Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arva Pandya Wazdi
"Peresepan antibiotik adalah salah satu yang harus dikontrol. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotik yang berlebihan. Hal ini menjadi signfikan ketika berada di lingkup rumah sakit karena banyak dokter yang meresepkan antibiotik untuk lini pertama pengobatan sehingga menyebabkan banyaknya mikroba resisten. Oleh karena itu diharuskan adanya analisis peresepan dan penggunaan antibiotik. Analaisis ini dapat dilakukan dengan menggunakan analisis ATC/DDD yang sudah ditetapkan oleh WHO untuk menganalisis penggunaan antibiotik. Maka dari itu, dilakukan analisis peresepan dan penggunaan antibiotik di RSUP Fatmawati dengan periode Juli – Desember 2022. Hasil analisis ATC/DDD yang dilakukan menunjukkan penggunaan antibiotik di RSUP Fatmawati yang masih tinggi terutama pada antibiotik untuk mengobati TB seperti rifampicin dan ethambutol, antibiotik lain yang tinggi penggunaannya adalah antibiotik cefixim yang biasanya diresepkan sebagai lini pertama ISPA. Oleh karena itu perlunya diadakan pemantauan lebih terkait penggunaan antibiotik tersebut terutama pengetesan berkala mikroba terkait ISPA dan TB yang berada di RSUP Fatmawati untuk melihat resistensi antimikroba yang bertujuan untuk mencegah untreatable nosocomial invection.

Antibiotic prescribing is one that must be controlled. This aims to prevent excessive antibiotic resistance. This becomes significant when in the hospital setting because many doctors prescribe antibiotics as the first line of treatment, causing many resistant microbes. Therefore, it is necessary to analyze the prescribing and use of antibiotics. This analysis can be carried out using the ATC/DDD analysis which has been established by WHO to analyze antibiotic use. Therefore, an analysis of the prescribing and use of antibiotics was carried out at Fatmawati Hospital for the period July – December 2022. The results of the ATC/DDD analysis carried out showed that the use of antibiotics at Fatmawati Hospital was still high, especially antibiotics to treat TB such as rifampicin and ethambutol, other antibiotics that The highest use is the antibiotic cefixim which is usually prescribed as the first line of ARI. Therefore, it is necessary to carry out more monitoring regarding the use of antibiotics, especially periodic testing of microbes related to ARI and TB at Fatmawati General Hospital to see antimicrobial resistance with the aim of preventing untreatable nosocomial infections.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Puspita Puspasari
"Praktik kerja profesi apoteker di Apotek Kimia Farma bertujuan untuk mampu memahami peranan, tugas dan tanggung jawab apoteker dalam praktek pelayanan kefarmasian di apotek sesuai dengan ketentuan perundangan dan etika farmasi yang berlaku. Fokus pembelajaran tugas dan fungsi apoteker ini terdapat pada bagian pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis dan pelayanan farmasi klinik. Salah satu tugas dan fungsinya adalah kegiatan pengkajian resep yang harus dilakukan oleh apoteker menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Kegiatan ini dilakukan untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Kegiatan pengkajian resep meliputi kajian administratif, kajian kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis. Pada bulan September 2016 di Apotek Kimia Farma No.352 mendapatkan resep yang prevalensinya paling tinggi adalah resep peptic ulcer didapatkan hasil analisa pada salah satu sampling resep resep pada bulan September 2016 yang dilakukan di apotek Kimia Farma No. 352 Depok untuk belum memenuhi kajian administratif resep karena dokter tidak menuliskan SIP, nomor telepon dokter, berat badan, alamat pasien. Pengkajian farmasetik resep belum memenuhi karena dokter tidak menuliskan bentuk dan kekuatan obat. Pertimbangan klinis resep belum memenuhi karena adanya duplikasi obat dan interaksi obat dalam resep.

