Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
Oktia Hendra
"Transformasi digital melalui kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah paradigma pelayanan publik dari pelayanan bersifat konvensional menjadi pelayanan berbasis internet. Perubahan paradigma ini memicu kemunculan Kota Cerdas (Smart City) yang telah marak dalam beberapa dekade terakhir. Salah satu perwujudan implementasi Kota Cerdas adalah e-government, yang salah satunya direalisasikan melalui aplikasi layanan kependudukan berbasis internet yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Depok dalam beberapa tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepuasan masyarakat Kota Depok terhadap layanan dokumen kependudukan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kotanya. Lokus penelitian dilakukan di dua kelurahan di Kecamatan Cinere, yaitu Kelurahan Cinere dan Kelurahan Gandul dengan pertimbangan bahwa kedua kelurahan ini merupakan yang terpadat di Kecamatan Cinere. Secara sosial ekonomi, Kecamatan Cinere merupakan kecamatan yang termaju di antara kecamatan-kecamatan yang ada di Kota Depok, sehingga kemungkinan penggunaan sistem aplikasi online dalam pelayanan dokumen kependudukan oleh masyarakat lebih besar dibandngkan penggunaan oleh masyarakat di bagian wilayah lainnya di Kota Depok. Pendekatan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang dianalisis dengan statistika deskriptif dan statistika inferensial (regresi logistik biner). Secara umum tidak ada perbedaan signifikan dalam hal tingkat kepuasan menurut kategori variabel bebas yang diajukan dalam penelitian ini. Perbedaan yang signfikan terjadi pada Status Migrasi Seumur Hidup responden dan durasi penyelesaian dokumen kependudukan. Penelitian ini merekomendasikan kepada Pemerintah Kota Depok untuk mengedepankan dan meningkatkan integritas melalui penguatan e-governance dalam pengelolaan aplikasi dukcapil.
Digital transformation through advances in information and communication technology has changed the paradigm of public services from conventional services to internet-based services. This paradigm shift has triggered the emergence of Smart Cities, which have flourished in the last few decades. One of the embodiments of Smart City implementation is e-government, one of which is realized through the application of internet-based population services organized by the Depok City Government in recent years. This study aims to analyze the level of satisfaction of the people of Depok City with the service of population documents organized by the City Government. The research locus was carried out in two villages in Cinere District, namely Cinere Village and Gandul Village with the consideration that these two villages were the most densely populated in Cinere District. Socio-economically, Cinere District is the most advanced sub-district among the sub-districts in Depok City, so the possibility of using an online application system in the service of population documents by the community is greater than the use by the community in other parts of Depok City. The approach of this research is quantitative research which is analyzed by descriptive statistics and inferential statistics (binary logistic regression). In general, there is no significant difference in the level of satisfaction according to the category of independent variables proposed in this study. Significant differences occur in the Lifelong Migration Status of respondents and the duration of completion of residence documents. This study recommends the Depok City Government to prioritize and improve integrity through strengthening e-governance in managing the Dukcapil application."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Ria Purnamasari
"Penelitian ini menganalisis penerapan inklusivitas kota bagi kelompok rentan pada jalur pejalan kaki di Lingkar Luar Kebun Raya Bogor. Kelompok rentan ini meliputi perempuan (ibu dengan stroller dan perempuan dalam menjalankan fungsi reproduksi), anak-anak, lansia, penyandang disabilitas, dan individu dengan kebutuhan khusus. Metode kombinasi kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk mengevaluasi infrastruktur dan mengidentifikasi kendala serta potensi perbaikan. Hasil penelitian menunjukkan nilai kualitas jalur pejalan kaki sebesar 65,38 (kategori II, kualitas Baik), namun ada kendala aksesibilitas akibat pengelolaan yang kurang maksimal dan desain street furniture yang menghambat. Konflik antara kelompok rentan dan non-kelompok rentan, terutama terkait dengan pedagang kaki lima (PKL) dan elemen jalan lainnya, juga ditemukan. Selain itu, analisis tabulasi silang menunjukkan pengaruh jenis kelamin terhadap kepuasan terhadap keberadaan kereb/pagar pengaman dan marka untuk difabel. Penelitian ini memberikan rekomendasi perbaikan infrastruktur untuk menciptakan jalur pejalan kaki yang lebih inklusif, serta menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan. Temuan penting dari penelitian ini adalah adanya perbedaan perspektif antara kelompok rentan dan kelompok non-rentan dalam menggunakan jalur pejalan kaki di Lingkar Luar Kebun Raya Bogor.
