Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eugenia Marianne Russiav
"Latar Belakang: Pertumbuhan anak merupakan suatu indikator kesehatan yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor internal dan eksternal. Studi mengenai efek pendidikan anak usia dini terhadap pertumbuhan anak masih sangat sedikit.
Metode: Riset ini menggunakan metode potong lintang dengan menganalisa kecepatan pertumbuhan tinggi, berat badan, dan lingkar kepala anak di kelompok bermain dan penitipan anak Taman Pengembangan Anak Makara, Universitas Indonesia, Depok selama enam(6) bulan atau antara bulan Mei 2016 dan November 2016. Kuesioner mengenai status kelahiran anak dan keterlibatan orang tua diberikan kepada orangtua subyek. SPSS versi 20 dengan Chi square, Fishers exact tes, T-test tidak berpasangan, dan uji Mann-Whitney digunakan untuk menganalisa data.
Hasil: Kecepatan pertumbuhan berat dan tinggi badan di kelompok bermain dan tempat penitipan anak TPA Makara mempunyai perbedaan signifikan (p=0.001).
Kesimpulan: Terdapat perbedaan signifikan yang bermakna dan asosiasi antara kecepatan pertumbuhan berat dan tinggi badan dengan program (kelompok bermain dan penitipan anak) TPA Makara.

Background: Child growth have shown to be an important health indicator which can be affected by various factors, such as internal and external factors. Only few studies have been conducted regarding the effect of early childhood education on child growth.
Method: This research applied cross-sectional study method by analyzing the height, body weight, and head circumference growth velocity of children in playgroup and daycare of Taman Pengembangan Anak Makara, Depok in six (6) months period or between May 2016 and November 2016. Questionnaires about child birth status and parent involvement are given to the subjects parents. SPSS 20th version with Chi-square, Fishers exact test, unpaired T-test, and Mann-Whitney test were used to analyze the data.
Result: Children weight and height growth velocities in playgroup and daycare of TPA Makara show significant difference (p = 0.001).
Conclusion: There is a significant difference and association between weight and height growth velocity and TPA Makara program (playgroup and daycare).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Sanjoyo
"Latar belakang: Penelitian ini bertujuan mencari pengaruh sistem kerja nextcell yang bersifat multitasking dan faktor risiko lainnya terhadap kecelakaan di industri elektronik daerah depok pada tahun 2010-2013. Angka severity rate kecelakaan kerja pada periode kerja 2010-2012 (4,47 manhour;8,46/1000 manhour;28,91/1000 manhour) yang menjadikan dasar untuk dilakukan penelitian ini.
Metode: Penelitian menggunakan disain kasus kontrol berpadanan, kasus berjumlah 49 responden diambil dari data kecelakaan kerja periode 2010-2013 dan kontrol 98 responden, kontrol dipilih berdasarkan matching departemen kerja, tempat kerja serta diskripsi kerja yang sama. Variabel kecelakaan kerja merupakan variabel dependen dan sistem kerja, masa kerja, status pekerja, kerja shift, alat pelindung diri dan kebisingan. usia, jenis kelamin dan riwayat kesehatan merupakan variabel independen.
Hasil: Jumlah responden dengan kerja sistem nextcell 70 (47,61%) responden dan bukan nextcell berjumlah 77 (52,39%) responden. Responden dengan kerja nextcell mengalami kecelakaan 25 (35,7%). Penelitian ini mendapatkan sistem kerja next cell tidak berpengaruh menimbulkan kejadian kecelakaan kerja. Variabel yang mempengaruhi kecelakaan kerja adalah adanya riwayat penyakit OR=7,44;CI(95% 3,33-16,64) dan jenis kelamin laki-laki OR= 0,31 CI (95% 0,11-0,86).
Kesimpulan: Sistem nextcell tidak mempengaruhi timbulnya kejadian kecelakaan kerja. Variabel risiko yang mempengaruhi kecelakaan kerja adalah riwayat penyakit berisiko dan jenis kelamin laki-laki.