Work practices pharmacist profession in Kimia Farma aims to able to understand the role, duties and responsibilities of a pharmacist in the practice of pharmacy services at a pharmacy in accordance with the provisions of law and ethics applicable pharmacy. The focus of learning tasks and functions of pharmacists is contained in the management of pharmaceutical, medical devices, and medical materials consumables and clinical pharmacy services. One of the duties and functions are recipes assessment activities to be performed by pharmacists according to the Ministry of Health Regulations No. 35 of 2014 on Standards of Pharmaceutical Services in Pharmacy. This activity is conducted to analyze the existence of drug related problems, if found to be drug related problems, consulted with the prescribing doctor. Prescription assessment activities include administrative studies, study the suitability of the pharmaceutical and clinical considerations. In September 2016 in Kimia Farma 352 to get a prescription highest prevalence is a recipe peptic ulcer analysis results obtained at one sampling prescribe prescription in September 2016 conducted in pharmacy Kimia Farma No. 352 Depok to not meet administrative review of prescription because the doctor did not write SIP, physician phone numbers, weight, address patient. Assessment of pharmaceutical prescription has not met since the doctor did not write the shape and strength of the drug. Clinical judgment has not met for their prescription drug duplication and drug interactions in the recipe."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Puspita Puspasari
"Praktik kerja profesi apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati bertujuan agar Apoteker mampu memahami peranan, tugas dan tanggung jawab apoteker dalam praktek pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan perundangan dan etika farmasi yang berlaku, dan dalam bidang kesehatan masyarakat. Fokus pembelajaran tugas dan fungsi apoteker ini terdapat pada bagian pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis dan pelayanan farmasi klinik. Salah satu tugas dan fungsinya adalah melakukan Pemantauan Terapi Obat PTO . PTO merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi pasien. Kegiatan tersebut meliputi pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respon terapi, Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki ROTD , dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi. Apoteker klinis berperan penting dalam kegiatan PTO karena dapat merekomendasikan hal terkait obat kepada tenaga kesehatan lain, khususnya dokter, mengenai perhitungan dosis dan interpretasi hasil yang diinginkan. Oleh karena itu pemantauan terapi obat harus dilakukan secara terus-menerus agar terapi yang diterima pasien menerima terapi yang optimal.

Work practices pharmacist at Fatmawati General Hospital aims to make Pharmacists are able to understand the role, duties and responsibilities of a pharmacist in the practice of pharmacy services at the hospital in accordance with legislative provisions and applicable ethical pharmaceuticals, and in the field of public health. The focus of learning tasks and functions of pharmacists is contained in the management of pharmaceutical, medical devices, and medical materials consumables and clinical pharmacy services. One of the duties and functions are doing Therapeutic Drug Monitoring PTO . PTO is an activity that aims to ensure that drug therapy is safe, effective and rational for the patient. These activities include the assessment of drug selection, dosage, mode of administration of the drug, therapeutic response, which No Preferred Drug Reactions ROTD , and recommendations for change or alternative therapies. Clinical pharmacists play an important role in PTO activities because of drug related can recommend it to other health professionals, particularly doctors, the dose calculations and interpretation of results desired. Therefore, monitoring of drug therapy should be done on an ongoing basis in order to receive the treatment patients receive optimal therapy."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ummi Habibah
"ABSTRAK
Praktek kerja profesi di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta
Selatan dilaksanakan selama 6 minggu sejak tanggal 4 September hingga 13
Oktober 2017. Tujuan dilaksanakannya praktek kerja profesi ini adalah agar calon
Apoteker mampu memahami peranan, tugas dan tanggung jawab apoteker dalam
praktek pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai serta pelayanan farmasi
klinik. Mahasiswa dilibatkan dalam kegiatan penyimpanan, pendistribusian
pengendalian, pencatatan, dispensing, penelusuran riwayat penggunaan obat
rekonsiliasi obat visite dan Pemantauan Terapi Obat. Tugas khusus yang
diberikan berjudul Pemantauan Terapi Obat pada Pasien dengan Diagnosis Snake
Bite di Gedung Teratai Lantai 4 Utara RSUP Fatmawati. Tujuan dari tugas khusus
ini adalah untuk menganalisis masalah terkait obat yang terjadi pada Ny. TD di
ruang perawatan rawat inap Teratai lantai 4 melalui pemantauan terapi obat
dengan sistem Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) V 8.01

