Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyu Dwi Saputro
"ABSTRAK
Kejawen sebagai sebuah kepercayaan di tanah Jawa memiliki sejarah dan dinamika yang panjang. Berbagai upaya dilakukan agar kepercayaan yang mereka yakini dapat terlestari, salah satunya ialah dengan melakukan perpaduan dan peleburan terhadap unsur-unsur kebudayaan lokal. Kejawen memiliki spiritualitas yang begitu dalam di benak para penganutnya. Spiritualitas yang hidup dalam sanubari tersebut membuat kepercayaan ini terlestari dari masa ke masa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis spiritualitas salah satu kelompok kepercayaan yakni Roso Sejati dengan perspektif sosiologi. Penulis memiliki argumen bahwa pengalaman spiritual yang diperoleh para penganut Roso Sejati membuat spiritualitas yang ada pada diri mereka tumbuh dengan subur. Spiritualitas pada kelompok kepercayaan ini juga semakin diperdalam ketika melakukan interaksi dengan dunia supernatural. Disisi lain adanya pemimpin yang dianggap sebagai manusia pilihan yang memiliki kharisma yang kuat juga turut ikut membangun spiritualitas para penganut Roso Sejati. Hasil penelitian menunjukkan spiritualitas yang terdapat pada Roso Sejati berkembang dan terlestari karena adanya unsur supernatural yang turut bermain di dalamnya serta adanya pemimpin kharismatik yang membimbing para penganutnya.
ABSTRACT
Kejawen as a belief in the land of Java has a long history and dynamics. Various efforts are made to trust that they believe can be sustainable, one of which is to do mix and melting of elements of local culture. Kejawen has a deep spirituality in the minds of its adherents. The spirituality that lives in the heart makes this belief sustain from time to time. This study aims to analyze the spirituality of one group of beliefs namely Roso Sejati with the perspective of sociology. The author has an argument that the spiritual experience that the True Rosos make makes their own spirituality thrives. Spirituality in this belief group is also deepened when interacting with the supernatural world. On the other side of the existence of leaders who are considered as human choices that have a strong charisma also helped build the spirituality of the true Roso. The results show that the spirituality contained in the True Roso developed and sustainably because of the supernatural elements that participate in playing in it as well as the presence of charismatic leaders who guide the adherents."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Haerdeswari
"ABSTRAK
Hasil-hasil studi sebelumnya mengenai gerakan sosial menunjukan bahwa kekuatan jaringan di dalam gerakan sosial merupakan suatu hal yang penting untuk mencapai tujuan gerakan. Namun, ada hal lain yang sama pentingnya tidak dibahas dalam studi sebelumnya dan studi ini bermaksud untuk melengkapi kekurangan tersebut. Argumen yang berusaha dibangun di dalam studi ini adalah bahwa di dalam mencapai tujuan gerakan, kekuatan jaringan perlu dimobilisasi agar jaringan yang dimiliki oleh gerakan menjadi lebih efektif. Studi ini bermaksud untuk mengamati bagaimana Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia GMNI memobilisasi kekuatan jaringan yang dimiliki untuk mencapai tujuan dari gerakan yaitu menolak eksplorasi panas bumi di Gunung Ciremai. Melalui perspektif sosiologi, penulis akan menggunakan konsep mobilisasi sumber daya untuk menjelaskan pembangunan kekuatan jaringan didalam gerakan sosial tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualititatif dengan metode studi kasus dan menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam.

