Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kolibonso, Susana Triana
"Penentuan hubungan maksila mandibula dalam arah sagital secara sefalometrik, dengan beberapa metoda pengukuran sering memberikan hasil yang berbeda. Penggunaan bidang referensi S-N dan Bidang oklusal adalah yang sering digunakan. Akan tetapi bidang oklusal (Wits) dan titik N (Nasion) dinyatakan merupakan titik yang tidak stabil. Bidang palatal dikatakan dapat digunakan untuk menentukan hubungan maksila mandibula dalam arah sagital, dan oleh beberapa peneliti dinyatakan bidang yang relatif stabil.
Penelitian ini bertujuan untuk mengerahui apakah penilaian hubungan maksila mandibula dengan menggunakan referensi bidang SN dan oklusal memberikan hasil yang sama dan sesuai dengan bidang palatal. Sehingga bidang palatal dapat digunakan sebagai referensi alternatif.
Penelitian ini berdasarkan analisa sefalometrik sudut ANB, dan nilai Wits yang dilakukan pada pasien yang datang di klinik Pasca Sarjana FKG UI. Kriteria sampel adalah pasien dengan nilai sudur ANB dan Wits menunjukkan maloklusi klas I dan belum pernah perawatan orthodonti. pada distribusi normal akan terlihat berapa besar dari keseluruhan sampel yang juga menunjukkan maloklusi klas I.
Hasil penelitian menunjukkan ada sebanyak 32 sampel dari 35 sampel (91,4 %) rnenunjukkan adanya kesesuaian pengukuran antara App-Bpp terhadap ANB dan Wits. Hasil ini menunjukkan bahwa bidang palatal memberikan hasil yang konsisten, sehingga kemungkinan dapar digunakan sebagai alternatif dalam menentukan hubungan maksila mandibula dalam arah sagital."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Prasetyo
"Protein sel merupakan makromolekul yang terdiri dari satu atau beberapa polipeptida yang tersusun dari rangkaian asam amino yang saling berikatan. Terdapat perbedaan profil protein antara sel normal dengan sel kanker.
Tujuan : Melihat ekspresi protein pada KSSRM dan mukosa mulut normal.
Metode : Sel galur HSC-3 dan HSC-4 dikultur hingga confluent. Sel skuamosa mukosa normal diambil dari jaringan gingiva pasien odontektomi. Semua sampel dilakukan prosedur ekstraksi protein, Bradford protein assay, dan SDS PAGE.
Hasil : KSSRM mengekspresikan protein dengan level cukup tinggi pada berat molekul 31-78 kDa. Namun, pada mukosa normal, kebanyakan mengekspresikan protein pada berat molekul antara 39 - 172 kDa.
Kesimpulan : Terdapat perbedaan ekspresi protein pada sel galur KSSRM dibandingkan dengan mukosa mulut normal.

Cells Proteins are macro molecules consist of one or several polypeptides which formed from amine acid chain that bound one another. There is a different of protein profile between normal and cancer cells.
Objective : To observe the protein expression in OSCC and normal oral mucous.
Method : Cell lines HSC-3 and HSC-4 were cultured until confluent. Normal squamous mucosa was taken from gingival tissues patient who had odontectomy procedure. Protein extraction, Bradford protein assay, and SDS PAGE procedure were performed for all samples.
Results : Oral squamous cells carcinoma expressed rather high level of protein which have molecular weight of 31-78 kDa compared to normal gingival which express protein molecular weight ranging between 39 - 172 kDa.
Conclusion : There are different protein expression between oral squamous cells carcinoma and normal oral mucous."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ambar Kusuma Astuti
"Latar Belakang: p73, homolog p53, diketahui memiliki kemampuan serupa dalam menekan pertumbuhan tumor. Protein p73 diekspresikan dalam berbagai level pada sel kanker dan jaringan normal yang berbeda. Belum diketahui bagaimana pola ekspresi protein p73 pada KSSRM dan pada jaringan mukosa mulut normal.
Tujuan: Mengetahui profil protein p73 pada KSSRM tipe mutant p53 dan jaringan mukosa mulut normal berdasarkan berat molekul protein.
Metode: Ekstrak protein dari HSC-3 dan HSC-4 serta jaringan mukosa normal dianalisa dengan teknik SDS PAGE untuk mendeteksi protein p73 berdasarkan
berat molekulnya.
