Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171045 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
S8539
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Suripto
"Untuk mendorong pelaksanaan pembangunan Daerah, Pemerintah Pusat melalui berbagai Program telah mengalokasikan berbagai dana bantuan yang dikemas ke dalam Bantuan Sektoral maupun Bantuan Inpres, yang salah satunya berbentuk Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II (Inpres Dati II). Penyaluran dana Program Bantuan Inpres Daerah Tingkat II kepada Daerah Tingkat II diberikan ke dalam 4 (empat) tahap, yaitu triwulan I sebesar 25% dari total bantuan, triwulan II sebesar 25% dari sisa bantuan, triwulan III sebesar 25%, dan triwulan IV sisanya sebesar 25%.
Dalam implementasinya, dana bantuan tersebut harus dapat terserap secara optimal yaitu pada triwulan I sebesar 25% dari total bantuan, triwulan II sebesar 50%, triwulan III sebesar 75%, dan pada triwulan IV sebesar 100%. Data yang ada pada Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung dan Kabupaten Daerah Tingkat II Bekasi dalam 5 (lima) tahun anggaran yang lalu yaitu 1991/1992 - 1995/1996 menunjukkan, bahwa realisasi daya serap keuangan tidak sesuai target.
Berangkat dari permasalahan tersebut, maka penelitian dilakukan untuk mengetahui lambannya daya serap keuangan Program Bantuan Inpres Dati II dan mengkaji secara mendalam faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu koordinasi, desentralisasi, dan mutulkualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat dalamnya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisa kinerja faktor yang mempengaruhi tersebut.
Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, sementara untuk mendapatkan data dalam melakukan analisa dilakukan 2 (dua) pendekatan, yaitu pengkajian literatur, data, laporan (data sekunder) dan mengkaji informasi yang terjaring melalui wawancara yang sangat mendalam dan tidak terstruktur dengan para pejabat yang terlibat langsung sebagai key informan.
Hasil penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi lambannya realisasi daya serap keuangan Program Inpres Dati II, menunjukkan mekanisme koordinasi antar satuan kerja/dinas yang terkait tidak berjalan sebagaimana mestinya, belum ada pemberian kewenangan (desentralisasi) yang lebih besar kepada Pemerintah Daerah Tingkat II, dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat belum memadai, dan belum tersebar secara merata sesuai kebutuhan daerah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T7432
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Muhaemin
"Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Konsep ini menunjukkan bahwa pembangunan harus selaras antara upaya memenuhi kesejahteraan lahiriah dan kesejahteraan batiniah. Dalam perspektif pembangunan nasional yang demikian diperlukan adanya pembangunan jangka panjang, jangka sedang dan jangka pendek yang dilaksanakan secara bertahap dimana tujuan dari setiap tahap pembangunan adalah meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia serta meletakkan dasar yang kuat untuk pembangunan tahap berikutnya.
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara yang cukup besar baik dalam luas wilayah, sumber daya alam maupun jumlah penduduk. Penduduk Indonesia menempati urutan keempat terbesar dunia setelah Cina, India dan Amerika. Menghadapi penduduk yang besar ini persoalannya menjadi tidak sederhana, terutama yang berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas, pengendalian pertumbuhan dan pemerataan penyebarannya. Berbagai upaya dilakukan baik melalui jalur pendidikan, kesehatan, keluarga berencana, transmigrasi, pembangunan perumahan maupun lainnya.
Pembangunan perumahan merupakan salah satu aspek dari pembangunan nasional dalam rangka peningkatan kualitas dan kesejahteraan manusia dan masyarakat, dengan harapan agar seluruh rakyat Indonesia mampu menempati rumah yang layak dan sehat sehingga didalamnya dapat terbina anggota keluarga yang sehat dan berkualitas. Keadaan dan kondisi perumahan suatu masyarakat dapat menjadi salah satu ukuran taraf hidup, peradaban dan kepribadiannya. Kondisi perumahan dapat mempengaruhi pertumbuhan jiwa dan pribadi seseorang, kesehatan, prestasi kerja, serta kesejahteraan seluruh keluarga. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Blaang bahwa rumah mempunyai arti sangat penting dalam pembinaan watak dan kepribadian suatu bangsa ( Blaang, 1996: 7). Dengan demikian maka pembangunan perumahan merupakan pembangunan yang tidak terpisah dari pembangunan nasional.