ABSTRACT
The results of previous studies on social movements show that the power of networks in the social movement is an important thing to achieve goals of the movement. However, there is something equally important not addressed in previous studies and this study intends to completing the deficiency. The argument attempted to build on this study is that in achieving the goals of the movement, the power of the network needs to be mobilized so that networks owned by the movement become more effective. This study intends to observe how the Indonesian National Student Movement GMNI mobilizes the power of its network to achieve the objective of the movement to refuse geothermal exploration in Mount Ciremai. From the perspective of sociology, the author will use the concept of resource mobilization to explain the development of network power within the social movement. This research uses qualitative approach with case study method and using data collection technique through in depth interview."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Igor Hermando
"Hiperrealitas kerap direpresentasikan dalam bentuk produk hiburan seperti, taman bermain, film, dan karya seni. Selain dalam produk hiburan hiperrealitas juga terjadi pada institusi agama. Institusi agama yang dimaksud adalah salah satu megachurch di Jakarta yang diminati oleh jemaat kaum muda kelas menengah atas. Berbeda dengan gereja arus utama, gereja tersebut memiliki berbagai karakteristik yang mendukung konsumerisme, dan terbentuknya hiperrealitas.
Beberapa studi sebelumnya membahas mengenai komodifikasi produk simbolis namun dalam artikel ini penulis menganalisis simulakra dan proses simulasi melalui ideologi khotbah, artis simbol gereja, oleh para petugas gereja setempat, fasilitas gereja seperti alat musik.
Dalam artikel ini penulis berargumen bahwa salah satu megachurch di Jakarta adalah sebuah hiperrealitas yang menawarkan produk simbolis untuk dikonsumsi oleh jemaat yang dapat memberikan efek kepuasan simbolis kepada jemaat secara khusus kaum muda. Dalam tulisan ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan mewawancarai sembilan informan yang merupakan jemaat salah satu megachurch di Jakarta.

Beside the entertaiment world, hyperreality is also practised in the religious institution. Religious institution is megachurch in Jakarta that is attended by middle-upper class youth. Unlike the mainline church, the megachurch has various characteristics that support consumerism, and the formation of hyperreality. Previous studies have discussed the commodification of symbolic products.
This study focuses on the commodification of religion by analyzing simulacra and simulation processes through ideology sermons, artists church symbols, by local church officials, church facilities such as musical instruments.
This article argues that the megachurch in Jakarta regulates hyperreality by offering symbolic products to congregation. The congregation provides symbolic satisfactions towards the youth. In this paper, the researcher applies a qualitative approach by interviewing nine informers who are part of the megachurch congregation
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Hendryan Wijaya
"ABSTRAK
Atlet pelajar memiliki permasalahan dalam menjalankan perannya sebagai atlet sekaligus sebagai pelajar. Hal tersebut mengakibat banyaknya atlet pelajar yang lebih memilih untuk mengorbankan perannya sebagai atlet dan berfokus pada perannya sebagai pelajar untuk kemudian dapat menjadi pekerja non atlet. Studi-studi sebelumnya yang membahas permasalahan atlet pelajar terbagi menjadi dua, yaitu aspek internal motivasi, semangat berkompetisi, perencanaan, serta manajemen waktu dan aspek eskternal peran orangtua, peran pelatih, dan institusi dalam bentuk dana ataupun program . Pada penelitian ini peneliti berargumen bahwa atlet pelajar SKO lebih memilih perannya sebagai pelajar, karena dipengaruhi secara tidak langsung oleh pihak sekolah melalui pengetahuan sekolah dan kurikulum terselubungnya untuk mereproduksi kultur kelas pekerja. Pada studi ini, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan melakukan pengumpulan data melalui wawancara mendalam pada atlet pelajar yang sedang mengikuti pendidikan di salah satu SKO, pihak sekolah serta pengajar SKO mengenai persepsi mereka terhadap pendidikan SKO.