This study analyzes the implementation of city inclusivity for vulnerable groups on pedestrian pathways in the Outer Ring of Bogor Botanical Gardens. These vulnerable groups include women (mothers with strollers and women in reproductive roles), children, the elderly, people with disabilities, and individuals with special needs. A combination of qualitative and quantitative methods was used to evaluate infrastructure and identify obstacles and potential improvements. The results indicate a pedestrian pathway quality score of 65.38 (Category II, Good quality), but accessibility issues arise due to suboptimal management and obstructive street furniture design. Conflicts between vulnerable and non-vulnerable groups, particularly related to street vendors (PKL) and other road elements, were also found. Additionally, cross-tabulation analysis shows an influence of gender on satisfaction with the presence of curbs/safety fences and markings for the disabled. This study provides infrastructure improvement recommendations to create more inclusive pedestrian pathways and emphasizes the importance of collaboration between the government, community, and stakeholders. The key finding of this study is the difference in perspectives between vulnerable groups and non-vulnerable groups in using the pedestrian paths around the Bogor Botanical Gardens."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Manurung, Daniel Prawiro Pardamean
"Transportasi umum yang efisien merupakan salah satu komponen vital dalam perencanaan kota modern, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta. Stasiun Dukuh Atas, sebagai salah satu titik transit utama di Jakarta, menghubungkan berbagai moda transportasi di Jakarta seperti Mass Rapid Transit (MRT), Kereta Rel Listrik (KRL), dan TransJakarta, menjadikannya lokasi yang strategis untuk penelitian ini. Analisis pola pergerakan penumpang di stasiun ini sangat penting untuk mengidentifikasi kebutuhan dan tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan fasilitas transportasi umum yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola pergerakan penumpang baik secara spasial dan nonspasial di Stasiun Dukuh Atas serta perbedaan pola pergerakan berdasarkan karakteristik penumpang. Pengetahuan tentang pola pergerakan Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan penyebaran kuesioner kepada 300 pengguna MRT di Dukuh Atas. Dengan mempelajari faktor-faktor dalam pola pergerakan penumpang, seperti asal dan tujuan perjalanan, waktu kepadatan, dan karakteristik penumpang, penelitian ini diharapkan dapat mendukung pengembangan fasilitas transportasi umum perkotaan di Jakarta untuk meningkatkan efisiensi dan kenyamanan sistem transportasi umum. Hasil penelitian juga diharapkan dapat berkontribusi pada perencanaan transportasi perkotaan yang lebih baik di Jakarta dan menjadi acuan bagi pengembangan kebijakan transportasi di masa depan.
Efficient public transportation is a vital component in modern city planning, especially in big cities like Jakarta. Dukuh Atas Station, as one of the main transit points in Jakarta, connects various modes of transportation in Jakarta such as Mass Rapid Transit (MRT), Electric Rail Train (KRL), and TransJakarta, making it a strategic location for this research. Analysis of passenger movement patterns at this station is very important to identify the needs and challenges faced in developing better public transportation facilities. This research aims to analyze passenger movement patterns both spatially and non-spatially at Dukuh Atas Station as well as differences in movement patterns based on passenger characteristics. Knowledge about movement patterns. This research used a quantitative approach by distributing questionnaires to 300 MRT users in Dukuh Atas. By studying factors in passenger movement patterns, such as travel origins and destinations, crowd times, and passenger characteristics, this research is expected to support the development of urban public transportation facilities in Jakarta to increase the efficiency and comfort of the public transportation system. It is also hoped that the research results can contribute to better urban transportation planning in Jakarta and become a reference for developing transportation policies in the future."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Mardiyah Sulistiorini
"DKI Jakarta sebagai pusat perekonomian negara merupakan salah satu kota yang merepresentasi kondisi perekomonian Indonesia dengan harapan dapat menyediakan pekerjaan layak serta pertumbuhan ekonomi yang pesat melalui peningkatan investasi. Penelitian ini bertujuan untuk optimalisasi faktor-faktor eksternal dilihat dari perkembangan investasi dan ketenagakerjaan di DKI Jakarta serta pengaruh variabel kemudahan berusaha, indikator tata kelola pemerintahan, faktor ekonomi, dan sosial budaya terhadap minat investasi kembali di DKI Jakarta. Metodologi yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan permodelan Structural Equation Model (SEM), dengan menerapkan aplikasi Smart PLS berdasarkan data primer melalui penyebaran kuesioner pada sejumlah investor di DKI Jakarta dan data sekunder dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2012-2021 serta literatur terkait lainnya. Hasil dari penelitian ini antara lain penanaman modal asing lebih mendominasi dibanding penanaman modal dalam negeri, investasi menjadi salah satu faktor yang berpengaruh pada ketersediaan lapangan pekerjaan di DKI Jakarta, tenaga kerja di DKI Jakarta secara umum didominasi oleh kelulusan SMA/SMK, serta faktor yang mempengaruhi minat investasi yaitu tatakelola pemerintahan, kemudahan berusaha, dn faktor ekonomi. Sedangkan faktor ekonomi dengan indikator ketenagakerjaan, teknologi, sumber daya alam, dan sumber daya manusia tidak berpengaruh pada minat investor untuk berinvestasi kembali di DKI Jakarta.