Hasil:. pita protein p73 pada HSC-3 lebih tebal daripada HSC- 4. Terdapat variasi profil protein p73 pada mukosa mulut normal dengan pita protein tebal (8/17) dan sedang (5/17).
Simpulan: Terdapat perbedaan profil protein p73 antara HSC-3 dan HSC-4 berkaitan dengan tingkat protein p53 dan SNP pada kodon 72. Kebanyakan sampel jaringan mukosa memperlihatkan ketebalan pita protein p73 yang cukup tinggi.

Backround: p73, the homolog of p53, has a similar ability in tumor suppression. p73 protein expressed at a different level in various cancer cells and normal tissues. Profile of p73 protein in mutant p53 OSCC cell line and normal human oral mucosa have not been known.
Objectives: To observe p73 protein profile in mutant p53 OSCC cell lines and normal human oral mucosa.
Methods: The extracted protein of HSC-3 and HSC-4 cell lines and normal mucosal tissues were analyzed with SDS PAGE to detect p73 protein based on the molecular weight.
Results:. The band of p73 protein in HSC-3 shows a higher density compared to its density of HSC-4. A thick p73 protein band was shown on 8/17 of normal mucosal tissues while medium level of p73 protein band was shown on 5/17.
Conclusion: The protein profile between HSC-3 and HSC-4 were different related with p53 protein and SNP on codon 72 of each samples. Most of mucosal tissues shows a quite high density of p73 protein bands.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lila Fairuz Febriyanty
"Latar belakang: Saat ini Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) masih merasakan stigma
dan diskriminasi dari keluarga, masyarakat, dan tenaga kesehatan walaupun
perkembangan virus HIV dapat dikendalikan berkat kemajuan teknologi di bidang
kesehatan. Stigma pada pelayanan kesehatan dapat menghambat ODHA untuk
mengakses perawatan sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup. Peningkatan
pengetahuan dan paparan klinis pada mahasiswa kedokteran dapat meningkatkan sikap
positif pada ODHA. Belum pernah ada penelitian besar di Indonesia terkait stigma
mengenai ODHA pada tiga mahasiswa fakultas kesehatan.
Metode: Penelitian ini menggunakan deskriptif potong lintang pada 1400 mahasiswa
menggunakan kuesioner tentang stigma terhadap ODHA yang pernah dipakai
sebelumnya. Kuesioner ini telah diadaptasi lintas budaya ke dalam Bahasa Indonesia.
Hasil: Secara keseluruhan, mahasiswa mendapatkan skor yang tinggi pada skor
keyakinan pribadi/budaya tentang HIV (68,1%), skor pengetahuan mengenai HIV
(60,7%) dan skor interaksi klinis dengan pasien HIV-positif (80,9%). Terdapat perbedaan
bermakna antara usia, angkatan dan fakultas dengan masing-masing subskor. Terdapat
hubungan yang signifikan antara total subskor dengan keyakinan pribadi/budaya tentang
HIV, pengetahuan megenai HIV dan interaksi klinis dengan pasien HIV-positif.
Kesimpulan: Stigma mengenai ODHA pada mayoritas mahasiswa kesehatan di RIK UI
adalah rendah, namun masih ada sejumlah mahasiswa dengan stigma. Stigma mengenai
ODHA pada mahasiswa dalam penelitian ini dibedakan oleh usia, asal fakultas, dan tahun
masuk

Background: Despite advances in treatment and development of health technologies
related to HIV, People Living With HIV/AIDS (PLWHA) still experience stigma and
discrimination from family, community and health professionals. The presence of stigma
from health professionals would restrain PLWHA to gain access to treatment and
influence their quality of life. Study showed that positive attitude towards PLWHA in
medical students could be gained by improving knowledge and increasing clinical
exposure. A study on stigma towards PLWHA in health sciences students in Indonesia is
lacking. This study aims to know the stigma towards PLWHA in students in Faculties of
Medicine, Dentistry and Nursing of Universitas Indonesia.
Methods: A descriptive cross-sectional study was conduct on 1400 healthcare students using an adapted questionnaire that had been used in previous study. Results: In general, students have high score in personal/culture beliefs on HIV (68.1%), knowledge (60.7%), and clinical interaction with PLWHA (80.9%). Score of each domain is significantly differed by students' age, year of university entry and faculty. The
differences in total score of the questionnaire are significantly differed by level of stigma
in personal/culture beliefs on HIV, knowledge, and clinical interaction with PLWHA.