ABSTRACT
Student athlete have a problem to manage their role as an athlete and student. It cause most of student athlete decided to forfeit their role as an athlete and continue to focus their role as student to then be a non-athlete worker. Most of article have discussed about an athlete problem divided to two aspect, that are internal aspect motivation, competition spirit, planning, and self-management and external aspect parent, coaches, and institution in form of financial or program . This article, researcher argue that student athlete prefer to be student, because it is influenced indirectly by the school through school knowledge and hidden curriculum to reproduce the social class. This article use qualitative method, by interview student athlete who are currently attending SKO, principal of SKO and the teacher, about their perception toward education at SKO"
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gian Riyanto
"Peningkatan angka partisipasi pendidikan tinggi di Indonesia masih belum diterima oleh kelompok sosial ekonomi rendah. Kondisi ini mendorong elemen masyarakat sipil melakukan gerakan pendidikan untuk memberikan akses kelompok sosial ekonomi rendah ke pendidikan tinggi. Salah satu elemen masyarakat sipil yang mampu melakukan gerakan pendidikan adalah paguyuban Satu Ikatan Mahasiswa Tegal Bersaudara (Sintesa). Studi-studi sebelumnya menunjukkan bahwa elemen masyarakat sipil mampu melakukan gerakan akhir pendidikan, tetapi masih belum menjelaskan apa dan bagaimana mobilisasi sumber daya yang digunakan dalam gerakan tersebut. Penelitian ini menjelaskan sumber daya apa saja yang digunakan serta bagaimana sumber daya tersebut dimobilisasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, menggunakan metode wawancara, observasi dan studi pustaka untuk mendapatkan data. Hasil dari penelitian ini membahas gerakan mobilitas yang dilakukan oleh Sintesa lebih banyak memikirkan hubungan agregasi. Kemudian, hasil gerakan ini juga memiliki peningkatan baik dalam peningkatan akses ke pendidikan tinggi bagi para peserta yang diintervensi.

Higher education participation rates in Indonesia are still not accepted by low socioeconomic groups. This condition encourages elements of civil society to carry out educational movements to provide access to low socioeconomic groups to higher education. One element of civil society that is able to carry out an educational movement is the Tegal Brothers Association (Sintesa). Previous studies have shown that elements of civil society are able to carry out the final movement of education, but still do not explain what and how the mobilization of resources used in the movement. This research explains what resources are used and how these resources are mobilized. This study uses qualitative methods, using interviews, observation and literature study to get data. The results of this study discuss the mobility movement carried out by Sintesa more concerned with the relationship of aggregation. Then, the results of this movement also had a good increase in access to higher education for the intervened participants.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robby Nugraha Handi Putra
"Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana peran modal sosial dalam membentuk pola penggunaan media sosial yang berimplikasi terhadap perasaan terisolasi sosial. Pada penelitian-penelitian sebelumnya menemukan hasil yang kontradiktif mengenai bagaimana implikasi media sosial terhadap perasaan terisolasi sosial. Hasil pertama menemukan media sosial dapat membuat masyarakat menjadi semakin merasa terisolasi sosial dan hasil kedua menemukan media sosial dapat mengurangi perasaan terisolasi sosial. Penelitian ini menerapkan pendekatan kualitatif studi kasus dalam mengumpulkan data. Hasil studi menunjukkan bahwa perasaan terisolasi sosial sudah dirasakan mahasiswa sebelum menggunakan media sosial. Lalu, implikasi dari penggunaan media sosial terhadap perasaan terisolasi sosial dapat berbeda tergantung modal sosial yang dimiliki mahasiswa. Mahasiswa dengan bonding social capital yang tinggi cenderung memiliki penggunaan media sosial yang aktif bermakna hingga dapat mengurangi perasaan terisolasi sosial. Sedangkan, mahasiswa bonding social capital-nya rendah cenderung memiliki penggunaan media sosial yang pasif tidak bermakna, hingga menimbulkan perasaan terisolasi sosial yang semakin tinggi.