ABSTRACT
Internship at Fatmawati Hospital, South Jakarta was held for 6 weeks from
September 4th to October 13th 2017. This internship was intended to make
Apothecary students understand the role, duties and responsibilities of a
pharmacist in the practice include the management of pharmaceutical, medical
devices, consumable medical device and pharmacy clinical services in Hospital.
Student involved in the storage, distribution, controlling, recording, dispensing,
history of use of drug, reconciliation, and monitoring of drug therapy. Specific
assignment entitled Drug Therapy Monitoring in Patient with Snake Bite
Diagnosis in Teratai North 4th Floor Fatmawati Hospital. The purpose of this
spesific assignment is to analyze Ny.TD drug related problems by drug therapy
monitoring that use Pharmaceutical Care Network Europe (PCNE) V 8.01
system."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Friscilia Nindita Pamela
"Pemantauan terapi secara berkala mengenali interaksi obat gejala efek samping lebih awal dapat mencegah reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) pada pengobatan pasien. Anemia dapat terjadi karena perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total sel darah merah. Pendarahan saluran gastrointestinal bagian bawah dengan keluarnya darah segar sewaktu buang air besar disebut hematochezia. Tuberkulosis ekstra paru perlu diwaspadai pada orang hidup dengan HIV/AIDS(ODHA) karena kejadiannya lebih sering dibandingkan TB dengan HIV negatif. Pemberian antibiotik pada pasien suspek TB paru sebagai alat bantu diagnosis TB paru tidak direkomendasikan lagi karena hal ini dapat menyebabkan keterlambatan diagnosis TB dengan konsekuensi keterlambatan pengobatan TB sehingga meningkatkan risiko kematian. Klasifikasi PCNE (Pharmaceutical Care Network Europe) dapat membantu tenaga kesehatan profesional untuk mendokumentasikan informasi-informasi mengenai DRPs (Drug Related Problem) yang terjadi dalam proses asuhan kefarmasian. Pada pasien Hematochezia dengan Anemia, TB Paru, dan SIDA perlu dilakukan kultur resistensi antibiotik untuk melihat antibiotik yang tepat untuk pengobatan pasien. Tahapan tatalaksana pemberian terapi hematochezia, TB terlebih dahulu kemudian dijeda dengan pemberian ARV juga dinilai sudah tepat.

therapy to recognize drug interactions early side effects can prevent unwanted drug reactions (ROTD) in patient treatment. Anemia can occur due to both acute and chronic bleeding resulting in a decrease in total red blood cells. Bleeding in the lower gastrointestinal tract with the release of fresh blood during bowel movements is called hematochezia. Extrapulmonary tuberculosis needs to be watched out for in people living with HIV/AIDS (PLWHA) because it occurs more frequently than TB with HIV negative. Giving antibiotics to patients with suspected pulmonary TB as a tool for diagnosing pulmonary TB is no longer recommended because this can cause a delay in the diagnosis of TB with consequent delays in TB treatment, thereby increasing the risk of death. The PCNE (Pharmaceutical Care Network Europe) classification can help health professionals to document information about DRPs (Drug Related Problems) that occur in the process of pharmaceutical care. In Hematochezia patients with Anemia, Pulmonary TB, and SIDA, it is necessary to carry out antibiotic resistance cultures to determine the appropriate antibiotic for treating the patient. The stages of management of giving hematochezia therapy, TB first and then stopping it with giving ARVs are also considered appropriate."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nariyah Azzahra
"Antibiotik menjadi pilihan obat yang paling sering digunakan di seluruh dunia untuk menangani penyakit infeksi bakteri. Meluasnya penggunaan antibiotik akan meningkatkan risiko terjadinya resistensi dan efek obat yang tidak dikehendaki. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik harus mengikuti strategi peresepan antibiotik (Gunawardhana., 2015). Evaluasi antibiotik dapat dilakukan secara kuantitatif menggunakan ATC/DDD. Penelitian ini menggunakan studi observasional dengan pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Data yang diperoleh adalah data pasien rawat inap di RSUP Fatmawati periode Oktober – Desember 2022. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap kecuali pasien rawat inap anak dan kriteria eksklusi yaitu antibiotik yang tidak memiliki kode DDD di website WHO. Data di analisis secara kuantitatif dengan menggunakan metode ATC/DDD dan mengklasifikasikan antibiotik yang termasuk ke dalam segmen DU 90%. Berdasarkan hasil evaluasi, levofloxacin merupakan antibiotik yang paling banyak digunakan di RSUP Fatmawati yaitu 22,003 DDD/100 hari rawat inap. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam 100 hari rawat inap, terdapat 22 pasien yang mendapatkan antibiotik berupa levofloxacin baik secara oral maupun parenteral yang sudah sesuai dengan standar WHO dengan dosis sebesar 500 mg. Antibiotik yang termasuk kedalam segmen DU90% adalah levofloxacin, ampisilin-sulbaktam, cefoperazone, ciprofloxacin, amoxicillinsulbaktam, meropenem, tamicil, cefadroxil, clindamicin, cefotaxime dan cefixime.

