. Penambahan montmorillonite dan dopan Cr pada ZnO dapat meningkatkan degradasi methylene blue dengan Cr doped ZnO/MMT 10 at.% menunjukkan degradasi maksimum dengan kondisi optimum dosis fotokatalis 0.7 g/L dan konsenstrasi larutan 20 mg/L. Spesies dominan pada aktivitas fotokatalitik adalah hole dan OH● berturut-turut.

Chromium (Cr) doped zinc oxide (ZnO) nanoparticles with 10% montmorillonite (MMT) addition were synthesized by co-precipitation method for four chrome atomic percentage variations. Samples were characterized by X-Ray Diffraction (XRD), Energy Dispersive X-Ray (EDX), Fourier Transform Infrared (FTIR), UV-Visible Diffuse Reflectance (UV-Vis) and Electronic Spin Resonance (ESR). Photocatalytic were evaluated using methylene blue under UV light irradiation. MMT addition and Cr dopant to ZnO nanoparticles enhance methylene blue degradation with the optimum conditions are 0.7 g/L of nanoparticle and 20 mg/L of methylene blue initial concentration. Hole and OH● were identified as dominant species of photocatalytic activity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S60142
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Salim
"Bentonit asal Merangin -Jambi telah dimodifikasi menjadi organoclay dengan menggunakan surfaktan nonionik triton X-100 sebagai agen penginterkalasi. Kemudian produk hasil modifikasi dikarakterisasi dengan XRD, FTIR, dan EDX. Sebelum modifikasi, dilakukan fraksinasi bentonit sehingga diperoleh Fraksi 1 yang kaya montmorillonite (MMT) yang kemudian diseragamkan kation bebasnya dengan Na+ (menjadi Na-MMT). Selanjutnya dengan menggunakan metode tembaga amin, nilai KTK Na-MMT diperoleh sebesar 71 mek/100gram Na-MMT. Variasi konsentrasi triton X-100 yang digunakan untuk preparasi organoclay adalah 1070, 4280, 6848, 8560, dan 10272 mg/L. Pengaruh konsentrasi triton X-100 yang ditambahkan terhadap jarak basal spacing organoclay, diamati dengan XRD, dan hasilnya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan basal spacing dari 15,74 Å untuk Na-MMT menjadi 20,08 Å, 19,51Å, 18,57Ao dan 17,43Å untuk OC 8560 , OC 6848 , OC 4280 dan OC10272. Kesetabilan organoclay dalam air telah diuji dan hasilnya menunjukkan bahwa semakin besar kandungan surfaktan dalam organoclay semakin rendah kesetabilannya. Jarak basal spacing organoclay mengalami penurunan dari 20,08Ao menjadi 17,62 Ao untuk OC-8560, dari 19,51Ao menjadi 17,28 Ao untuk OC-6848, dan dari 18,57 Ao menjadi 17,20 Ao untuk OC-4280. Hal ini mengindikasikan bahwa surfaktan banyak mengalami pelepasan dari interlayer organoclay ketika jumlah surfaktan yang tersisipkan lebih dari 25,8 mg/g (OC-4280). Kemampuan OC-8560 , dan OC-4280 sebagai adsorben p-klorofenol dibandingkan dengan Na-MMT. Data yang diperoleh pada kurva isotherm adsorpsi menunjukkan bahwa kemampuan organoclay dua kali lebih efektif dibanding NaMMT dalam menyerap p-klorofenol. Proses penyerapan p-klorofenol oleh Na-MMT dan OC-4280 mengikuti kurva isotherm adsorpsi Langmuir. Sedangkan OC-8560 cenderung mengikuti kurva isoterm adsorpsi Freundlich.