The purpose of this study is to explain how the role of social capital in shaping patterns of social media use has implications for perceived social isolation. Previous studies have found contradictory results regarding the implications of social media on perceived social isolation. The first result found that social media can make people feel more socially isolated and the second result found that social media can reduce feelings of social isolation. This research applies a case study qualitative approach to collecting data. The results of the study show that perceived social isolation exist before using social media. Then, the implications of using social media on perceived social isolation can differ depending on the social capital possessed by students. Students with high bonding social capital tend to have significant active use of social media so that it can reduce perceived social isolation. Meanwhile, students with low bonding social capital tend to have meaningless passive use of social media, thus causing a higher feeling of social isolation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Aria Mitha
"Arena pendidikan dimanfaatkan menjadi sarana transformasi pengetahuan dan menaikkan status sosial seseorang. Selain itu pendidikan juga telah menjadi alat untuk mereproduksi kelas sosial. Dari studi sebelumnya ditemukan, kelas atas mendominasi pendidikan dan status sosial kelas yang lebih rendah yang tidak memiliki modal dukungan sangat mudah untuk tereleminasi. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi, yaitu habitus yang dibentuk di dalam arena pendidikan dan habitus yang berasal dari latarbelakang keluarga. Studi sebelumnya cenderung membahas reproduksi kelas sosial di dalam Universitas dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan belum membahas di pendidikan militer. Sehingga, peneliti ingin mengkaji lebih lanjut di dalam pendidikan militer. Dari data yang peneliti temukan, peneliti berargumen telah terjadi reproduksi kelas sosial di Akademi militer dengan pengaruh habitus dari dalam arena pendidikan itu sendiri. Taruna dengan status sosial kelas yang lebih rrendah tidak memiliki cukup modal yang sama dengan taruna dari status sosial kelas atas, dengan begitu mereka hanya mengandalkan dukungan-dukungan dari senior dan pengasuh. Sehingga, taruna dengan status sosial yang lebih rendah dapat bertahan dan memperebutkan peringkat yang kemudian menjadi penentu kedudukan setelah lulus dari Akademi Militer (status sosial yang lebih tinggi dari sebelumnya). Pendekatan penelitian dalam studi ini adalah kualitatif deskriptif yang akan menjelaskan reproduksi kelas sosial yang terjadi di Akademi Militer Indonesia, Magelang, Jawa Tengah. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam kepada 9 informan dengan kriteria 5 abituren lulusan tahun 2015-2019 dan berasal dari latarbelakang keluarga status sosial lebih rendah, serta 4 komponen pendidikan Akademi Militer."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mastoah
"Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari kepuasan konsumen terhadap kesensitifan harga (price sensitivity) pada retail fashion dan accessories di Jabodetabek. Secara spesifik, kepuasan konsumen dibagi menjadi dua yaitu kepuasan secara ekonomi (economic satisfaction) dan kepuasan secara sosial (social satisfaction). Economic Satisfaction diturunkan dari barang yang dibeli konsumen. Kepuasan secara sosial diturunkan dari pelayanan dari pihak ritel. Penelitian ini dilakukan dengan survei terhadap 150 konsumen dan toko ritel dengan menggunakan metode dyadic sampling. Penulisan ini juga membuktikan bahwa economic satisfaction berhubungan negatif dengan price sensitivity sedangkan social satisfactioon berhubungan positif dengan price sensitivity. Adanya hubungan interpersonal antara konsumen dengan pihak ritel mempengaruhi price sensitivity. Hasil penelitian ini memberikan banyak implikasi bagi peneliti dan praktisi khususnya dalam bidang ritel yang bergerak dalam bidang fashion dan accessories.

This research shows the effect of customer satisfaction (economic satisfaction and social satisfaction) on price sensitivity in retail fashion and accessories in Jabodetabek. Specifically, satisfaction is divided into economic satisfaction derived from tangible product and social satisfaction provided by service encounter. This survei of 150 retailer-consumer dyads show that economic satisfaction is negatively associated with price sensitivity. However, social satisfaction is positively related with price sensitivity, interpersonal relationship emphasize in the Indonesian societies tend to influence customer’s price sensitivity. These findings have many implication for researchers and practitioners in retail sector.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S55476
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Rufina Praditha
"Perilaku variety seeking merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh para pelaku bisnis industri foodservice namun menjadi suatu hal yang tidak terelekkan untuk dilakukan pelanggan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat kecenderungan perilaku pelanggan, khususnya pelanggan kedai kopi waralaba internasional untuk melakukan variety seeking terhadap kedai-kedai kopi asal lokal melalui pengaruh kejenuhan, persepsi mengenai kualitas dan kepuasan yang dirasakan. Responden dari penelitian ini adalah orang-orang yang berlangganan salah satu merk kedai kopi waralaba internasional dan berkunjung ke kedai kopi tersebut setidaknya dalam dua minggu terakhir.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif, crosstab, ANOVA, dan Structural Equation Modelling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh positif terjadi antara kejenuhan dan persepsi kualitas pelanggan terhadap makanan/minuman dan kepuasan tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku variety seeking atau dengan kata lain variety seeking akan tetap dilakukan oleh pelanggan-pelanggan yang telah merasa puas dengan kedai kopi langganannya.

