Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Mulzimatus Syarifah
"Formularium Nasional (Fornas) merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan digunakan sebagai acuan penulisan resep pada pelaksanaan pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan program jaminan kesehatan. Evaluasi dan pemantauan penerapan obat Fornas bertujuan untuk melihat tingkat ketaatan dan pemanfaatan obat Fornas di RS. Selain itu, evaluasi tersebut juga dilakukan untuk mengetahui tingkat kepatuhan fasilitas pelayanan kesehatan terhadap penggunaan obat Fornas, mengidentifikasi masalah terkait penggunaan obat Fornas, dan mengidentifikasi berbagai kendala terkait penerapan Fornas untuk pelayanan kesehatan. Kriteria dalam suatu Formularium RS diperlukan setidaknya >80% sediaan farmasi merupakan bagian dari sediaan farmasi yang berada di Formularium Nasional. Hasil nilai kesesuaian obat Fornas generik ialah 34,26%, Fornas bermerk ialah 37,88%, obat Non-Fornas generik ialah 5,57%, dan obat NonFornas bermerk ialah 22,28% yang terdapat di dalam Farmasi ICU RSUI pada tahun 2022.

Formularium Nasional (Fornas) is a list of selected drugs needed and used as a reference for writing prescriptions in the implementation of health services in the implementation of health insurance programs. Evaluation and monitoring of the application of Fornas drugs in a hospital aims to see the level of compliance and utilization of Fornas drugs in hospitals. In addition, the evaluation was also carried out to determine the level of compliance of health service facilities with the use of Fornas drugs, identify problems related to the use of Fornas drugs, and identify various obstacles related to the application of Fornas for health services. The criteria in an RS Formulary require at least >80% of pharmaceutical preparations to be part of pharmaceutical preparations in the National Formulary. The suitability value of generic Fornas drugs is 34.26%, branded Fornas is 37.88%, generic Non-Fornas drugs are 5.57%, and branded Non-Fornas drugs are 22.28% available in RSUI ICU Pharmacy in 2022."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Amelia
"Dikarenakan COVID-19 disebabkan oleh infeksi virus, maka pengobatan yang diperlukan untuk membunuh atau menghentikan replikasi SARS-CoV-2 di dalam tubuh manusia adalah antivirus. Tujuan tugas khusus ini adalah mengevaluasi penggunaan Antivirus COVID-19 terbanyak di Depo Farmasi Rawat Inap dan ICU RSUI pada Tahun 2021. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan pengambilan data secara retrospektif. Pengolahan data dengan cara menghitung persentase penggunaan obat-obatan antivirus yang termasuk dalam tatalaksana terapi pengobatan COVID-19. Dari studi menunjukkan antivirus COVID-19 yang paling banyak digunakan pada Depo Farmasi Rawat Inap dan ICU RSUI tahun 2021 yaitu Favipiravir (55,78%), diikuti oleh Desrem (20,60%), Remdesivir (11,66%), Covifor (7,02%), Oseltamivir (4,58%), dan Jubi R (0,35%). Jika digolongkan berdasarkan zat aktif, maka penggunaan Remdesivir selama setahun adalah 39.63%.

Because COVID-19 is caused by a viral infection, the treatment needed to kill or stop the replication of SARS-CoV-2 in the human body is an antiviral. The aim for this report is to evaluate the most use of COVID-19 Antivirus at the Inpatient Pharmacy Depot and ICU RSUI in 2021. The research method used is descriptive analytic with retrospective data collection. Processing data by calculating the percentage of use of antiviral drugs included in the management of COVID-19 treatment therapy. The most widely used COVID-19 antivirus at the RSUI Inpatient Pharmacy Depot and ICU in 2021 is Favipiravir (55.78%), followed by Desrem (20.60%), Remdesivir (11.66%), Covifor (7.02%), Oseltamivir (4.58%), and Jubi R (0.35%). If classified based on the active substance, the use of Remdesivir for a year is 39.63%."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas
"Latar belakang/ Tujuan Alat-alat kesehatan adalah salah satu instrumen penting dalam pelayanan klinis sehingga merupakan suatu hal yang esensial bagi para pekerja di bidang kesehatan untuk memahami penggunaan alat-alat tersebut yang dirasa cukup rumit. Panduan penggunaan alat-alat medis yang komprehensif berguna untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan dalam pemakaian alat-alat tersebut sehingga dapat berimplementasi dalam menyediakan perawatan yang optimal bagi pasien. Metoda Wawancara dengan tenaga kesehatan yang memahami secara detil penggunaan alat-alat medis serta penelusuran literatur berbagai jurnal, situs internet resmi, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hasil Manual penggunaan alat-alat medis yang umum digunakan di depo Intensive Care Unit (ICU) dirasa dapat membantu untuk proses perawatan pasien. Kesimpulan Alat-alat medis pada depo ICU bersifat menunjang penyembuhan secara pasien sehingga perlu dipahami penggunaannya.

