Antibiotik menjadi pilihan obat yang paling sering digunakan di seluruh dunia untuk menangani penyakit infeksi bakteri. Meluasnya penggunaan antibiotik akan meningkatkan risiko terjadinya resistensi dan efek obat yang tidak dikehendaki. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik harus mengikuti strategi peresepan antibiotik (Gunawardhana., 2015). Evaluasi antibiotik dapat dilakukan secara kuantitatif menggunakan ATC/DDD. Penelitian ini menggunakan studi observasional dengan pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Data yang diperoleh adalah data pasien rawat inap di RSUP Fatmawati periode Oktober – Desember 2022. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap kecuali pasien rawat inap anak dan kriteria eksklusi yaitu antibiotik yang tidak memiliki kode DDD di website WHO. Data di analisis secara kuantitatif dengan menggunakan metode ATC/DDD dan mengklasifikasikan antibiotik yang termasuk ke dalam segmen DU 90%. Berdasarkan hasil evaluasi, levofloxacin merupakan antibiotik yang paling banyak digunakan di RSUP Fatmawati yaitu 22,003 DDD/100 hari rawat inap. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam 100 hari rawat inap, terdapat 22 pasien yang mendapatkan antibiotik berupa levofloxacin baik secara oral maupun parenteral yang sudah sesuai dengan standar WHO dengan dosis sebesar 500 mg. Antibiotik yang termasuk kedalam segmen DU90% adalah levofloxacin, ampisilin-sulbaktam, cefoperazone, ciprofloxacin, amoxicillinsulbaktam, meropenem, tamicil, cefadroxil, clindamicin, cefotaxime dan cefixime.
Antibiotics are the most frequently used drug choice throughout the world to treat bacterial infections. Widespread use of antibiotics will increase the risk of resistance and undesirable drug effects. Therefore, the use of antibiotics must follow the antibiotic prescribing strategy (Gunawardhana., 2015). Antibiotic evaluation can be carried out quantitatively using ATC/DDD. This research used an observational study with data collection carried out retrospectively. The data obtained is data from inpatients at RSUP Fatmawati for the period October – December 2022. The inclusion criteria in this study were all inpatients except pediatric inpatients and the exclusion criteria were antibiotics that did not have a DDD code on the WHO website. Data were analyzed quantitatively using the ATC/DDD method and classifying antibiotics into the 90% DU segment. Based on the evaluation results, levofloxacin is the most widely used antibiotic at RSUP Fatmawati, namely 22,003 DDD/100 inpatient days. These results show that within 100 days of hospitalization, there were 22 patients who received antibiotics in the form of levofloxacin, both orally and parenterally, which complies with WHO standards at a dose of 500 mg. Antibiotics included in the DU90% segment are levofloxacin, ampicillin-sulbactam, cefoperazone, ciprofloxacin, amoxicillinsulbactam, meropenem, tamicil, cefadroxil, clindamicin, cefotaxime and cefixime.