Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elin Erlina
"Banten Sultanate is a region known having active and productive ulema (the savants) in writing and copying manuscripts (works) especially religious manuscripts. The process of works writing got full support from the ruler. It had been recorded since Sultan Abu Mafakir Mahmud Abd al-Qadir regime (ruled 1626-1651), and furthermore, the productive period of process of works writing continued until the 19th century. Many of them belonged to Middle East ulema alumnae and stayed in Mecca for a long time, while being there they were active in writing work. Banten Sultanates had a religion counselor, who was one of ulema alumnus, at the same time as a royal work writer who was used to write on his king request. Some religious manuscripts were /dab literature which contained religious teaching an advices, for example filch, theology, Sufism or mysticism, tafsir, nahwu and sarI(Arabic grammer), akhlaq (morals and Islam etics), etc. They were written in Arabic, Sundanesse, Javanesse, and Malay with Pegon, Jawi, Arabic and Latin writing character. And those manuscripts haven't been much researched yet until to day primarity from philological approach. One of Bantenese who had ever been in Mecca is Abdullah bin Abd al-Qahhar al-Bantani - henceforth we call him al-Bantani - he was a writer and copier of the 18""' century's works in the rule of Sultan Abu Nasr `Arif al-Din Zain al-`Asyigin bin `Abd al-Fath Syifa' 7ain al-`Arifin (1753-1777). He wrote three religious books and one of them is Fat/i al Muluk Liyasila ila Malik al-Mu/0k `ala Qa `idat Ahl al-Su/ilk (FM) that contained mysticism. This book had neo¬sufism typical written based on Sultan's request in 1183 H (1769M) and become one of Sultan's private library collections. He is also considered as a great Bantenes ulemas after Yusuf al-t Makassari (d. 1699M). The other his works and copies in manuscripts now are still kept in National Library of Indonesia and have not been published yet. FM is a codex unicus and autographic manuscript which in this research as an object that is done using philological and intertextual approach with editing of the text and content analysis. FM's content represents description of Sufism tendency happened commonly in the world of Islam in the 17d' - 18' centuries. In that era, Sufism tended to Islam orthodhox that was tighter and was reconciled with al-Ghazali teaching. While al-Ghazali was considered as a sunni sufic mystic prominent figure. Around the 16tl' - 17d' centuries, sufism world tended to heterodhox and heretical teaching, for instance wandat al-wujud (the unity of being) doctrine of Ibn `Arabi which is considered as a philosophical sufic mystic. Through FM, al-Bantani did reconciliation between al-Ghazali's teaching and Ibn 'Arabi's teaching, and based this reconciliation (or combination) of teaching on the main source of syari a (Islamic formal law, Sacred law); the Koran and the sunna (the prophet tradition). It made al-Bantani's teaching and thought categorized Neo-sufism. This reconciliation of the two teaching (al-Ghazali's and Ibn `Arabi's) was reflected primarily on al-Bantani's thought of relation between God and Nature which regarded as the relation between Khhliq (The Creator) and khalq (the creature). In such a relation, al-Bantani made the concept of tajalli (manifestation of God) of Ibn `Arabi becoming more accessible from the syaz a side, that is Allah does tajalli with creature in His tanzih (purification) and His tasybth (assimilation) so the only and only God as The One Reality is Allah who is pure from all countable creature - He is an Uncountable - and similarity to the creature. His tajalli or tanazzul is..."
2007
T37302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meutia Wardhani Abyanti
"ABSTRAK
Subyek skripsi ini mengungkapkan deskripsi dan re1e_vansi ajaran yang terkandung dalam Serat Wulang susunan Raden Mas Riya Jayadiningrat I (Jakarta: PN Balai Pustaka, 258 halaman, tahun 1951.) ini terdi.ri dari empat sub judul suluk (Suluk Marga Wirya, Suluk Jekrek, Suluk Mas Nganten,Suluk Candra).