Bentonite from Merangin Jambi has been modified into organoclay using nonionic surfactant Triton X-100 as intercalating agent. Then the products were characterized by XRD, FTIR, and EDX. Prior to modification, bentonite fractionation was performed in order to get Fraction 1 which is rich with montmorillonite (MMT) phase, and then is cation-exchanged with Na+ (called Na-MMT). Furthermore, using a copper amine methode, its cation exchange capacity (CEC) value was determined as 71 mek/100gram Na-MMT. Variation of Triton X-100 concentration used for the preparation of organoclay is 1,070; 4,280; 6,848; 8,560; and 10,272 mg/L. The effect of the addition of Triton X-100 to Na-MMT?s basal spacing, observed by XRD, shows an increase in basal spacing of initially 15.74Å for Na-MMT to 20.08 Å, 19.51Å, 18.57Ao and 17.43Å for OC 8560 , OC 6848 , OC 4280 dan OC10272, respectively. The stability of organoclay in water has been investigated and the result shown that organoclay containing the largest amount of surfactant is more unstable. The basal spacing of organoclays decrease from 20.08oA to 17.62oA for OC-8560, from 19.51oA to 17.28oA for OC-6848 and from 18.57oA to 17.20 for OC-4280. This indicates that more surfactant are removed from the interlayer of organoclay when the amount of surfactant introduced is more than 25.88 mg/g (OC-4280). Organoclay adsorption capacity was observed by using it as adsorbent for p-Chlorophenol and compared with the capacity of Na-MMT. Data obtained on the adsorption isotherm curve shows that the organoclay is twice more effective in adsorbing p-chlorphenols. The adsorption process p-chlorofenol by OC-4280 and Na-MMT follows Langmuir adsorption isotherm curve. While OC-8560 tends to follow Freundlich adsorption isotherm curve."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T30710
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Satriandi Rahman
"Organoclaydipreparasidengancara modifikasimontmorillonite(MMT) yang berasal dari fraksi bentonit Jambi dengan cara interkalasi Benzil Trimetil Ammonium Klorida (BTMA-Cl). Sebelum digunakan untuk preparasi, dilakukan proses fraksinasi terhadap bentonit Jambi untuk memurnikan montmorillonite (MMT) yang ada pada bentonit. Hasil MMT kemudian diseragamkan kation penyeimbangnya dengan Na+ menjadi Na-MMT. Selanjutnya menggunakan tembaga amin, dihitung nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan nilai KTK Na diperoleh sebesar 43,5 mek/100 gram Na-MMT. Preparasi organoclay menggunakan Na-MMT dengan surfaktan BTMA-Cl (Benzil Trimetil Ammonium Klorida) sebagai agen penginterkalasi dan konsentrasi BTMA-Cl yang ditambahkan sesuai dengan nilai 1 KTK dan 2 KTK.
Hasil karakterisasi organoclay menunjukkan surfaktan BTMA-Cl telah berhasil terinterkalasi ke dalam MMT. Produk organoclay tersebut selanjutnya diuji kemampuan adsorpsinya terhadap fenol dan p-klorofenol dengan variasi konsentrasi (10-80 ppm) dan membandingkannya dengan kemampuan adsorpsi dari bentonit alam dengan konsentrasi fenol dan p-klorofenol yang sama. Dari data yang diperoleh pada kurva isoterm adsorpsi menunjukkan bahwa organoclay lebih efektif dari bentonit alam dalam menyerap fenol dan p-klorofenol.

Organoclay is prepared from montmorillonite (MMT) derived from fraction of bentonite Jambi by intercalating Benzyl Trimethyl Ammonium Chloride (BTMA-Cl). Before being used for the preparation, carried out on bentonite Jambi fractionation process for purifying montmorillonite (MMT) which is in bentonite. Cation in MMT homogenized with Na+ to be Na-MMT. The Cation Exchange Capacity (CEC) was determined by using copper ethylendiamine, and the obtained value is 43,5 meq/100 gram Na-MMT. Organoclay were prepared by mixing Na-MMT with BTMA-Cl surfactant (Benzyl Trimethyl Ammonium Chloride) solution as an intercalated agent and BTMA-Cl according to the value of 1 CEC and 2 CEC.