Conclusion: This study shows that the majority students had low stigma towards
PLWHA, although there were still some students with stigma. The stigma towards
PLWHA differed by students' age, year of university entry and faculty.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Nelis
"Latar belakang: Thalassemia merupakan kelainan genetik yang paling banyak ditemukan di seluruh dunia. Penyakit ini dapat menimbulkan berbagai masalah dan kelainan berbagai organ tubuh, termasuk pada rongga mulut.
Tujuan: memperoleh gambaran mengenai kelainan yang terjadi pada rongga mulut pasien thalassemia mayor di Pusat Thalassemia RSCM.
Metode: Penelitian cross-sectional terhadap 76 pasien thalassemia mayor yang berusia diatas 12 tahun. Data didapat dengan melakukan pemeriksaan klinis dan wawancara terstruktur menggunakan panduan kuesioner.
Hasil: Keluhan subyektif dalam rongga mulut yang sering dialami adalah: serostomia, diikuti dengan sariawan berulang, bibir mengelupas dan pecah-pecah, serta gusi berdarah. Prevalensi kelainan klinis yang ditemukan meliputi: inkompetensi bibir (25,0%); malokusi: klas I (40,79%), klas II (51,32%) dan klas III (3,95%); higiene oral buruk (67,11%), dan gingivitis (82,89%). Nilai rata-rata DMF-T adalah 4,97. Kondisi dan lesi patologik mukosa mulut yang paling banyak ditemukan adalah pigmentasi mukosa (69,74%), diikuti dengan depapilasi lidah (56,58%), mukosa ikterik (52,63%), cheilosis/cheilitis (50,0%), mukosa pucat (44,74%), erosi/deskuamasi mukosa (44,74%), stomatitis aftosa rekuren (15,79%), glositis defisiensi (14,47%) dan perdarahan gingiva (11,84%).
Kesimpulan: Maloklusi, higiene oral buruk, gingivitis, serostomia, pigmentasi mukosa, depapilasi lidah, mukosa ikterik, dan cheilosis/cheilitis, merupakan masalah yang paling umum ditemukan pada pasien thalassemia mayor dalam penelitian ini, namun indeks karies gigi terlihat rendah.

Background: Thalassemia is the most common genetic disorders worldwide. The disease can cause various problems and disorders of various organs of the body, including in the oral cavity.
Objective: to describe the oral cavity disorders in patients with major thalassemia in Thalassemia Centre at Cipto Mangunkusumo Hospital.
Methods: cross-sectional study involved 76 patients with major thalassemia over 12 years of age. Data obtained by clinical examination and structured interviews using guidance from quistionnare.
Results: Oral subjective symptom which is often experienced is xerostomia, followed by recurrent aphthous stomatitis, cheilosis/cheilitis, and gingival bleeding. Prevalence of clinical findings consist of: incompetence of lips (25%); malocclusion: class I (40,79%), class II (51,32%) and class III (3,94%); poor oral hygiene (67,11), gingivitis (82,89%). DMF-T score was 4,97. Conditions and pathologic lesions more frequently seen are pigmentation of mucosa (69,74%), followed by depapillation of tongue (56,58%), icterus of mucosa (52,63%), cheilosis/cheilitis (50%), pallor of mucosa (44,74%), erosion/desquamation of mucosa (44,74%), recurrent aphthous stomatitis (15,79%), glossitis deficiency (14,47%), and gingival bleeding (11,84%).
Conclusion: Malocclusion, poor oral hygiene, gingivitis, xerostomia, pigmentation of mucosa, depapillation of tongue, icterus of mucosa, and cheilosis/cheilitis, were most prevalent problems in patients with major thalassemia in this study; nevertheless, dental caries show low index.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T35045
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Anissa Noviana
"ABSTRAK
Tujuan: Mengetahui pengetahuan, sikap, dan tindakan tenaga pendukung praktik
kedokteran gigi terhadap prosedur kontrol infeksi di Rumah Sakit Khusus Gigi
dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (RSKGM FKG UI).