Data deskripsi yaitu berdasarkan jumlah penggolongan dan kualitas ajaran tentang hubungan manusia dengan Tuhan; sesama manusia dan alam sekitar (flora, fauna ,dan benda); dengan mempertimbangkan unsur cerita maupun uraian yang terdapat dalam setiap suluknya.
Adapun untuk mengungkapkan relevansi suatu ajaran, yaitu berdasarkan jumlah rumusan dan kualitas ajaran yang tampil dari setiap data deskripsi, dengan mernpertimbangkan pola pemikiran Jawa, pola sebab akibat dan pengalaman hidup di sekitar penulis serta seminim mungkin perbedaan tafsiran antara penulis dengan pembaca.
Kesimpulannya, yaitu dalam Serat Wulang ini terdapat 55 rumusan ajaran (yang dibagi untuk 8 macam sasaran kepada siapa ajaran tersebut ditujukan), di mana ke 55 rumusan ajaran tersebut, keseluruhannya masih relevan dengan kehidupan masa kini.

"
1990
S11377
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Abdullah
"Bachtiar (1974) dalam salah satu artikelnya menuliskan bahwa di antara tujuan pembangunan nasional yang harus diperhatikan pada masa-masa mendatang adalah pentingnya memelihara dan mengembangkan kebudayaan nasional. Pengembangan budaya nasional Indonesia secara historis tidak dapat dipisahkan dari berbagai nilai budaya masa lampau yang banyak tersimpan dalam dokumen-dokumen sejarah. Salah satu wujud dokumen sejarah yang banyak mengandung nilai budaya masa lampau ialah peninggalan yang berupa naskah-naskah klasik Nusantara. Salah satu jenis naskah itu antara lain adalah naskah-naskah Melayu klasik yang cukup banyak jumlahnya.
Naskah-naskah Melayu klasik yang bernilai tinggi itu menurut Hussein (1974: 12) belum ditangani secara saksama dan optimal. Bahkan menurut Chambert Lair dalamArchipel 20 (1980: 45) ada empat ribu naskah Melayu yang belum diteliti orang. Karena itulah banyak di antara naskah-naskah itu yang masih terlantar di berbagai perpustakaan, baik di dalam maupun di luar negeri (Robson, 1978: 2-3). Hal ini sungguh sangat memprihatinkan, mengingat naskah-naskah itu merupakan warisan sastra yang memiliki nilai-nilai spiritual dan intelektual yang sangat berguna untuk kehidupan masa kini dan masa mendatang (Sutrisno, 1981: 7)"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Muslim
"ABSTRAK
Naskah Arab Kunhu Ma La Budda Minhu yang tersimpan di Perpustakaan Nasional RI adalah salinan dari karya sufi terkenal, Ibn al-'Arabi.
Penelitian filologis berhasil mengungkapkan bahwa naskah tunggal ini merupakan salah satu hasil rampasan perang tentara Belanda dari sebuah masjid di daerah Lamjong, Aceh, pada tahun 1879, Salinan naskah ini dapat ditemukan juga di perpustakaan lain di luar negeri seperti di Berlin, Kairo dan Damaskus. Dari segi bahasa, naskah ini mengandung 33 kesalahan; 27 di antaranya kesalahan ejaan dan selebihnya kesalahan gramatikal.
Analisis teks berdasarkan pendekatan hermeneutik membuktikan bahwa teks ini mengandung delapan amanat pokok; empat menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, tiga menyangkut hubungan sesama manusia, dan satu menyangkut hubungan manusia dengan alam. Amanat-amanat itu dituangkan dalam bentuk jawaban atas pertanyaan "murid" mengenai hal-hal yang harus diyakini dan diamalkan dalam kehidupan sufi.
Amanat-amanat itu tidak dapat dikelompokkan ke dalam ajaran tasawuf falsafi yang menekankan pemikiran filosofis, seperti yang terdapat dalam sebagian besar karya lain Ibn al-'Arabi, melainkan termasuk ajaran tasawuf sunni yang menekankan penghayatan dan pengamalan syariat agama Islam secara baik dan benar, sesuai Quran dan Hadis.