The results showed that surfactant BTMA-Cl has been successfully intercalated into MMT. Organoclay product is then tested as phenol and p-chlorophenol adsorbtion by varying the concentration (10-80 ppm) and compared the adsorption capacity to the natural bentonite. From the data obtained indicated that the adsorption isotherm curves of phenol and p-chlorophenol on the organoclay is more effective than the natural bentonite.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S43988
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Oktaviani
"Bentonit asal Tapanuli telah dimodifikasi menjadi organoclay dengan menggunakan surfaktan kationik ODTMABr sebagai agen penginterkalasi. Kemudian produk hasil modifikasi dikarakterisasi dengan XRD, FTIR, SEM¬EDS, dan TGA. Sebelum preparasi, dilakukan fraksinasi bentonit sehingga didapat Fraksi 2 yang kaya montmorillonite (MMT) yang kemudian diseragamkan kation bebasnya dengan Na+ (menjadi Na-MMT). Selanjutnya menggunakan tembaga amin, nilai KTK Na diperoleh sebesar 65,5mek/100gram Na-MMT. Variasi jumlah ODTMABr yang digunakan untuk preparasi organoclay adalah 1,0; 2,0; dan 2,5 KTK. Pengaruh penambahan ODTMABr terhadap basal spacing, diamati dengan XRD low angel, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan basal spacing dari 17.36 Å untuk Na-MMT menjadi 21.03 Å, 20.72 Å, dan 18.39 Å untuk 1,0; 2,0; dan 2,5 KTK. Kemampuan adsorpsi organoclay 1.0 KTK yang telah diprerparasi digunakan sebagai adsorben untuk fenol dan dibandingkan dengan Fraksi 2 dan Na-MMT. Data yang diperoleh pada kurva isotherm adsorpsi menunjukkan bahwa organoclay lebih efektif dalam menyerap fenol dan proses penyerapannya mengikuti kurva isotherm adsorpsi Freundlich.
Bentonite from Tapanuli has been modified into organoclay using cationic surfactant as an agent ODTMABr as intercalation agent. Then the products were characterized by XRD, FTIR, SEM-EDS, and TGA. Before perparation, bentonite fractionation was performed in order to get Fraction 2 which is rich with montmorillonite (MMT) phase, and then is cation-exchanged with Na+ (called Na-MMT). Furthermore, using a copper amine methode, its cation exchange capacity (CEC) value was determined as 65.5 mek/100gram Na-MMT. Variation of ODTMABr concentration used for the preparation of organoclay is 1.0; 2.0 and 2.5 CEC. The effect of the addition of ODTMABr to Na-MMT?s basal spacing, observed by low angel XRD, shows an increase in basal spacing of initially 17.36 Å for Na-MMT to 20.85 Å, 21.03 Å, and 18.02 Å for 1.0; 2.0; and 2.5 CEC. 1.0 CEC organoclay adsorption capacity was observed by using it as adsorbent for phenol and compared with the capacity of Fraction 2 and Na-MMT. Data obtained on the adsorption isotherm curve shows that the organoclay is more effective in adsorbing phenols and the adsorption process follows Freundlich adsorption isotherm curve."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S687
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Nur Haryani
"ABSTRAK
Dua tipe organoclay telah dapat disintesis dengan surfaktan yang berbeda
sebagai agen penginterkalasi. Surfaktan HDTMABr dan ODTMABr diinterkalasikan
ke dalam bentonit alam serta dilakukan karakterisasi dengan XRD, FT-IR, dan SEMEDS.