Menyadari hal ini maka sektor perumahan dan permukiman mendapat perhatian penuh dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara. Pembangunan perumahan tidak hanya untuk mereka yang mampu melainkan agar semakin merata dan dapat dijangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah dengan senantiasa memperhatikan rencana tata ruang dan keterkaitannya serta keterpaduannya dengan lingkungan sekitar.
Menurut Profesor N. lskandar (Ninik W, 1987: 116) bahwa penduduk Indonesia tahun 2000 diperkirakan akan mencapai 250 juta jiwa, tidak kurang dari 60 juta jiwa tinggal di perkotaan. Sebagian besar penduduk diperkirakan masih tinggal di Pulau Jawa. Pulau Jawa pada tahun 2000 keadaannya dapat dilukiskan sebagai suatu pulau yang semi kota (semi-urban)."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harijatni Sri Oetami
"Kebutuhan akan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Bekasi saat ini sudah mulai berorientasi pada kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat metropolitan. Hal ini merupakan konsekwensi logis keberadaan Bekasi sebagai daerah penyangga Jakarta. Keterbatasan kemampuan Pemerintah dalam menyediakan sarana pelayanan kesehatan, khususnya untuk pengobatan umum ; mengundang minat pihak swasta untuk ikut berkiprah. Sehingga trend pertumbuhan Balai Pengobatan swasta di Kabupaten Bekasi menjadi sangat pesat, sebanding dengan laju pertambahan penduduk/LPP Kabupaten Bekasi yang merupakan LPP tertinggi se Indonesia ( LPP Bekasi pada tahun 1980-1990: 6,29 % per tahun ).
Kecepatan pertumbuhan Balai Pengobatan swasta tersebut membutuhkan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian (BINWASDAL) agar tetap berfungsi sebagai mitra Pemerintah dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat Bekasi. Diperlukan suatu alat/instrumen untuk melakukan Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian (BINWASDAL) Balai Pengobatan swasta. Namun instrumen yang ada, masih belum dapat mengakomodasikan semua aspek pembinaan yang dibutuhkan secara optimal, yaitu aspek hokum, aspek medis dan aspek sosial.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji kekurangsempurnaan instrumen yang telah ada. Kajian dilakukan terhadap relevansi, adekuasi, efektifitas dan efisiensi instrumen tersebut dalam mengukur kinerja Balai Pengobatan swasta. Diajukan suatu model instrumen, yang diharapkan akan dapat memenuhi kebutuhan BINWASDAL BP swasta pada saat ini maupun untuk menyongsong era pasar global kelak.

Now, the Health Services needs of Bekasi's community, are going to be Metropolitans Health Services oriented. This is a logical consequence of Bekasi as Jakarta's buffers. Limited capability of Government in providing Health Services tools; especially for the general treatment, invites the Private Medical Clinic's Owners to participate in handling Public Health Services. Therefore, the trend of growth and development of the Private Medical Clinics is quite high, equal with the Population Growth Rate of Bekasi. The Bekasi's Population Growth Rate is now the highest in Indonesia, that was: 6.29 % per annum in 1980 -1990 period.
The speed of the growth and development of the Private Medical Clinics needs continuously guidance and control as the Government's partner in order to increase the quality of public health services. To realize this activity, we need some tools or instruments. However, the Private Medical Clinics control and development instruments now, do not optimally accommodate yet all establishment aspects, which are needed, they are legal aspect, medical aspect and social aspect.