ABSTRACT
The Arabic manuscript entitled Kunhu Ma La Budda Minhu that is stored in the National Library Perpustakaan Nasionat RI (PNRI), Jakarta, is a copy of famous Sufi?s works, Ibn al-'Arabi.
The philological research reveals that the text is the only one manuscript kept in PNRI that was in 1879 carried a way by the Dutch army from a mosque in Lamjong, Aceh. The copies of the manuscript can also be found in other libraries such as in Berlin, Cairo, and Damascus. Based on the language analysis there are 33 word's mistakes found in the text; 27 of them are spelling errors and the rest are grammatical errors.
The hermeneutic analysis shows that the text contains 8 fundamental instructions; 4 of them concerns about relation between man and God; 3 concerns about relation among human beings; and 1 relates to relation between man and nature. These instructions are formed in the response of "murid" questions about the important things that have to be believed and done in the Sufi?s life.
These instructions can not be grouped into tasawuf falsafi doctrine that emphasizes on the philosophical thought, such as the majority of Ibn al-'Arabi's works. These instructions, however, can be included in the tasawuf sunni doctrine that stresses on the full and total religious experiences and the implementation of the Islamic law based on the Quran and Hadis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarwit Sarwono
"ABSTRAK
Penelitian ini diberi judul Juarian Beringin: Suntingan Naskah dan Tinjauan Bentuk. Tujuan pokok penelitian ini adalah menyajikan suntingan naskah Juarian Beringin (JB), dan menyajikan uraian tentang bentuk teks juarian. Oleh karena naskah-naskah JB dapat dikelompokkan sebagai naskah-naskah Ka-Ga-Nga kelompok Melayu Tengah, maka saya memandang perlu untuk menguraikan sekadarnya tentang bahasa dan konvensi penulisan teks dalam naskah-naskah Ka-Ga-Nga kelompok ini. Untuk kepentingan pembicaraan ini, saya mempergunakan sejumlah naskah Ka-Ga-Nga koleksi Perpustakaan Nasional Jakarta, Museum Negeri Bengkulu, KITLV dan Rijksuniversiteit Bibliotheek Leiden.
Pengamatan dan analisis terhadap data, memperlihatkan kenyataan-kenyataan sebagai berikut.
1. Dalam naskah-naskah Ka-Ga-Nga kelompok ini, terdapat variasi bentuk aksara yang menyatakan silaba yang sama, atau bentuk aksara yang sama yang mewakili silaba yang berbeda, dan adanya variasi bentuk sandangan yang berfungsi sama.
2. Terdapat kecenderungan yang tertentu dalam penulisan kata, di samping adanya lebih dari satu cara untuk menuliskan kata-kata yang sama. Kenyataan ini kiranya bertalian dengan persepsi saya teks tentang bahasa lisan dan bahasa tulis, misalnya dalam hal
penulisan kata berimbuhan, dan penulisan bunyi glotal.
3. Terdapat petunjuk yang memperlihatkan adanya kekeliruan dalam penulisan kata, dengan atau tanpa perbaikannya. Sifat bahan naskah (bambu, kulit kayu, tanduk, ratan), dan kecepatan mengeja teks yang tidak sama dengan kecepatan menulis, kiranya menjadi faktor penyebab kenyataan ini.
4. Terdapat penyingkatan dan pengulangan kata, atau pengu-langan larik. Hal ini tampaknya bertalian dengan sifat teks-teks Ka-Ga-Nga, yang pada awalnya adalah teks-teks lisan yang lazim dibawakan dalam kesempatan tertentu dan dengan demikian memiliki irama yang tertentu. Pada saat teks ditransformasikan, diduga penulis teks melagukannya sesuai dengan irama teks yang bersangkutan. Gejala penyingkatan kata, pengulangan kata atau larik dapat di_pandang sebagai wujud penyesuaian larik dalam bait-bait teks dengan iramanya. Cara penulisan kata yang tertentu agaknya juga mencerminkan irama dari teks yang bersangkutan.