Background/ Aims Healthcare devices is one of the crucial instruments in clinical services, making it an essential aspect for healthcare workers to understand their complex usage. Comprehensive guidelines for using medical devices are beneficial in improving efficiency and safety in their application, thus enabling optimal patient care. Methods The method used in this study includes interviews with healthcare professionals who have a detailed understanding of medical equipment usage, as well as literature review from various journals, official websites, and relevant regulations. Results The findings indicate that a comprehensive manual for commonly used medical devices in the Intensive Care Unit (ICU) ward can aid in the patient care process. Conclusion Medical devices in the ICU plays a supportive role in patient recovery, making it essential to comprehend its usage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Kamila
"Perencanaan pengadaan obat yang baik memiliki peran yang sangat penting untuk menentukan stok obat yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dengan mutu terjamin serta dapat diperoleh pada saat diperlukan. Apabila perencanaan pengadaan obat dikelola dengan sistem yang kurang baik, akan meyebabkan terjadinya penumpukan obat dan atau kekosongan obat. Untuk menjaga kelangsungan ketersediaan obat yang cukup dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian, maka perlu dilakukan evaluasi dan pengendalian ketersediaan obat yang cermat dan tepat. Pengendalian ketersediaan adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mencegah atau mengatasi kekosongan atau kekurangan obat di rumah sakit. Salah satu cara untuk mengendalikan ketersediaan obat adalah dengan mengidentifikasi obat yang tergolong fast moving atau slow moving. Identifikasi obat yang termasuk ke dalam kategori fast moving dan slow moving perlu dilakukan khususnya di depo Farmasi ICU dimana, pasien membutuhkan perawatan yang intensif dan obat-obat yang digunakan mayoritas merupakan obat vital yang ketersediaannya harus selalu ada.Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui obat-obatan yang termasuk ke dalam kategori fast moving dan slow moving di depo Farmasi ICU Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) berdasarkan data penggunaan obat periode Januari – Desember 2022. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa Terdapat 57 obat (9,73%) yang termasuk obat fast moving, dan 441 obat (75,26%) yang slow moving. Obat yang pergerakannya tergolong fast moving antara lain, N-asetil sistein 200 mg kapsul, norepinefrin 4mg/ml injeksi, parasetamol 500 mg tablet, WFI 25 ml, dan VIP Albumin kapsul sementara obat yang tergolong slow moving antara lain Cal 95 tablet, glucophage XR 500 mg tabet, Nexium 40 mg tablet, prontosan gel 30 ml, dan scabimite cream 30 gr.

A well planned drug procurement has a very important role to determine the stock of drugs that is in line with the needs with guaranteed quality and can be obtained when needed. If drug procurement planning is managed with a poor system, it will lead to drug accumulation and or drug vacancies. To maintain the availability of adequate drugs in providing pharmaceutical services, it is necessary to evaluate and control the availability of drugs appropriately. Availability control is made to prevent or overcome drug vacancies or shortages in hospitals. One way to control the availability of drugs is to identify drugs that are classified as fast moving or slow moving. Identification of drugs in the fast moving and slow moving categories needs to be done, especially in the ICU Pharmacy depot where patients need intensive care and the drugs used are mostly vital drugs whose availability must always be available.This report aims to identify drugs that are classified as fast moving and slow moving in the ICU Pharmacy depot of the University of Indonesia Hospital (RSUI) based on drug usage data for the period January - December 2022. Based on this data, it can be concluded that there are 57 drugs (9.73%) which are fast moving drugs, and 441 drugs (75.26%) which are slow moving. Fast moving drugs include N-acetyl cysteine 200 mg capsules, norepinephrine 4mg/ml injection, paracetamol 500 mg tablets, WFI 25 ml, and VIP Albumin capsules while slow moving drugs include Cal 95 tablets, glucophage XR 500 mg tablets, Nexium 40 mg tablets, prontosan gel 30 ml, and scabimite cream 30 gr"
Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kenang Putra Risma
"Di Indonesia pemakaian antibiotik menjadi salah satu yang paling sering diresepkan dikarenakan seringnya kasus infeksi yang sering terjadi. Antibiotik merupakan obat yang dipakai untuk pencegahan atau pengobatan infeksi yang diakibatkan oleh bakteri. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan berlebihan dapat menyebabkan resistensi. Resistensi antibiotik adalah kondisi saat antibiotik tidak dapat lagi mencegah atau mengobati infeksi karena bakteri tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik. Resistensi antibiotik dapat menyebabkan bakteri yang menginfeksi manusia atau hewan menjadi lebih sulit untuk diobati. Resistensi antibiotik merupakan ancaman global yang serius yang menyebabkan peningkatan kekhawatiran global terhadap kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Metode Gyssen merupakan evaluasi secara kualitatif sedangkan secara kuantitatif menggunakan perhitungan ATC/DDD. Gyssen adalah metode yang digunakan untuk menilai penggunaan antibiotik berdasarkan ketepatan indikasi, ketepatan pemilihan antibiotik berdasarkan efektivitas, toksisitas, harga dan spektrum antibiotik, lama pemberian, dosis, interval, rute pemberian dan waktu pemberian. ATC merupakan klasifikasi obat berdasarkan farmakologi, senyawa kimia dan fungsi terapeutik. DDD adalah asumsi rata-rata dosis per hari yang digunakan oleh orang dewasa. DDD adalah unit pengukuran dan tidak menunjukkan dosis harian yang direkomendasikan dalam pengobatan.