Sebelumnya Na-bentonit disintesis kemudian dihitung nilai kapasitas tukar
kation dengan metode tembaga amin sebesar 45,35 mek/100gram clay. Variasi
jumlah KTK digunakan untuk dapat melihat peningkatan besarnya basal spacing
dengan difraksi sinar-X. Organoclay 1.0 KTK yang telah disintesis digunakan
sebagai adsorben fenol, katekol dan benzaldehida kemudian dilakukan pengukuran
dengan spektrofotometer UV. Perbedaan gugus yang melekat pada cincin benzen
mempengaruhi kemampuannya untuk terserap pada bentonit. Dengan bertambahnya
gugus hidroksi, maka semakin sulit untuk terserap oleh bentonit. Dan apabila
semakin nonpolar senyawa organik, akan semakin mudah terserap. Dengan semakin
panjang rantai alkil surfaktan, bentonit menjadi lebih hidrofobik sehingga menyerap
lebih banyak senyawa nonpolar.

ABSTRACT
Two types of organoclay have been synthesized using different cationic
surfactants as intercalating agents. HDTMABr and ODTMABr are intercalated into
the interlayer space of sodium-clay. With the CEC value sodium-clay is about 45, 35
mek/100gram clay using copper amine method. X-ray diffraction is used to study the
characteristic of organoclay by its variation of CEC value. The resulting of 1,0 CEC
organoclay are used to adsorb the organic molecules. UV spectra of this organic
molecule on filtrate reaction are further confirming adsorptions of both organoclay.
The different groups which are binding on phenol, benzaldehide, and catechol have
different effect to organoclay. No polar organic molecules are the easier molecule
which adsorbed on the interlayer clay. The longest alkyls chain surfactant will make
more hydrophobic clay furthermore it could adsorb no polar organic molecules."
2010
S30732
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aidah Fitriah
"Sintesis membran selulosa asetat dilakukan melalui dua tahap yang meliputi: sintesis organoclay dan sintesis membran. Sedangkan, sintesis organoclay terdiri dari tiga tahapan yaitu purifikasi karbonat, sintesis Na-Bentonit dan sintesis organoclay-ODTMABr. Na-Bentonit dengan kapasitas tukar kation (KTK) 48,749 meq/100 gram bentonit yang diinterkalasi dengan 1 KTK surfaktan ODTMABr menghasilkan Organoclay Terinterkalasi (OCT). Pengaruh interkalasi diamati oleh XRD low angle yang menunjukkan adanya kenaikan nilai basal spacing dari Na-Bentonit ke OCT, baik tanpa maupun dengan purifikasi karbonat, masing-masing dari 15,31 Å ke 20,07 Å dan 15,66 Å ke 19,94 Å. Selulosa asetat (CA) dimodifikasi dengan penambahan nanofiller organoclay-ODTMABr (OCT-C18) dengan metode solvent casting. Karakterisasi yang dilakukan adalah XRD, FTIR, SEM, dan EDX. Pengamatan pengaruh komposisi berat OCT-C18 yang ditambahkan ke dalam larutan selulosa asetat menunjukkan bahwa membran dengan komposisi 7% wt memiliki warna yang paling keruh, secara fisik terasa paling lentur, dan tidak mudah robek.

Synthesis of cellulose acetate membranes through two stages which include organoclay synthesis and membrane synthesis. Meanwhile, organoclay synthesis consists of three phases that include carbonate purification, synthesis of Na-Bentonite and organoclay-ODTMABr synthesis. Na-bentonite by cation exchange capacity (CEC) 48.749 meq/100 grams of bentonite which intercalated with 1 CEC ODTMABr surfactant produce organoclay intercalated (OCT). Effect of intercalation was observed by low angle XRD which shows an increase value of basal spacing of Na-Bentonite to OCT, either without or with carbonate purification, respectively from 15.31 Å to 20.07 Å and 15.66 Å to 19.94 Å Å. Cellulose acetate (CA) modified with adding organoclay-ODTMABr (OCT-C18) nanofillers with a solvent casting method. XRD, FTIR, SEM, and EDX characterization was performed. Parameters measured influence of weight percent of OCT-C18 is added to a solution of cellulose acetate. Membrane with a composition of 7 wt% has the most opaque colors, the highest physical resilient, and the strongest (not easily torn)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47609
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>