Background: This study aims to find the influence nextcell system that is multitasking and other risk factors to accidents in the electronics industry area depok 2010-2013. There is an increasing number of work accident severity rate in the period 2010-2011-2012 (4,47 manhour;8,46/1000 manhour;28,91/1000 manhour) which forms the basis for this research.
Methods: The study used case-control design with matched, cases amounted to 49 respondents drawn from the data of occupational accidents in 2010-2013 and 98 control respondents. Matched controls were selected by the department on work, workplace, descriptions of the same work. Variable dependent is occupational accidents and work systems, job tenure, employment status, shift work, personal protective equipment and noise. age, sex and medical history is an independent variable.
Results: The number of respondents with a working system nextcell 70 (47.61%) respondents and not nextcell 77 (52.39%) respondents. Respondents with nextcell have work accident 25 (35.7%). This research next cell does not affect cause incidence of workplace accidents. Variables health status have affect to work accidents OR = 7.44; CI (95% 3.33 to 16.64) and male gender OR = 0.31 CI (95% from 0.11 to 0.86) .
Conclusion: The nextcell system does not affect to incidence work accident. Variables health status and male can affect the risk of workplace accidents.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Andi Ade Rahmat Kurnia
"Pendahuluan: Selama masa pandemi, tenaga kesehatan mengalami peningkatan stresor di tempat kerja yang membuat mereka lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental. Universitas Guyana mengembangkan kuesioner SSTRESS 1 untuk mengidentifikasi stresor yang dirasakan oleh petugas kesehatan selama pandemi. Kuesioner SSTRESS 1 perlu divalidasi sebelum dapat digunakan di Indonesia. Metode: Studi validasi dengan validasi dan adaptasi trans-kultural, proses penerjemahan ke bahasa Indonesia dilakukan dengan metode ISPOR. Uji reliabilitas dilakukan dengan konsistensi Internal Cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Analisis faktor dilakukan untuk menyelidiki faktor yang terbentuk dari kuesioner ini berdasarkan budaya lokal dengan >0,3 sebagai muatan minimum untuk masing-masing pertanyaan. Hasil: Uji menghasilkan kuesioner SSTRESS 1 versi Bahasa Indonesia dengan 18 pertanyaan valid dengan Cronbach’s alpha 0,919. Enam pertanyaan dikeluarkan karena korelasi antar item < 0,03. Frustrasi, tekanan dan beban kerja adalah faktor-faktor yang menyusun kuesioner ini. Kesimpulan: Kuesioner SSTRESS 1 Bahasa Indonesia terdiri dari 18 pertanyaan dengan 3 faktor yaitu frustrasi, tekanan dan beban kerja. Eksternal validasi menggunakan SRQ-20 menunjukkan korelasi yang positif

Background: During pandemic healthcare workers suffered from an increased stressor in their workplace which make them more vulnerable to mental health problems. University of Guyana developed SSTRESS 1 questionnaire to identify stressor perceived by healthcare workers during pandemic. SSTRESS 1 questionnaire need to be validated before it can be used in Indonesia. Method: Validation study with trans-cultural validation, translation process to Bahasa Indonesia done with ISPOR method. Reliability test carried out with Internal consistency of Cronbach’s alpha greater than 0.6. Analysis factor conducted to investigate factor made from this questionnaire based on local culture with > 0.3 as minimum loading for each question. Result: Test generate 18 valid questions form SSTRESS 1 questionnaire version of Bahasa Indonesia with Cronbach’s alpha 0.919. Six questions are excluded as the inter-item correlation < 0.03. Frustration, pressure and workload are factors composed this questionnaire. Conclusion: SSTRESS 1 questionnaire in Bahasa Indonesia consist of 18 questions with 3 factors i.e. frustration, pressure and workload. External validation with SRQ-20 shown positive correlation"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ummul Mukminin