In Indonesia, the use of antibiotics is one of the most frequently prescribed due to the frequent cases of infection. Antibiotics are drugs used to prevent or treat infections caused by bacteria. Inappropriate and excessive use of antibiotics can cause resistance. Antibiotic resistance is a condition when antibiotics can no longer prevent or treat infections because bacteria do not respond to antibiotics. Antibiotic resistance can make bacteria that infect humans or animals more difficult to treat. Antibiotic resistance is a serious global threat causing increasing global concern for human, animal and environmental health. The Gyssen method is a qualitative evaluation, while quantitatively it uses ATC/DDD calculations. Gyssen is a method used to assess the use of antibiotics based on the accuracy of the indication, the accuracy of antibiotic selection based on effectiveness, toxicity, price and spectrum of antibiotics, duration of administration, dose, interval, route of administration and time of administration. ATC is a classification of drugs based on pharmacology, chemical compounds and therapeutic function. DDD is the assumed average dose per day used by adults. DDD is a unit of measurement and does not indicate the recommended daily dose in treatment."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kenang Putra Risma
"Di Indonesia pemakaian antibiotik menjadi salah satu yang paling sering diresepkan dikarenakan seringnya kasus infeksi yang sering terjadi. Antibiotik merupakan obat yang dipakai untuk pencegahan atau pengobatan infeksi yang diakibatkan oleh bakteri. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dan berlebihan dapat menyebabkan resistensi. Resistensi antibiotik adalah kondisi saat antibiotik tidak dapat lagi mencegah atau mengobati infeksi karena bakteri tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik. Resistensi antibiotik dapat menyebabkan bakteri yang menginfeksi manusia atau hewan menjadi lebih sulit untuk diobati. Resistensi antibiotik merupakan ancaman global yang serius yang menyebabkan peningkatan kekhawatiran global terhadap kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Metode Gyssen merupakan evaluasi secara kualitatif sedangkan secara kuantitatif menggunakan perhitungan ATC/DDD. Gyssen adalah metode yang digunakan untuk menilai penggunaan antibiotik berdasarkan ketepatan indikasi, ketepatan pemilihan antibiotik berdasarkan efektivitas, toksisitas, harga dan spektrum antibiotik, lama pemberian, dosis, interval, rute pemberian dan waktu pemberian. ATC merupakan klasifikasi obat berdasarkan farmakologi, senyawa kimia dan fungsi terapeutik. DDD adalah asumsi rata-rata dosis per hari yang digunakan oleh orang dewasa. DDD adalah unit pengukuran dan tidak menunjukkan dosis harian yang direkomendasikan dalam pengobatan.

In Indonesia, the use of antibiotics is one of the most frequently prescribed due to the frequent cases of infection. Antibiotics are drugs used to prevent or treat infections caused by bacteria. Inappropriate and excessive use of antibiotics can cause resistance. Antibiotic resistance is a condition when antibiotics can no longer prevent or treat infections because bacteria do not respond to antibiotics. Antibiotic resistance can make bacteria that infect humans or animals more difficult to treat. Antibiotic resistance is a serious global threat causing increasing global concern for human, animal and environmental health. The Gyssen method is a qualitative evaluation, while quantitatively it uses ATC/DDD calculations. Gyssen is a method used to assess the use of antibiotics based on the accuracy of the indication, the accuracy of antibiotic selection based on effectiveness, toxicity, price and spectrum of antibiotics, duration of administration, dose, interval, route of administration and time of administration. ATC is a classification of drugs based on pharmacology, chemical compounds and therapeutic function. DDD is the assumed average dose per day used by adults. DDD is a unit of measurement and does not indicate the recommended daily dose in treatment."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library