DKI Jakarta as the center of the country's economy is one of the cities that represents Indonesia's economic conditions with the hope of providing decent work and rapid economic growth through increased investment. This study aims to optimize external factors seen from the development of investment and employment in DKI Jakarta as well as the influence of variables of ease of doing business, governance indicators, economic factors, and socio-cultural factors on interest in reinvestment in DKI Jakarta. The methodology applied in this study is quantitative using Structural Equation Model (SEM) modeling, by applying the Smart PLS application based on primary data through the distribution of questionnaires to a number of investors in DKI Jakarta and secondary data from the 2012-2021 National Labor Force Survey (Sakernas) and other related literature. The results of this study include foreign investment dominating more than domestic investment, investment is one of the factors that influence the availability of jobs in DKI Jakarta, the workforce in DKI Jakarta is generally dominated by high school / vocational graduates, and factors that influence investment interest, namely governance, ease of doing business, and economic factors. Meanwhile, economic factors with indicators of employment, technology, natural resources, and human resources have no effect on investor interest in reinvesting in DKI Jakarta."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Gerry Novandika Age
"Kebijakan pembangunan sosial masih terlihat asing diantara mayoritas realitas yang terjadi pada pembangunan dengan perspektif ekonomi, namun pada kasus Pembangunan Kampung Akuarium, ini dilandasi pada pembangunan sosial yang melibatkan peran serta masyarakatnya dalam perumusan kebijakan. Pada kasus ini penulis memakai metode kualitatif dalam menjelaskan fenomena yang terjadi dibantu dengan landasan pemikiran yang di cetuskan Bruno Latour, John Law, dan Michel Callon yaitu
Actor Network Theory (ANT). ANT mencoba mengungkap fenomena yang terjadi berdasarkan dari berbagai peran aktor yang menghasilkan dinamika yang melahirkan suatu pandangan yang sama antara aktor. Hasil dari penelitian menjelaskan bahwa pembangunan sosial pada masyarakat khususnya Kampung Akuarium dapat terwujud dengan peran variatif aktor yang terlibat, serta faktor-faktor lain seperti faktor politik dan entitas kampung sebagai aktan atau aktor
non-human (bukan manusia) yang dirumuskan sebagai strategi daya tawar komuniti terhadap pemerintah dalam mewujudkan kebutuhan kampung.