"ABSTRACT
Di kalangan mahasiswa khususnya tingkat awal, kondisi berat badan dan status gizi abnormal kini tengah menjadi masalah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui berbagai faktor asal daerah, jenis kelamin, asal fakultas, tempat tinggal, partisipasi kegiatan kampus, aktivitas fisik, kecenderungan gangguan mental emosional, dan pola makan fast food yang berhubungan dengan perubahan berat badan pada tahun pertama kehidupan perkuliahan mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan.Metode : Desain penelitian potong lintang dilakukan pada 90 mahasiswa RIK suatu universitas angkatan 2015. Data berasal dari data berat dan tinggi badan saat menjadi mahasiswa baru dan setahun setelahnya, serta kuesioner.Hasil : Ditemukan 33,3 responden termasuk dalam status gizi berlebih dan obesitas, sedangkan 11,1 mengalami status gizi kurang. Sebanyak 55,6 responden mengalami perubahan berat badan sehingga IMT dapat mencapai atau tetap normal, sedangkan 44,4 lainnya mengalami perubahan berat badan yang menyebabkan IMT berada dalam kategori abnormal. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan berat badan pada subjek adalah jenis kelamin laki-laki ORadj=3,63;IK95 =1,14-11,49 dan asal daerah Jabodetabek ORadj=3,53;IK95 =1,34-9,32 . Berdasarkan analisis multivariat, jenis kelamin laki-laki merupakan faktor yang paling berhubungan dengan peningkatan berat badan selama menjalani perkuliahan satu tahun. Diskusi: Sebagai kesimpulan, jenis kelamin dan asal daerah berhubungan dengan perubahan berat badan yang terjadi pada Mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan setelah menjalani perkuliahan satu tahun.

ABSTRACT
The aim of this research is to identify factors area of origin, gender, faculty, type of housing, participation in campus activities, physical activity, mental emotional disorder, and habit of fast food consumption that are associated to body weight change.Method Cross sectional study was conducted on 90 Health Science students batch 2015 using body weight and height from secondary and primary data, also questionnaire.Result This study showed that 33.3 subjects were overweight and obese, whereas 11.1 were underweight. 55.6 subjects had changes of weight in which BMI reached to or constant in normal state, while the other 44.4 experienced weight change that cause abnormal BMI. Based on bivariate analysis, body weight change had significant association with male gender ORadj 3.63, 95 CI 1.14 11.49 and area of origin Jabodetabek ORadj 3.53, IK95 1.34 9.32 . Male gender was the most significant factor that associated to weight change in health sciences college students after 1 year.Discussion in conclusion, gender and area of origin associated to body weight change of Health Science students after the first year of study. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febi Arya Hidayat
"Latar Belakang: Dalam dunia penerbangan, fatigue dapat menyebabkan inkapasitasi penerbang dan mengakibatkan kecelakaan pesawat. Jam terbang merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan risiko fatigue. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan jam terbang 7 hari dan beberapa faktor lain terhadap risiko fatigue pada penerbang sipil di Indonesia.
Metode: Sebuah studi cross sectional dengan consecutive sampling dilakukan pada penerbang sipil yang sedang melakukan medical check-up di Balai Kesehatan Penerbangan di Jakarta pada Juni 2016. Karakteristik demografi, pekerjaan, kebiasaan dan jam terbang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara. Data fatigue diperoleh melalui pemgisian self-questionnaire fatigue dan dihitung dengan Fatigue Severity Scale (FSS) yang telah dikalibrasi. Fatigue dikategorikan menjadi “Tidak Fatigue” (skor FSS <36) dan “Fatigue” (skor FSS ≥36). Analisis menggunakan risiko relatif dengan regresi Cox dan waktu yang konstan.
