ABSTRAKAtlet pelajar memiliki permasalahan dalam menjalankan perannya sebagai atlet sekaligus sebagai pelajar. Hal tersebut mengakibat banyaknya atlet pelajar yang lebih memilih untuk mengorbankan perannya sebagai atlet dan berfokus pada perannya sebagai pelajar untuk kemudian dapat menjadi pekerja non atlet. Studi-studi sebelumnya yang membahas permasalahan atlet pelajar terbagi menjadi dua, yaitu aspek internal motivasi, semangat berkompetisi, perencanaan, serta manajemen waktu dan aspek eskternal peran orangtua, peran pelatih, dan institusi dalam bentuk dana ataupun program . Pada penelitian ini peneliti berargumen bahwa atlet pelajar SKO lebih memilih perannya sebagai pelajar, karena dipengaruhi secara tidak langsung oleh pihak sekolah melalui pengetahuan sekolah dan kurikulum terselubungnya untuk mereproduksi kultur kelas pekerja. Pada studi ini, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan melakukan pengumpulan data melalui wawancara mendalam pada atlet pelajar yang sedang mengikuti pendidikan di salah satu SKO, pihak sekolah serta pengajar SKO mengenai persepsi mereka terhadap pendidikan SKO.
ABSTRACTStudent athlete have a problem to manage their role as an athlete and student. It cause most of student athlete decided to forfeit their role as an athlete and continue to focus their role as student to then be a non-athlete worker. Most of article have discussed about an athlete problem divided to two aspect, that are internal aspect motivation, competition spirit, planning, and self-management and external aspect parent, coaches, and institution in form of financial or program . This article, researcher argue that student athlete prefer to be student, because it is influenced indirectly by the school through school knowledge and hidden curriculum to reproduce the social class. This article use qualitative method, by interview student athlete who are currently attending SKO, principal of SKO and the teacher, about their perception toward education at SKO