The study of development is frequently analyzed from an economic perspective without considering public participation. By using qualitative methods, this research analyzes the case of developing of the Kampung Akuarium from the perspective of social development policy by using the framework of Bruno Latour, John Law, and Michel Callon on Actor Network Theory (ANT) to explain the dynamics and roles of actors when determining collective views. The finding shows that social development in the community of Kampung Akuarium is realized because of the role of actors with different backgrounds. Other supporting factors such as political factors and Kampung Aquarium are also Urban Kampong as actant or non-human actor that can be a bargaining power strategy against the government for the government to provide for the needs of the village."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Suryadi Jaya Purnama
"Penelitian ini dilakukan di Jakarta dan sekitarnya dan bertujuan untuk menganalisis perkembangan minat berinvestasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi kalangan dunia usaha dalam berinvestasi di Ibu Kota Negara Nusantara. Penelitian ini dilakukan dengan analisa jalur (path analysis) teknik regresi linier berganda melalui pengolahan data berbasis software SPSS 26 dan membandingkannya dengan model Partial Least Square (PLS). Pengujian hipotesis menunjukkan konsistensi hasil bahwa faktor politik, ekonomi, lingkungan juga faktor kepercayaan memiliki hubungan yang sesuai dan signifikan terhadap minat investasi di Ibu Kota Negara Nusantara. Sementara faktor kebijakan pemerintah dan faktor sosial tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap minat investasi di Ibu Kota Negara Nusantara. Faktor politik, kebijakan pemerintah, sosial, ekonomi, dan lingkungan memiliki memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap kepercayaan. Uji Sobel menunjukkan variabel kepercayaan menjadi perantara (intervening) bagi pengaruh variabel ekonomi, kebijakan pemerintah, lingkungan, serta sosial terhadap minat investasi. Evaluasi dan analisis peraturan perundang-undangan terkait pemindahan ibu kota negara perlu menjadi penelitian berikutnya yang akan melengkapi penelitian ini.
This research was conducted in Jakarta and its surroundings and aims to analyze the development of investment interest and the factors that influence the business world in investing in The Capital City of Nusantara. This research was carried out using path analysis using multiple linear regression techniques using data processing based on SPSS 26 software and comparing it with the Partial Least Square (PLS) model. Hypothesis testing shows consistent results that political, economic, environmental factors as well as trust factors have an appropriate and significant relationship with investment interest in The Capital City of Nusantara. Meanwhile, government policy factors and social factors do not have a significant relationship with investment interest in The Capital City of Nusantara. Political, government policy, social, economic and environmental factors have a significant positive relationship with trust. The Sobel test shows that the trust variable is an intervening factor in the influence of economic, government policy, environmental and social variables on investment interest. Evaluation and analysis of laws and regulations related to moving the country's capital need to be the next research that will complement this research."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Defi Puspitasari
"Indonesia pada tahun di 2020 akan memasuki fenomena bonus demografi dengan meningkatnya generasi Y secara signifikan. Adanya dominasi populasi yang dapat mempengaruhi pasar perumahan terutama di kota-kota besar serta banyaknya generasi Y yang belum memiliki hunian melatar belakangi penelitian ini. Adapun Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui preferensi generasi Y dalam memilih hunian. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif analisis dekriptif dan index rata-rata. Dengan menyebar kuisioner kepada seluruh generasi Y berumur 20-39 tahun di Kota Bekasi secara online. Dari 436 kuisioner hasilnya menunjukan bahwa 78,7% generasi Y di Kota Bekasi belum memiliki hunian dan 3 dari 5 generasi Y di Kota Bekasi masih tinggal bersama orangtua. Adapun atribut preferensi hunian yang paling diinginkan generasi Y ialah keamanan yang terjaga, bebas banjir, lingkungan yang bersih, kepemilikan hunian dan dekat dengan jalan utama. Adapun tipe hunian yang diinginkan ialah hunian tapak dengan 3 kamar tidur dilengkapi dengan taman dan ruang keluarga dengan harga kurang dari 450 juta rupiah.