Hasil: Penelitian ini mencakup 542 penerbang, 50,2% mengalami fatigue, dan 49,8% tidak fatigue. Subyek yang memiliki jam terbang lebih dari 30 jam dalam 7 hari dibandingkan dengan yang kurang sama dengan 30 jam dalam 7 hari, memiliki risiko fatigue 1,39 kali lebih tinggi [risiko relatif disesuaikan (RRA)= 1,39; CI=1,16-1,68; p = 0,001]. Subjek yang memiliki lisensi tipe ATPL dibandingkan dengan yang CPL memiliki risiko fatigue 1,31 kali lebih tinggi (RRa= 1,31; CI=1,11-1,54 p= 0,001). Selanjutnya subyek yang berolahraga secara appropriate memiliki risiko fatigue 32% lebih kecil (RRa=0.68; CI=0,43-1,06; p=0.094).
Kesimpulan: Penerbang sipil di Indonesia yang memiliki jam terbang lebih dari 30 jam dalam 7 hari dan penerbang dengan lisensi tipe ATPL mengalami peningkatan risiko fatigue. Kebiasaan olahraga secara appropriate menurunkan risiko fatigue pada penerbang sipil di Indonesia.

Background: In aviation world, fatigue may cause the pilot incapacitation and can lead to the aircraft accidents. Flight hours is believed to be one of the factors related to the risk of fatigue. The purpose of this study is to identify relationship between flight hours in seven day and other factors to the risk of fatigue among civilian pilot in Indonesia.
Methods: A cross sectional study with consecutive sampling was conducted among civilian pilots who attended medical check-up at Aviation Medical Center in Jakarta on June 2016. Demographic characteristics, employment related factors, habits and flight hours were obtained through questionnaire and interviews. Fatigue data were obtained through fatigue self-questionnaire form and measured with Fatigue Severity Scale which had been validated. Fatigue was categorized into non-fatigue (FSS score <36) and fatigue (FSS score ≥36). Risk relative was computed using Cox regression with a constant time.
Results: This study included 542 pilots, 50,2% had fatigue and 49,8% were normal (non-fatigue). The subjects who have flight hours >30 hours/week compared to ≤30 hours/week, had 1.37-fold higher risk of fatigue [adjusted relative risk [RRa=1.37; CI=1,14-1,65; p=0.001]. The subject with ATPL license compared to CPL license, had 1.28-fold higher risk of fatigue [RRa=1.31; CI=1,11-1,54; p=0.001). Furthermore, subjects who have appropriate exercise, had 32% lower risk of fatigue (RRa=0.68; CI=0,43-1,06; p=0.094).
Conclusions: Civilian pilots in Indonesia who had more than 30 hours flight time in 7 days and ATPL type pilots have an increased risk of fatigue. Appropriate exercise decreased the risk of fatigue on civilian pilots in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Ade Rahmat Kurnia
"Pendahuluan: Selama masa pandemi, tenaga kesehatan mengalami peningkatan stresor di tempat kerja yang membuat mereka lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental. Universitas Guyana mengembangkan kuesioner SSTRESS 1 untuk mengidentifikasi stresor yang dirasakan oleh petugas kesehatan selama pandemi. Kuesioner SSTRESS 1 perlu divalidasi sebelum dapat digunakan di Indonesia.
Metode: Studi validasi dengan validasi dan adaptasi trans-kultural, proses penerjemahan ke bahasa Indonesia dilakukan dengan metode ISPOR. Uji reliabilitas dilakukan dengan konsistensi Internal Cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Analisis faktor dilakukan untuk menyelidiki faktor yang terbentuk dari kuesioner ini berdasarkan budaya lokal dengan >0,3 sebagai muatan minimum untuk masing-masing pertanyaan.
Hasil: Uji menghasilkan kuesioner SSTRESS 1 versi Bahasa Indonesia dengan 18 pertanyaan valid dengan Cronbach’s alpha 0,919. Enam pertanyaan dikeluarkan karena korelasi antar item < 0,03. Frustrasi, tekanan dan beban kerja adalah faktor-faktor yang menyusun kuesioner ini.