This instrument's imperfectness, invites me to learn and review this problem. The instrument for the Private Medical Clinic's establishment, guiding and controlling are discussed from the relevancy, the adequacy, the effectiveness and the efficiency point of view. This analysis is submitted as a Models of Private Medical Clinic's Instruments. I hope that it would meet the present controlling and development and the next ones."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meinifestati
"ABSTRAK
Undang-undang Nomor 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan merupakan jenis pajak kebendaan baru yang diharapkan, dalam jangka panjang, dapat menegakkan kemandirian pembangunan daerah dan dalam membiayai pengeluaran negara dan dimana selama ini sumber penerimaan daerah didominasi oleh sumber yang berasal dari bantuan dan sumbangan Pemerintah Pusat, tujuan tersebut diharapkan aapat tercapai dengan mewujudkan keikutsertaan dan kegotongroyongan seluruh lapisan masyarakat. Hasil penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan sebagian besar diserahkan kepada Pemerintah Dati II tempat obyek pajak tersebut berada, yang akan digunakan untuk pembangunan daerah yang bersangkutan sesuai dengan aspirasi masyarakat. Peningkatan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan perlu diupayakan agar sesuai dengan potensi daerah bersangkutan, untuk itu perlu dilakukan perencanaan penerimaan Pajak Esumi dan Bangunan dengan secermat mungkin. Perencanaan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dibuat oleh Kantor Pusat Direktorat PBB berdasarkan usulan yang dibuat oleh Kantor Pelayanan PBB serta perhitungan collection rate per jenis obyek sesauai data yang ada di Kantor Pusat. Dari hasil perhitungan tersebut, Kantor Pelayanan PBB akan menerima break down rencana penerimaan per jenis obyek pajak, per Dati I dan per Kantor Pelayanan. Pengalaman dan pengetahuan tentang potensi PBB suatu daerah berguna untuk menetapkan rencana penerimaan PBB yang realistis dan dapat digunakan untuk meningkatkan penerimaan PBB daerah yang bersangkutan. Perkiraan tentang potensi PBB dapat dilakukan dengan cara pendekatan dari segi administrasi perpajakan dan dari segi ekonomi. Untuk Kabupaten Karawang potensi PBB lebih ditentukan dari kemampuan administrasi perpajakannya. Data tentang obyek maupun subyek PBB merupakan unsur penting untuk mengetahui besarnya potensi suatu daerah, dan hal ini merupakan tugas utama seksi Pendataan dibantu oleh seksi-seksi lainnya. Keadaan pegawai yang memadai, baik dari segi jumlah dan mutunya, sangat diperlukan dalam usaha menggali potensi yang ada."
1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Muhammad Prawiradipura
"Pertumbuhan ekonomi di Kota Bekasi selalu meningkat setiap tahunnya, namun peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut tidak selaras dengan meningkatnya retribusi parkir yang dikelola oleh Pemerintah Daerah, hal ini terlihat dari hasil realisasi retribusi parkir yang tidak mencapai target pendapatan retribusi parkir yang dikarenakan kebocoran pada implementasinya, atas dasar tersebut skripsi ini akan membahas mengenai analisis implementasi pemungutan retribusi parkir di Kota Bekasi serta berusaha untuk menemukan korelasi antara ketidaktercapaian target dengan implementasi dari retribusi parkir yang ada. Penelitian dilakukan dengan pendekatan post-positivist, jenis penelitian deskriptif, dan teknik pengumpulan data dengan studi pustaka dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan masih belum berjalannya dengan baik implementasi retribusi parkir di Kota Bekasi karena masih terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaannya, oleh sebab itu perlu adanya peningkatan pengawasan, koordinasi antar pihak, serta sosialisasi kepada wajib retribusi untuk mengantisipasi hambatan yang ada.

Economic growth in Kota Bekasi always increases every year, but the increase of economic growth is not in line with the increase of parking charges managed by Local Government, it can be seen from the result of parking charges realization that does not reach the target of parking charges revenue because of leakage in its implementation, this thesis will discuss about the analysis of the implementation of collection of parking fees in the City of Bekasi as well as trying to find a correlation between the lack of target achievement with the implementation of the user charges of existing parking. The research was conducted with post-positivist approach, descriptive research type, and data collection technique with literature study and in-depth interview. The result of the research shows that the implementation of parking charges in Bekasi city is still not meet the expected result because there are still some obstacles in the implementation, therefore there should be increased supervision, coordination between parties, and socialization to the mandatory user charges to anticipate the existing obstacles.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Warkum Sumitro, 1956-
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1989
T36459
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muharsjah
"Kabupaten Dati II Serang mempunyai luas sawah 63339.32 ha atau 33,56%
dari luas wilayah kabupaten dengan tingkat kesuburan tanah relatif dari sedang
sampai baik. Keadaan ini ditunjang dengan posisinya yang dekat dengan lbu Kota
Negara sehingga dapat memudahkan pemasaran hasil - hasil pertanian baik di
wilayah sendiri maupun ke luar wilayah Kabupaten Dati II Serang. Namun jika
dibandingkan luas tanah sawah dengan jumlah petani yang memiliki tanah sawah di
Kabupaten Dati II Serang, rata- rata petani di kabupaten tersebut tergolong petani
gurem.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang dikemukakan
sebagaiberikut:
1. Bagaimanakah taraf hidup petani di Kabupaten Serang ?
2. Apakah faktor pengairan, frekwensi kunjungan penyuluhan dan keadaan fisik
mempengaruhi taraf hidup petani ?
Batasan - batasan dalam penulisan ini adalah :
- Taraf hidup petani adalah tingkat kemampuan petani untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup minimum dari penghasilannya mengolah tanah sawah.