Antibiotics are the most frequently used drug choice throughout the world to treat bacterial infections. Widespread use of antibiotics will increase the risk of resistance and undesirable drug effects. Therefore, the use of antibiotics must follow the antibiotic prescribing strategy (Gunawardhana., 2015). Antibiotic evaluation can be carried out quantitatively using ATC/DDD. This research used an observational study with data collection carried out retrospectively. The data obtained is data from inpatients at RSUP Fatmawati for the period October – December 2022. The inclusion criteria in this study were all inpatients except pediatric inpatients and the exclusion criteria were antibiotics that did not have a DDD code on the WHO website. Data were analyzed quantitatively using the ATC/DDD method and classifying antibiotics into the 90% DU segment. Based on the evaluation results, levofloxacin is the most widely used antibiotic at RSUP Fatmawati, namely 22,003 DDD/100 inpatient days. These results show that within 100 days of hospitalization, there were 22 patients who received antibiotics in the form of levofloxacin, both orally and parenterally, which complies with WHO standards at a dose of 500 mg. Antibiotics included in the DU90% segment are levofloxacin, ampicillin-sulbactam, cefoperazone, ciprofloxacin, amoxicillinsulbactam, meropenem, tamicil, cefadroxil, clindamicin, cefotaxime and cefixime.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Azka Hikmawati Aulia
"Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati pada bulan Januari sampai dengan Februari 2016. Kegiatan ini bertujuan agar mahasiswa Apoteker memahami peranan, tugas dan tanggung jawab Apoteker di rumah sakit, memiliki wawasan tentang pelaksanaan praktik kefarmasian, dan memiliki gambaran nyata akan permasalahan praktik kefarmasian dan mempelajari strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan praktik kefarmasian di rumah sakit. Apoteker di RSUP Fatmawati secara umum telah melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan Permenkes No.58 tahun 2014 meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik. Yang membedakan dengan peraturan adalah pada RSUP Fatmawati sudah tidak dilakukan pemantauan kadar obat dalam darah. Permasalahan yang ada yaitu belum tersedianya ruangan khusus untuk dilakukan konseling dan masih minimnya sumber daya manusia khususnya Apoteker di Instalasi Rawat Inap. Sebaiknya terdapat penambahan sumber daya (apoteker) di Instalasi Rawat Inap sehingga dapat melakukan pelayanan yang lebih maksimal.

Internship was held at Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati in January to February 2016. This internship aimed to make apothecary students are able to understand the role and the responsibilities of pharmacists in pharmacy practices at Hospital; have insight into the implementation of pharmacy practice, and have picture of the issues about pharmaceutical practice and learn the strategies and activities that can be done in the development of pharmacy practice in Hospital. Based on activities, Pharmacist in RSUP Fatmawati have been performing the duties and responsibilities in accordance with Permenkes no. 58 2014 include management of pharmaceutical, medical devices, medical consumable materials, and clinical pharmacy. The different between the rule and the implementation in RSUP Fatmawati is RSUP Fatmawati had not done monitoring drug levels in the blood. The problems that exists are there are not avaliable special rooms for counseling and still lack of human resources, especially in Inpatient. There should be an additional Pharmacists in Inpatient so the Pharmacists can give the maximum services for the patient.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tazkia Khairina Fathin
"Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik. Apoteker khususnya yang bekerja di rumah sakit dituntut untuk merealisasikan perluasan paradigma pelayanan kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi pasien. Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker, salah satunya di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati pada periode bulan Januari hingga Februari 2016 sebagai salah satu upaya peningkatan kompetensi apoteker.