Kesimpulan: Kuesioner SSTRESS 1 Bahasa Indonesia terdiri dari 18 pertanyaan dengan 3 faktor yaitu frustrasi, tekanan dan beban kerja. Eksternal validasi menggunakan SRQ-20 menunjukkan korelasi yang positif

Background: During pandemic healthcare workers suffered from an increased stressor in their workplace which make them more vulnerable to mental health problems. University of Guyana developed SSTRESS 1  questionnaire to identify stressor perceived by healthcare workers during pandemic. SSTRESS 1 questionnaire need to be validated before it can be used in Indonesia.
Method: Validation study with trans-cultural validation, translation process to Bahasa Indonesia done with ISPOR method. Reliability test carried out with Internal consistency of Cronbach’s alpha greater than 0.6. Analysis factor conducted to investigate factor made from this questionnaire based on local culture with > 0.3 as minimum loading for each question.
Result: Test generate 18 valid questions form SSTRESS 1 questionnaire version of Bahasa Indonesia with Cronbach’s alpha 0.919. Six questions are excluded as the inter-item correlation < 0.03.  Frustration, pressure and workload are factors composed this questionnaire.   
Conclusion: SSTRESS 1 questionnaire in Bahasa Indonesia consist of 18 questions with 3 factors i.e. frustration, pressure and workload. External validation with SRQ-20 shown positive correlation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Fristiyanwati
"Latar Belakang Perilaku duduk menetap telah menjadi suatu rutinitas yang berkontribusi sebagai penyebab gangguan kesehatan seperti keropos tulang. Namun, untuk beberapa orang seperti pekerja kantoran, hal ini sulit dihindari. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor risiko individu dan pekerjaan terhadap kepadatan mineral tulang (Bone Mineral Density/BMD) pada pekerja kantoran dengan pola kerja sedenter. Metode Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada populasi pekerja administratif di RS Olahraga Nasional dan Kemenpora RI pada bulan Januari-Maret 2023. Variabel terikat adalah kepadatan mineral tulang berupa skor T yang diukur menggunakan alat DEXA. Variabel bebas mencakup faktor individu seperti usia, jenis kelamin, riwayat osteoporosis pada keluarga, indeks massa tubuh (IMT), merokok, minum alkohol, asupan kalsium, asupan vitamin D, penyakit DM, aktivitas fisik di luar tempat kerja dan faktor pekerjaan yaitu lama duduk harian di tempat kerja. Hasil Subjek penelitian berjumlah 110 orang pekerja kantoran, 70,9% perempuan, median usia 37 tahun. Skor BMD rendah terdapat pada 29 subjek (26,4%) terdiri dari 3 subjek dengan osteoporosis dan 26 subjek dengan osteopenia. Analisis multivariat dengan regresi logistik mendapatkan faktor yang berhubungan secara independen dengan skor BMD rendah adalah penyakit DM (OR 10,7 dengan IK 95% 1,3-85,2), lama duduk di tempat kerja >6 jam/hari (OR 8,5 dengan IK 95% 2,8-25,5), IMT kurus (OR 7,5 dengan IK 95% 1,2-46,6), dan usia>50 tahun (OR 5,1 dengan IK 95% 1,6-15,9). Tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, asupan vitamin D, aktivitas fisik, dan merokok terhadap skor BMD yang rendah. Kesimpulan. Satu dari empat pekerja kantoran mengalami skor kepadatan mineral tulang yang rendah yang berhubungan dengan penyakit DM, lama duduk di tempat kerja, status gizi, dan usia. Diperlukan tata laksana okupasi berupa modifikasi posisi bekerja untuk mengurangi waktu duduk harian demi mencegah terjadinya gangguan kesehatan tulang di kemudian hari.