Metode: Penelitian deskriptif potong lintang dilakukan kepada 30 responden;
petugas administrasi, perawat gigi, dan petugas kebersihan di RSKGM FKG UI
dengan cara mengisi kuesioner. Hasil: Terkait pengetahuan, rata-rata responden
memberikan 43% jawaban benar, terkait sikap rata-rata responden memberikan
97% jawaban setuju dan terkait tindakan rata rata responden memberikan 55%
jawaban melakukan tindakan kontrol infeksi. Kesimpulan: Pengetahuan kontrol
infeksi responden tergolong buruk, sikapnya tergolong positif, namun tindakannya
tergolong buruk.

ABSTRACT
Objective: To determine the level of knowledge, attitude, and practice of dental
practice supporting personnel towards the infection control procedures in Rumah
Sakit Khusus Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
(RSKGM FKG UI) Methods: A cross-sectional descriptive study using a
questionnaire conducted on 30 respondents; administrative staff, dental nurses,
and cleaning service staff in RSKGM FKG UI Results: Related to knowledge an
average respondents giving 43% correct answers, related to attitude an average
respondents giving 97% agree statements and related to practice an average
respondents provide 55% answers about performing infection control procedures.
Conclusion: The knowledge of dental practice supporting personnel is poor, the
attitude are positive, but the practice are classified as poor."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Laili Nurhidayat
"ABSTRACT
Latar Belakang: Jumlah penduduk lansia di kota Depok terus mengalami peningkatan. Lansia memiliki kerentanan terhadap penyakit sistemik maupun gigi dan mulut yang saling berhubungan, salah satunya perubahan kualitas dan kuantitas saliva. Namun, belum ada penelitian dengan subjek lansia mengenai profil saliva yang dilakukan di kota Depok. Tujuan: Mengetahui profil saliva antar jenis kelamin, kelompok usia, jenis penyakit sistemik, medikasi dan persepsi serostomia pada lansia di kota Depok. Metode: Studi analitik observasional dengan desain penelitian potong lintang. Pengambilan sampel dengan teknik consecutive sampling pada subjek berusia ge; 60 tahun yang berdomisili di Depok. Subjek diperiksa volume saliva tanpa stimulasi, terstimulasi, derajat keasaman dan kapasitas dapar. Subjek menjawab kuesioner Fox mengenai serostomia dan kuesioner tentang penyakit sistemik dan medikasi. Penelitian ini dianalisis dengan uji Mann Whitney-U, Kruskal Wallis dan korelasi Spearman ?=5 . Hasil: Jenis kelamin memiliki hubungan dengan laju alir saliva, tetapi derajat keasaman dan kapasitas dapar tidak. Tidak terdapat perbedaan profil saliva antar kelompok usia, jenis penyakit sistemik dan medikasi. Koefisien korelasi antara serostomia dengan laju alir terstimulasi lebik kuat 0,426 dibanding tanpa stimulasi 0,303 . Kesimpulan: Laju alir saliva memiliki perbedaan bermakna antara laki-laki dan perempuan, tetapi tidak berbeda bermakna antar kelompok usia, jenis penyakit sistemik dan medikasi. Derajat keasaman dan kapasitas dapar tidak berbeda bermakna antar jenis kelamin, kelompok usia, jenis penyakit sistemik dan medikasi. Persepsi serostomia berhubungan dengan laju alir saliva.