5. Naskah-naskah JB tidak memperlihatkan hubungan genealogic, dalam arti, yang satu adalah turunan atau salinan dari yang lain, melainkan masing-masing diduga diturunkan dari saksi lisan. Hal ini tampak dari persamaan dan perbedaan dalam hal bentuk aksara dan sandangan, bahasa (dialek), dan muatan yang dikandungnya. Untuk kepentingan suntingan naskah, dipilih naskah C (Rijksuniversiteit Bibliotheek Leiden), dengan pertimbangan bahwa naskah ini merupakan naskah yang utuh. Naskah C ditulis dalam dielek /e/, diduga berasal dari Ogan Ilir atau Kikim, tampak antara lain dari adanya gugus mp, nt, nc, dan ngk.
6. Teks JB dapat dikelompokkan sebagai teks kejadian yaitu teks-teks yang menguraikan perihal terjadinya dan susunan atau struktur alam semesta dan seisinya . Dalam kaitan ini, teks JB menguraikan asal sejatinya manusia, hakikat sejatinya manusia dan Tuhan, dan tempat kembalinya sejatinya manusia. Dalam teks JB juga diuraikan susunan beringin sebagai simbol semesta.
7. Ciri khas teks juarian terletak pada bentuknya, yaitu dialog, tanya jawab antara dua pelaku (laki-laki dan perempuan). Satuan-satuan dialog, tersusun atas unsur-unsur pembentuk yang tetap dan cenderung berulang. Ciri ini membedakannya dari bentuk dialog pada teks-teks yang bukan juarian. Selain itu, larik-larik dalam dialog pada teks juarian juga memperlihatkan struktur yang paralel, dan memuat kata-kata yang secara semantis paralel. "
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Turita Indah Setyani
"Tantu Pangelaran (TP) sebagai obyek penelitian visi yang penulis garap, merupakan salah satu upaya untuk meleng_kapi khasanah sastra Jawa. Dan teks TP yang dipergunkan ini adalah teks edisi Pigeaud, sebab teks tersebut telah menja_di teks edisi kritis dan telah pula diterbitkan dangan dicetak dalam huruf latin. Selain itu Pigeaud te1ah berhasil mengangkat TP sebagai buku Jawa tertua yang berisi mitologi Jawa asli, sehingga TP dapat dikatakan sebagai karya sastra Jawa asli. TP sebagai karya sastra Jawa asli tentunya mengandung sebagian warisan rohani dari bangsa Indonesia pada masa si_lam. Dan salah satu kandungan warisan tersebut dapat berupa visi. Oleh karena itu, penelitian ini berupaya untuk mengungkapkan visi yang terkandung dalam TP. Dari tujuan ini kita dapat memperoleh visi yang diinginkan oleh TP itu sendiri, baik secara bagian-bagian maupun secara keseluruhan. Dan mem_peroleh visi/pandangan TP, berarti juga memperoleh visi/pan-dangan pengarangnya, sehingga kita dapat mengetahui betapa sesungguhnya visi pengarang TP itu sendiri.Masalahnya, bagaimana mencari dan menemukan visi TP? Untuk itu diperlukan konsep tentang visi dan metode untuk menganalisa visi tersebut. Visi adalah tanggapan keseluruhan pengarang tentang pengalamannya atas hubungan yang menyeluruh dengan dunia nyata, yang bertitik tolak dari pandangannya sendiri. Dan untuk mencari dan menemukan visi, berdasarkan tema ceritanya, sebab visi itu diungkapkan dalam cerita melalui pelayanan tema. Sedangkan untuk menganalisis visi tersebut, penulis menggunakan metode struktural. Berdasarkan metode ini, karya sastra TP akan dipandang sebagai struktur visi yang terdiri dari unsur-unsur visi yang secara keseluruhan membangun karya sastra TP yang utuh danmenyeluruh. Jadi cara kerja penulis aalam menggarap visi TP, yaitu TP dibagi menurut bagian-bagian ceritanya, dari masing-masing cerita dicari dan ditemukan tema serta ceritanya. Setelah visi ditemukan, dianalisis satu per satu, kemudian barulah disimpulkan secara keseluruhan. Dari keseluruhan penbahasan yang berupaya mengungkapkan visi yang terkandung dalam TP, dapatlah disimpulkan bahwa TP mempunyai dua macam orientasi visi, yaitu 1) visi yang berorientasi Jawa, sangat dominan dan meliputi visi tatanan hidup, visi asal mula, dan visi ajaran; 2) visi yang berorientasi India, tidak dominan dan meliputi visi asal mula serta visi tatanan hidup. Dengan adanya visi yang berorientasi India dalam TP, memberikan pandangan bahwa budaya Jawa tidak menutup kemung_kinan mengadakan penyerapan terhadap budaya luar (asing), dalam hal budaya India, sepanjang diperlukan dan tidak mengubah pola kepribadian budayanya sendiri."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Puspitorini