Indonesia in 2020 will enter the demographic bonus phenomenon with a significant increase in Y generation. The existence of population dominance that can affect the housing market in urban area as well as the number of Y genneration that do not have housing is the background of this research. The purpose of this study was to determine the Y generation preference in choosing housing. The research was conducted by using descriptive quantitative analysis method and mean index. By distributing questionnaires to all Y generation aged 20-39 years in Bekasi City by online method. From 436 questionnaires the results showed that 78.7% of Y gen in Bekasi City did not have housing and 3 out of 5 generasi Y in Bekasi City still lived with their parents. The attributes of occupancy preference that generasi Y most want are maintained security, flood-free, clean environment, residential ownership and proximity to main roads. The type of housing desired is a site residence with 3 bedrooms equipped with a garden and a family room at a price of less than 450 million rupiah."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Rosaria Wijayanti
"Penelitian ini membahas tentang penggunaan teknologi reproduksi berbantuan oleh kelompok minoritas lesbi, gay, transgender di Jepang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perkembangan teknologi reproduksi berbantuan di Jepang, latar belakang penggunaan teknologi reproduksi berbantuan oleh kelompok minoritas LGT, polemik penggunaan teknologi reproduksi berbantuan oleh kelompok minoritas LGT, dan sikap pemerintah terhadap penggunaan teknologi reproduksi berbantuan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi literatur. Penelitian ini menggunakan teori Struktural Fungsionalis terkait fenomena penggunaan teknologi reproduksi berbantuan oleh kelompok LGT di Jepang dan teori kebutuhan Maslow. Hasil menunjukkan bahwa latar belakang penggunaan teknologi reproduksi berbantuan disebabkan karena kebutuhan rasa sayang dan memiliki. Penggunaan teknologi reproduksi berbantuan meski sulit dilakukan namun pada akhirnya berhasil dilakukan. Kemudian kelompok LGT menghadapi polemik dalam menggunakan teknologi reproduksi berbantuan dalam aspek hukum, masyarakat, dan status anak.
This research discusses the use of assisted reproductive technology by lesbian, gay and transgender minority groups in Japan. The aim of this research is to determine the development of assisted reproductive technology in Japan, the background to the use of assisted reproductive technology by LGT minority groups, the polemic on the use of assisted reproductive technology by LGT minority groups, and the government's attitude towards the use of assisted reproductive technology. This research uses a qualitative approach with a literature study method. This research uses Structural Functionalist theory related to the phenomenon of the use of assisted reproductive technology by LGT groups in Japan and Maslow's theory of needs. The results show that the background to the use of assisted reproductive technology is due to the need for love and belonging. Although the use of assisted reproductive technology was difficult, it was ultimately successful. Then the LGT group faced polemics in using assisted reproductive technology in legal, societal and child status aspects"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Yusuf Faisal Martak
"Pendidikan merupakan salah satu cara bagi individu untuk dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Namun, tujuan tersebut tidak akan tercapai jika masih terdapat permasalahan pada Pendidikan itu sendiri. Saat ini, terdapat dua permasalahan Pendidikan secara umum yaitu aksesibilitas bagi Pendidikan dan imbal hasil dari Pendidikan bagi setiap individu. Pemerintah Indonesia sebagai salah satu penanggung jawab permasalahan tersebut telah membuat berbagai macam kebijakan, namun hal tersebut tidak akan bermanfaat secara maksimal jika pembentukan kebijakan tidak didasarkan pada hasil analisis yang menyasar kepada berbagai kelompok. Berfokus pada pendapatan sebagai imbal hasil Pendidikan, penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana kondisi pendapatan sebagai imbal hasil Pendidikan di Indonesia secara umum, antarjenjang, dan antarjenis wilayah. Menggunakan data Susenas 2019 dengan pendekatan analisis deskriptif dan ekonometrika persamaan mincer, didapatkan hasil bahwa: 1) Jenjang tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk Indonesia yang telah bekerja adalah SD, diikuti oleh SMA, SMP, Pendidikan Tinggi, dan tidak bersekolah; 2) Rata-rata peningkatan pendapatan sebagai imbal hasil dari Pendidikan di Indonesia setiap tahun tambahan Pendidikan sebesar 5,02%; 3) Rata-rata peningkatan pendapatan sebagai imbal hasil Pendidikan paling tinggi berada di jenjang Pendidikan Tinggi, dan semakin rendah sesuai dengan urutan jenjangnya; 4) Rata-rata peningkatan pendapatan sebagai imbal hasil Pendidikan di wilayah Metropolitan dan Perkotaan lebih tinggi dibandingkan Non-metropolitan dan Perdesaan; 5) Disparitas imbal hasil Pendidikan untuk Metropolitan dan Perkotaan dibandingkan Non-metropolitan dan Perdesaan akan meningkat seiring dengan peningkatan jenjang yang ada. Rekomendasi yang tepat berdasarkan hasil analisis tersebut adalah peningkatan akses bagi seluruh individu untuk mengenyam Pendidikan tertinggi dan perbaikan kualitas Pendidikan bagi wilayah Non-metropolitan dan Perdesaan.