ABSTRACT
Latar Belakang Jumlah penduduk lansia di kota Depok terus mengalami peningkatan. Lansia memiliki kerentanan terhadap penyakit sistemik maupun gigi dan mulut yang saling berhubungan, salah satunya perubahan kualitas dan kuantitas saliva. Namun, belum ada penelitian dengan subjek lansia mengenai profil saliva yang dilakukan di kota Depok. Tujuan Mengetahui profil saliva antar jenis kelamin, kelompok usia, jenis penyakit sistemik, medikasi dan persepsi serostomia pada lansia di kota Depok. Metode Studi analitik observasional dengan desain penelitian potong lintang. Pengambilan sampel dengan teknik consecutive sampling pada subjek berusia ge 60 tahun yang berdomisili di Depok. Subjek diperiksa volume saliva tanpa stimulasi, terstimulasi, derajat keasaman dan kapasitas dapar. Subjek menjawab kuesioner Fox mengenai serostomia dan kuesioner tentang penyakit sistemik dan medikasi. Penelitian ini dianalisis dengan uji Mann Whitney U, Kruskal Wallis dan korelasi Spearman 5 . Hasil Jenis kelamin memiliki hubungan dengan laju alir saliva, tetapi tidak pada pada derajat keasaman dan kapasitas dapar. Tidak terdapat perbedaan profil saliva antar jenis penyakit sistemik dan medikasi yang dikonsumsi subjek. Koefisien korelasi antara serostomia dengan laju alir terstimulasi lebik kuat 0,426 dibanding laju alir tanpa stimulasi 0,303 . Kesimpulan Laju alir tanpa stimulasi dan terstimulasi, memiliki perbedaan yang bermakna antara laki laki dan perempuan, tetapi tidak berbeda bermakna antar kelompok usia, jenis penyakit sistemik dan medikasi. Derajat keasaman dan kapasitas dapar tidak berbeda bermakna antar jenis kelamin, kelompok usia, jenis penyakit sistemik dan medikasi. Persepsi serostomia berhubungan dengan laju alir saliva. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Brahmana Kridaningrat
"Latar belakang: Oral Health Literacy OHL adalah kemampuan individu untuk meningkatkan status kesehatan gigi dan mulutnya dengan menggunakan informasi kesehatan. Tingginya skor OHL menunjukkan baiknya kesadaran individu akan status kesehatan gigi dan mulutnya. Salah satu status penanda kebersihan gigi dan mulut adalah OHI-S. Saat ini masih sedikit penelitian tentang hubungan skor OHL dengan kebersihan mulut dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Tujuan: Mengetahui hubungan skor OHL dengan faktor demografi dan skor OHI-S.
Metode: Penelitian potong lintang pada 99 responden lansia mandiri di Kota Depok menggunakan kuesioner Health Literacy in Dentistry HeLD-29 untuk menilai skor OHL dan pemeriksaan klinis untuk menilai skor OHI-S.
Hasil: 76 responden mengikuti penelitian ini memiliki rerata skor OHL adalah 2,53 0,85 dan rerata skor OHI-S adalah 2,8 1,10. Terdapat hubungan skor OHL dengan faktor demografi jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pengeluaran per bulan p0,05.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara skor OHL dengan skor OHI-S, terdapat hubungan antara skor OHL dengan sebagian faktor demografi jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pengeluaran per bulan , dan tidak terdapat hubungan antara skor OHI-S dengan faktor demografi.

Background: The Oral Health Literacy OHL is individual ability to improve their oral health status using health information. High OHL score usually represent individual awareness of their oral health status. Oral Hygiene Index simplified OHI S is a method to assess oral hygiene status. Nowadays, research on correlation between OHL score and oral hygiene and the influencing factors is still rare.
Purpose: To know the correlation between OHL score with demographic factors and OHI S score.
Methods: Cross sectional study was held in 99 independent elderly respondents in Depok using Health Literacy in Dentistry HeLD 29 questionnaires to assess OHL score and clinical examination to assess OHI S score.
Result: 76 respondents followed this research with OHL score mean 2.53 0.85 and OHI S score mean 2.8 1.10. There were correlations between OHL score with demographic factors such as gender, education level, and expenses per month p 0.05.
Conclusion: There were no correlation between OHL score with OHI S score, there were correlations between OHL score with some demographic factors gender, education level, and expense per month , and there were no correlations between OHI S score with demographic factors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Putri Royani
"ABSTRAK
Keluhan utama KU pasien merupakan komponen penting yang digunakan untuk mengukur, menganalisis dan merencanakan perawatan serta memberikan informasi penting mengenai kebutuhan perawatan. Namun, jumlah penelitian tentang pencatatan keluhan utama masih sangat sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data keluhan utama dan pengelompokan KU sesuai bidang Ilmu Kedokteran Gigi Klinik berdasarkan rekam medis umum RMU kedokteran gigi dari pasien baru yang datang ke Klinik Integrasi RSKGM FKG UI pada tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah deskriptif retrospektif menggunakan data sekunder RMU pasien tahun 2016. Pada penelitian ini dilakukan pencatatan data sosiodemografi pasien dan pengelompokkan data KU. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 4649 data RMU baru pada tahun 2016 yang sesuai kriteria inklusi sebanyak 1631 35,08 . Rata-rata usia pasien adalah 32,46 tahun, dengan mayoritas pasien berada pada Masa Remaja Akhir 41.8 ; berjenis kelamin perempuan 61,4 ; bersuku Jawa 31,3 ; berpendidikan S1 42,4 dan bekerja dibidang Swasta 28 . Keluhan Utama pasien yang paling sering muncul berdasarkan RMU adalah ldquo;Adanya Karang Gigi rdquo; 37 , sehingga Periodonsia 43,9 merupakan bidang Ilmu Kedokteran Gigi Klinik yang paling sering menjadi rujukan.