"Telaah linguistis terhadap Bahasa Jawa Kuna masih belum banyak dilakukan. Oleh sebab itu, tesis ini mengambil partikel pwa dalam bahasa Jawa Kuna sebagai topik penelitian. Partikel pwa disorot melalui tiga hal berikut ini. (a) Fungsi gramatikal partikel pwa. Telaah ini meliputi analisis intrakalimat dan analisis ekstrakalimat; (b) Hubungan semantis antarklausa dalam kalimat pwa; dan (c) Partikel pwa dalam kaitannya dengan partikel sejenis. Secara umum, penelitian ini dilaksanakan untuk mendapat deskripsi tentang partikel pwa dalam bahasa Jawa Kuna melalui analisis sintaktis dan semantis. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk (a) mengungkapkan fungsi gramatikal partikel pwa; (b) mengungkapkan jenis-jenis hubungan makna antarklausa dalam kalimat pwa; (c) membandingkan antara partikel pwa dan to dan mengungkapkan fungsi gramatikal partikel majemuk to pwa, pwa ya, dan pwa ya ta. Secara struktural, partikel pwa hadir pada satu konstruksi berupa sebuah klausa. Jangkauan partikel ini hanya satu klausa. Dengan menggunakan pola A pwa-R untuk menggambarkan struktur klausa pwa, partikel pwa merupakan pewatas dari dua konstituen yang berbeda secara fungsional. Partikel pwa menandai elemen kalimat yang dianggap penting atau yang menjadi fokus. Elemen ini terletak di awal kalimat dan biasanya merupakan informasi baru. Jadi pwa mewatasi informasi lama dari informasi barn. Dengan menggunakan pola A-pwa-B, maka A merupakan informasi barn, sedangkan B merupakan informasi lama. Hubungan makna antarklausa dalam kalimat pwa bisa berupa hubungan waktu berurutan dan bersamaan, dan hubungan sebab-akibat. Secara intrakalimat, persamaan antara partikel pwa dan ta (5.2.1) terletak pada jangkauannya yang berupa satu klausa. Keduanya mewatasi dua konstituen yang berbeda secara fungsional. Dilihat dari segi fungsi komunikatifnya, keduanya merupakan penanda Fokus. Fokus biasanya berupa informasi baru. Perbedaan antara pwa dan ta tampak pada urutan dua klausa yang menyatakan hubungan makna. Partikel majemuk ta pwa hadir dalam klausa berpola A-ta pwa-B yang didominasi dengan posisi A berupa P verba berafiks arealis, terutama yang membawa amanat perintah. Partikel pwa ya memiliki fungsi yang sama dengan partikel pwa jika hadir dalam klausa berpola A-pwa-B. Partikel majemuk ini dapat mengikuti konstituen yang menyatakan keterangan waktu. Konstituen ini mengawali klausa ta. Partikel pwa ya ta mempunyai fungsi gramatikal yang sama jika hadir dalam klausa berpola A-pwa ya ta-B."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
T37425
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Woro Retno Mastuti
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11727
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Ketut N. Natih
"Pendahuluan
Sastra Bali, sebagai salah satu "sastra daerah Indonesia, termasuk sastra klasik, sampai sekarang masih terlantar" (Robson, 1978: 5). Naskah-naskah sastra Bali, yang sebagian besar ditulis dalam lontar dengan aksara Bali, sangat banyak jumlahnya, namun belum ditangani sebagaimana mestinya, Naskah-naskah lontar itu ada yang disimpan sebagai milik pribadi, dan ada pula yang disimpan di perpustakaan-perpustakaan, seperti: Perpustakaan Gedong Kirtya di Singaraja, Perpustakaan Museum di Denpasar, Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Udayana di Denpasar, dan Pusat Dokumentasi Kebudayaan Bali milik Pemerintah Daerah Propinsi Bali di Denpasar.