Education is one way for individuals to improve their welfare. However, this goal will not be achieved if there are still problems in education itself. Currently, there are two general education problems, namely accessibility for education and the imbalance of educational outcomes for each individual. The Indonesian government as one of the people in charge of these problems has made various policies, but these will not be of maximum benefit if these policies are not based on the results of the analysis of various groups. Focusing on income as a result of education, this study aims to see how the conditions of income as a return on education in Indonesia are generally, between levels, and between regions. Using the 2019 Susenas data with a descriptive approach and mincer equation econometrics, the results show that: 1) The highest level completed by working Indonesians is elementary school, followed by high school, junior high school, higher education, and not analysis; 2) The average increase in income as a result of education in Indonesia each year of additional education is 5.02%; 3) The average increase in income as a result of education is highest at the Higher Education level, and gets lower according to the sequence of levels; 4) The average increase in income as a result of education in metropolitan and urban areas is higher than in non-metropolitan and rural areas; 5) The disparity of educational returns for Metropolitan and Urban compared to Non-metropolitan and Rural will increase along with the increase in existing levels. The appropriate recommendations based on the results of the analysis are increasing access for all individuals to receive the highest education and improving the quality of education for non-metropolitan and rural areas."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Ruddy Kaharudin Gobel
"Subsidi energi dipandang sebagai instrumen kesejahteraan untuk meringankan beban pengeluaran masyarakat miskin dan rentan. Karena itu, investasi pemerintah untuk subsidi energi sangat besar. Namun demikian, subsidi ini justru lebih menguntungkan kelompok mampu, tidak tepat sasaran, bersifat regresif dan menghabiskan anggaran pemerintah yang sangat besar. Dengan menggunakan metode kualitatif dengan tambahan analisis deskriptif terhadap agregasi data statistik mikro yang bersumber dari DTKS dan Susenas, serta menggunakan kombinasi teori multidisiplin untuk analisis, penelitian ini menyimpulkan bahwa kebijakan subsidi energi berbasis rumah tangga saat ini belum mampu menjadi instrumen kesejahteraan. Kelompok masyarakat miskin dan rentan dalam jumlah yang sangat besar tidak menikmati subsidi, bahkan tidak mendapatkan akses terhadap energi sama sekali. Kelompok tersebut termasuk perempuan kepala keluarga, penyandang disabilitas, dan lansia. Dampak negatif lainnya adalah ketergantungan terhadap energi fosil yang diimpor, menciptakan praktik kriminalitas penimbunan dan pengoplosan, serta mengurangi insentif bagi pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Perubahan paradigma kebijakan dari subsidi barang menjadi subsidi energi bersasaran langsung kepada rumah tangga diperlukan untuk memperbaiki kondisi tersebut. Perubahan ini mampu mendorong kebijakan yang lebih efektif dan inklusif, membantu mengurangi beban perempuan, mengurangi kemiskinan dan ketimpangan serta mendorong pengembangan energi terbarukan di tingkat lokal. Namun, perubahan ini harus dibarengi dengan kemampuan dalam menentukan kelompok sasaran dan dukungan elit politik pada tingkat tertinggi.
Energy subsidies are regarded as a welfare instrument aimed at alleviating the financial burden of poor and vulnerable communities. Consequently, the government's investment in energy subsidies is substantial. Nevertheless, these subsidies tend to benefit affluent groups disproportionately, miss their intended targets, display regressive characteristics, and consume a significant portion of the government budget. This research employs qualitative methods in conjunction with descriptive analysis of aggregated micro-level statistical data sourced from DTKS and Susenas. It utilizes a multidisciplinary theoretical framework for analysis. The findings of this study conclude that the current household-based energy subsidy policy falls short of an effective welfare instrument. A considerable number of the poor and vulnerable populations do not benefit from these subsidies and may lack access to energy altogether. These marginalized groups encompass female-headed households, individuals with disabilities, and the elderly. Other adverse consequences encompass a dependence on imported fossil fuels, the fostering of criminal practices such as hoarding and adulteration, and the reduction of incentives for the development of renewable energy in Indonesia. A paradigm shift in policy, transitioning from subsidizing goods to directly targeting household-based energy subsidies, is imperative to rectify this situation. Such a change can promote more effective and inclusive policies, reduce the burden on women, mitigate poverty and inequality, and stimulate the development of local-level renewable energy initiatives. However, this transition must be accompanied by the ability to identify target groups and secure political elite support at the highest level."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library