ABSTRACT
Patient chief complaint CC is an important component that can be used to measure, analyze, and plan the treatment and provide important information on treatment needs. However, the number of research on chief complaint recording is still very limited. This study aimed to obtain patient chief complaints and to group them according the Clinical Dentistry field, based on General Dental Record GDR of new patients that came to the Integration Clinic RSKGM FKG UI in 2016. This was a retrospective descriptive study using secondary data from patient GDR that took the patient sociodemographic and CC data. The study results showed that from 4649 GDR data in 2016, only 1631 data 35,08 met the inclusion criterias. The mean age of patients were 32,46 years, with majority were female 61,4 in Adolescent Period 41,8 were Javanese 31,3 had Bachelor degree S1 42,4 and worked in Private sector 28 . The most common CC found was the ldquo Presence of Calculus rdquo 37 , so that Periodontics 43.9 is the most frequent field of Clinical Dentistry to be reffered in this study."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lila Fairuz Febriyanty
"Latar belakang: Saat ini Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) masih merasakan stigma dan diskriminasi dari keluarga, masyarakat, dan tenaga kesehatan walaupun perkembangan virus HIV dapat dikendalikan berkat kemajuan teknologi di bidang kesehatan. Stigma pada pelayanan kesehatan dapat menghambat ODHA untuk mengakses perawatan sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup. Peningkatan
pengetahuan dan paparan klinis pada mahasiswa kedokteran dapat meningkatkan sikap positif pada ODHA. Belum pernah ada penelitian besar di Indonesia terkait stigma mengenai ODHA pada tiga mahasiswa fakultas kesehatan. Metode: Penelitian ini menggunakan deskriptif potong lintang pada 1400 mahasiswa menggunakan kuesioner tentang stigma terhadap ODHA yang pernah dipakai sebelumnya. Kuesioner ini telah diadaptasi lintas budaya ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil: Secara keseluruhan, mahasiswa mendapatkan skor yang tinggi pada skor keyakinan pribadi/budaya tentang HIV (68,1%), skor pengetahuan mengenai HIV (60,7%) dan skor interaksi klinis dengan pasien HIV-positif (80,9%). Terdapat perbedaan bermakna antara usia, angkatan dan fakultas dengan masing-masing subskor. Terdapat hubungan yang signifikan antara total subskor dengan keyakinan pribadi/budaya tentang HIV, pengetahuan megenai HIV dan interaksi klinis dengan pasien HIV-positif. Kesimpulan: Stigma mengenai ODHA pada mayoritas mahasiswa kesehatan di RIK UI adalah rendah, namun masih ada sejumlah mahasiswa dengan stigma. Stigma mengenai ODHA pada mahasiswa dalam penelitian ini dibedakan oleh usia, asal fakultas, dan tahun masuk.
Background: Currently people living with HIV/AIDS (PLWHA) still feel stigma and discrimination from their families, communities, and health workers even though the development of the HIV virus can be controlled thanks to technological advances in the health sector. Stigma in health services can prevent people living with HIV from accessing care so that it can affect their quality of life. Enhancement
knowledge and clinical exposure to medical students can increase positive attitudes towards PLWHA. There has never been a major study in Indonesia related to the stigma regarding PLWHA in three health faculty students. Methods: This study used a cross-sectional descriptive study on 1400 students using a questionnaire about stigma against PLWHA that had been used before. This questionnaire has been adapted cross-culturally into Indonesian. Results: Overall, students scored highly on personal/cultural beliefs about HIV (68.1%), knowledge about HIV (60.7%) and clinical interaction scores with HIV-positive patients (80.9%) . There is a significant difference between age, class and faculty with each subscore. There is a significant relationship between the total subscore and personal/cultural beliefs about HIV, knowledge about HIV and clinical interactions with HIV-positive patients. Conclusion: Stigma regarding PLWHA in the majority of health students at RIK UI is low, but there are still a number of students with stigma. Stigma regarding PLWHA in students in this study was distinguished by age, faculty origin, and year of admission."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>