- Petani adalah orang yang mata pencaharian utamanya bekerja dengan cara
menanam atau memelihara tanaman pangan di sawah ( padi dan palawija) dengan
sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual atau memperoleh pendapatan atau
keuntungan atas resiko sendiri dan bukan sebagai buruh atau kuasa usaha
(BPS). Dalam penulisan penelitian ini yang dimaksud petani adalah khusus
hanyalah petani pemilik, petani penggarap dan buruh tani tidak dimasukkan ke
dalam tulisan ini.
Sawah adalah tanah yang berpematang,sering digenangi air, dengan tujuan
utama ditanami padi dan atau bergiliran dengan palawija.
Untuk mengetahui tingkatan taraf hidup petani ini di hitung berdasarkan
pendapatan per kapita per tahun dari keluarga petani yang dinyat akan dengan
jumlah setara dengan beras,yaitu I. A
K =
X. r
Taraf K = taraf hidup rumah tangga petani
I = pendapatan bersih petani tanah sawah (rp/ha/th)
A = luas rata - rata tanah sawah setiap rumah tangga petani (ha)
r = rata - rata jumlah anggota keluarga tiap rumah tangga petani.
X = nilai harga beras sebesar 240 kg
Apabila nilai :
- K < 1 disebut sebagai kelompok petani miskin sekali, dengan pendapatan
per kapita per tahun kurang dari 180 kg setara beras.
- K = 0,6- 1 disebut sebagai kelompok petani miskin, dengan pendapatan per
kapita per tahun antara 180 - 240 kg setara dengan beras.
- K = 1 - 1,6 disebut kelompok petani hampir miskin, dengan pendapatan
perkapita per tahun antara 240- 320 kg setara dengan beras.
- K > 1 ,6 disebut kelompok petani cukupan, dengan pendapatan perkapita
pertahun lebih besar dari 320 kg setara dengan beras.
Untuk menjelaskan faktor - faktor yang paling berpengaruh terhadap taraf
hidup petani dilakukan korelasi peta. Dari hasil analisa maka ringkasan penelitian ini
adalah:
1. Taraf hidup petani di Kabupaten Serang lebih banyak terdapat pada golongan
miskin sekali dengan persentase 43,3 % atau 13 kecamatan. Untuk golongan
taraf hidup petani yang cukup terdapat di 5 kecamatan atau 16,7% dari seluruh
kecamatan. Sedangkan 40% lainnya termasuk dalam golongan petani yang
taraf hidupnya miskin dan hampir miskin.
2. a: Taraf hidup petani cenderung semakin baik bila berada pada kondisi wilayah
dengan kepadatan pengairan yang padat, frekwensi kunjungan penyuluhan
yang tinggi, kemiringan lereng 0- 2% dan ketinggian antara 3-25m dpl.
b. Dari keempat faktor yaitu kepadatan pengairan, frekwensi kunjungan
penyuluhan, ketinggian dan lereng temyata yang paling berpengaruh
terhadap taraf hidup petani tanah sawah padi dan palawija di Kabupaten
Serang adalah faktor kepadatan pengairan. Hal ini .disebabkan tingkat
klasifikasi yang sesuai antara taraf hidup petani padi dan palawija dengan
kepadatan pengairan lebih besar jumlahnya ( 53,3% ) dibandingkan ke tiga
faktor lainnya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roosiah Yuniarsih
"Dalam rangka meningkatkan pembangunan pedesaaan terutama melalui peningkatan prakarsa dan swadaya masyarakat desa serta memanfaatkan secara maksimal dana-dana yang langsung maupun tidak langsung diperuntukkan bagi pembangunan pedesaan , otonomi desa merupakan salah satu alternatif. Tetapi publikasi mengenai otonomi desa masih sedikit melalui publikasi tersebut diketahui bahwa otonomi desa diberi peluang melalui kebijaksanaan Pemerintah dalam Undang Undang Nomor 5 Tahun 1979 di dalam praktek otonomi desa antara desa yang satu dan lainnya dapat berbeda baik karena perbedaan kepentingan dan kebutuhan serta secara normatif secara normatif berarti perbedaan besarnya otonomi desa bergantung pada besarnya sisa urusan rumah tangga dari keseluruhan urusan setelah dikurangi dengan urusan Pemerintah Pusat Dati I dan Dati II Akan tetapi secara nyata juga terdapat perbedaan mengenai besarnya otonomi desa sehingga peran desa terhadap pembangunan juga tidak sama dan perbedaan dalam arti adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan di dalam praktek otonomi desa."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>