Beberapa di antara lontar-lontar itu sudah ada yang ditransliterasikan dari aksara Bali ke huruf Latin, kemudian, disebarluaskan dalam bentuk buku cetakan dan stensilan. Transliterasi itu sangat menolong masyarakat, terutama mereka yang tidak menguasai aksara Bali, namun ingin mendalami makna dan hakikat hidup yang terkandung di dalamnya.
Sastra-sastra daerah Indonesia, termasuk sastra daerah Bali, banyak yang terlantar karena penelitian naskah klasik memakan waktu banyak, karena naskah tersebut ditulis dalam Bahasa dan aksara daerah. Pada hal makna isi naskah tersebut sesungguhnya sangat berharga dan penting."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ufi Saraswasi
"Candi di dalam Sejarah Kesenian Indonesia, dikenal sebagai istilah generik untuk menamakan golongan bangunan. Candi merupakan salah satu peninggalan Indonesia kuno, khususnya dari masa Hindu dan Budha yang mempunyai fungsi keagamaan. Pada dinding Candi adakalanya terdapat bidang hias berisi pahatan timbul, yang lazim dikenal dengan istilah relief. Relief dapat dibedakan atas relief cerita (naratif) dan relief penghias bidang. Relief cerita sebagian besar didasarkan atas naskah-naskah agama, wiracarita dan sebagainya, sedangkan relief penghias bidang adalah relief yang merupakan hiasan belaka, misalnya berupa roset atau apsara, dan relief berupa pemandangan yang melukiskan keindahan alam (Satan, 1987:288). Berdasarkan motifnya, relief dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu : (1) motif geometris, (2) motif manusia dan bagiar-bagian tubuh manusia (3) motif flora, (4) motif fauna, (5) dan lain-lain (Satan, 1987:289). Penampilan gaya relief selama ini dibedakan oleh para ahli dalam dua gaya, yaitu relief gaya Jawa Tengah, yang berkembang pada abad VIII -X M dan relief gaya Jawa Timur, yang berkembang pada abad XI-XV M. Penggunaan istilah gaya untuk seni pahatan relief sebenarnya berawal dari suatu kebiasaan penyebutan gaya seni untuk bangunan Candi. Pengelompokan gaya seni Candi atas dasar aspek wilayah, selanjutnya diajukan suatu keberatan oleh Harlan. Santiko pada saat "Pidato Pengukuhan Guru Besar Sastra Universitas Indonesia". Dinyatakan oleh Santiko, bahwa penamaan gaya seni berdasarkan aspek wilayah merupakan suatu hal yang kurang tepat, karena seringkali menimbulkan kerancuan. Santiko, mengusulkan penamaan gaya seni Candi berdasarkan aspek zaman atau periode, misalnya Candi gaya Mataram Kuno (abad VIII-X M), Candi gaya Singasari (abad XII-XIV M), dan Candi gaya Majapahit (abad XIII - XV M) (Santiko, 1995:4), Candi gaya Mataram Kuno ditandai dengan pahatan relief motif geometris, motif flora, motif fauna. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>