Pharmaceutical services in hospitals is an integral part of the health care system hospital-oriented to patient care, the provision of pharmaceutical, medical devices, and medical consumable material quality and affordable for all segments of society including clinical pharmacy services. Pharmacists especially those working in hospitals are required to realize the paradigm expansion of pharmacy services from product orientation to patient orientation. Apothecary Program Faculty of Pharmacy, University of Indonesia held a internship program, one of them at Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati in the period January to February 2016 as part of efforts to increase the competence of pharmacists.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yusna Fadliyyah Apriyanti
"Telah dilakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUP Fatmawati). Kegiatan PKPA ini berlangsung selama dua bulan dari tanggal 4 Januari sampai dengan tanggal 12 Februari 2016. Tujuan dari kegiatan PKPA ini adalah agar mahasiswa Apoteker mampu memahami peranan, tugas, dan tanggung jawab Apoteker di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan dan etika pelayanan farmasi khususnya dan pelayanan kesehataan umumnya dan agar mahasiswa Apoteker memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan praktek kefarmasian di Rumah Sakit. Berdasarkan kegiatan PKPA yang dilakukan, diketahui bahwa Apoteker di RSUP Fatmawati bertanggung jawab atas kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik. Pelayanan kefarmasian di RSUP Fatmawati mangacu pada Permenkes No. 58 Tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.

Profession Internship at Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUP Fatmawati) has been done for two months from January 4th until February 12th 2016. Profession Internship at this area was intended to make apothecary student understand the role and responsibility of pharmacist in Hospital accordances to the statutory provisions and ethics, have insight into the implementation of pharmaceutical practice in RSUP Fatmwati, and know the issues in pharmaceutical practice in Hospital. Based on the activities, pharmacist in Hospital have been carrying out the duties and responsibilities in management of pharmaceutical preparation, medical devices, and consumable medical supply and in practice of clinical pharmacy. Pharmacy services in RSUP Fatmawati is carried out refers to Peraturan Menteri Kesehatan No. 58 Tahun 2015 about the standard of pharmacy services at Hospital."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yusna Fadliyyah Apriyanti
"Telah dilakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUP Fatmawati). Kegiatan PKPA ini berlangsung selama dua bulan dari tanggal 4 Januari sampai dengan tanggal 12 Februari 2016. Tujuan dari kegiatan PKPA ini adalah agar mahasiswa Apoteker mampu memahami peranan, tugas, dan tanggung jawab Apoteker di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan dan etika pelayanan farmasi khususnya dan pelayanan kesehataan umumnya dan agar mahasiswa Apoteker memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan praktek kefarmasian di Rumah Sakit. Berdasarkan kegiatan PKPA yang dilakukan, diketahui bahwa Apoteker di RSUP Fatmawati bertanggung jawab atas kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik. Pelayanan kefarmasian di RSUP Fatmawati mangacu pada Permenkes No. 58 Tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.

Profession Internship at Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati (RSUP Fatmawati) has been done for two months from January 4th until February 12th 2016. Profession Internship at this area was intended to make apothecary student understand the role and responsibility of pharmacist in Hospital accordances to the statutory provisions and ethics, have insight into the implementation of pharmaceutical practice in RSUP Fatmwati, and know the issues in pharmaceutical practice in Hospital. Based on the activities, pharmacist in Hospital have been carrying out the duties and responsibilities in management of pharmaceutical preparation, medical devices, and consumable medical supply and in practice of clinical pharmacy. Pharmacy services in RSUP Fatmawati is carried out refers to Peraturan Menteri Kesehatan No. 58 Tahun 2015 about the standard of pharmacy services at Hospital.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>