Variety Seeking Behavior is one thing that needs to be concerned about in foodservice industry because it is inevitably committed on any food consumers. This study aims to see the inclination of such consumer behavior, especially on how international-chained coffee shop patrons seeking the variety towards local coffee shops by the effect of satiation, perceived quality, and satisfaction. Respondents of this research are those who have patronized on one particular international-chained coffee shop brand and who have had a visit on the coffee shop in the last two weeks.
Descriptive analysis, crosstab, ANOVA, and Structural Equation Modelling (SEM) were employed for data analysis. The result of this research show that the positive effect occurs between food/beverage satiation and both perceived quality and satisfaction have no effect on variety seeking behavior where variety seeking will still be performed by patrons on satisfied patrons.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S62886
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuurul Fajari Fadhilla
"ABSTRAK
Kelompok keagamaan Ahmadiyah telah masuk ke Indonesia sejak tahun 1920-an. Kelompok ini terbagi menjadi dua subkelompok yang berbeda, yaitu Gerakan Ahmadiyah Indonesia GAI dan Jemaat Ahmadiyah Indonesia JAI . Setelah masa reformasi, komunitas JAI dihadapkan pada situasi yang kurang menguntungkan. Fatwa Kesesatan yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia MUI pada tahun 1980 membuat posisi kelompok ini semakin sulit. Pemerintah pascareformasi bahkan seakan memberikan ruang gerak yang lebih besar kepada kelompok-kelompok Islam dominan antiahmadiyah untuk melakukan kekerasan terhadap kelompok ini. Komunitas-komunitas JAI di berbagai daerah mengalami diskriminasi dan kekerasan, seperti penutupan masjid, penyerangan, dan pengusiran. Menyikapi hal ini, JAI yang memiliki dasar ajaran Islam yang damai mengembangkan pendekatan-pendekatan kultural yang bersifat persuasif agar mereka dapat bertahan dan selanjutnya diterima oleh masyarakat luas. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis JAI sebagai gerakan sosial baru berdasarkan pendekatan kultural yang dikembangkannya untuk dapat mempertahankan eksistensinya di tengah masyarakat. Upaya ini selanjutnya mencerminkan terjadinya kebangkitan identitas kolektif yang juga menjadi ciri dari gerakan ini.

ABSTRACT
Ahmadiyah religious group had entered Indonesia since 1920s. This group is divided into two different subgroups, namely Gerakan Ahmadiyah Indonesia GAI and Jemaat Ahmadiyah Indonesia JAI . Since the post reform period, JAI community has to face a less favorable situation. Fatwa Kesesatan issued by Majelis Ulama Indonesia MUI in 1980 had put this group into an even more difficult position. The post reform government seemed like gave a greater space to the Islamic antiahmadiyah dominant groups to express violence towards this group. JAI communities in various areas experienced many forms of discrimination and violence, such as the closure of mosque, assault, and expulsion. Dealing with this situation, JAI with their belief of peaceful Islam, tried to develop persuasive cultural approaches to survive and subsequently accepted by the society. This article aims to analyze JAI as a new social movement based on their cultural approaches to maintain their existence in the society. These efforts reflects the occurence of the revival of collective identity, which also becomes the characteristics of this movement."
2017
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>