Background Prolonged sitting has become a routine that contributes to causing health problems, one of which is bone loss. However, for some people, such as office workers, this is difficult to avoid. The aim of this study was to determine the relationship between individual and occupational risk factors on bone mineral density (BMD) in sedentary office workers. Methods This research is a cross-sectional study conducted on a population of office workers at the National Sports Hospital and the Indonesian Ministry of Youth and Sport in January-March 2023. The dependent variable is bone mineral density in the form of a T-score as measured using Dual Energy X-ray Absorptiometry (DEXA). Independent variables include individual factors such as age, gender, family history of osteoporosis, body mass index (BMI), smoking, alcohol consumption, calcium intake, vitamin D intake, history of DM, physical activity, and occupational factors, namely daily sitting time at work. Results The subjects totaled 110 office workers, 70.9% were female, the median age was 37 years old. Low BMD were found in 29 subjects (26.4%) consisting of 3 subjects with osteoporosis and 26 subjects with osteopenia. Multivariate analysis using logistic regresion found factors that were independently associated with a low BMD were history of diabetes mellitus (OR 10.7, 95% CI 1.3-85.2), duration of daily sitting at work > 6 hours (OR 8.5, 95% CI 2.8-25.5), underweight (OR 7.5, 95% CI 1.2-46.6), and age> 50 years old (OR 5.1, 95% CI 1,6-15,9). No significant relationship was found between gender, vitamin D intake, physical activity, and smoking on low BMD. Conclusions One in four office workers experience a low bone mineral density related to DM, prolonged sitting at work, nutritional status, and age. Occupational management is needed in the form of modifying work positions to reduce daily sitting time and to prevent bone loss in the future."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Chairani
"Backgrounds: The Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ), questionnaire that used for detection if a person has trouble with the locomotive organs. Validity test of NMQ has been tested in French, with results were good, otherwise in Indonesia NMQ never been tested yet. We can?t find standarized questionnaire in Indonesian languange version that ready to use. However, the aim to developed validity test NMQ Indonesian languange wheater it?s good so for that reason we used the same characteristic of subject which is administration workers using VDT.
Methods: Research design was cross sectional study used total sampling that involved 80 workers as subject. Data collected used NMQ self administered and as a structured intervew for all respondents, plus additional question and medical examination relating to the spesific area (the lower back, the neck, and the shoulder) for further detail relevant issues that respondent has trouble with the locomotive organs. SPSS version11.5 was used for analized data.
Results: Analysis Criterion validity of NMQ found Sensitivity at three regio, the lower back 91%, neck 86% and shoulder 89.5%. Specificity 100%, Positive Predictive Value (PPV) 100% and Negative Predictive Value (NPV) 97% for all regio.
Conclusions: Criterion validity of NMQ in the study, sensitivity were good more than 80%, so the questionnaire useful as screening tool for musculoskeletal disease and NMQ can be suggestion for standarized in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Yunia Fitriani
"ABSTRAK
Pendahuluan. Gangguan mental emosional adalah keadaan distress psikologik yang jika tidak ditangani dengan baik, dapat menyebabkan gangguan jiwa berat dan disabilitas. Prevalensi gangguan mental emosional yang dialami oleh perawat perempuan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr.Cipto Mangunkusumo, rumah sakit rujukan tersier di Indonesia, pada tahun 1998 adalah sebesar 17,7%. Salah satu bahaya potensial psikososial yang diduga berhubungan dengan gangguan kesehatan mental adalah konflik pekerjaan-keluarga.
Metode. Disain penelitian menggunakan studi potong lintang dengan mencari hubungan antara variabel bebas konflik pekerjaan-keluarga dan faktor individu serta faktor pekerjaan lainnya dengan variabel terikatnya yaitu gangguan mental emosional. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner konflik pekerjaan-keluarga, SRQ 20 dengan populasi penelitian perawat perempuan yang bekerja di RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo.
Hasil. Prevalensi gangguan mental emosional pada perawat perempuan di RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo adalah sebesar 23,5%. Faktor paling dominan yang berhubungan dengan gangguan mental emosional pada perawat perempuan di RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo adalah konflik pekerjaan-keluarga (OR 2,59, CI 95% 1,44-4,65, p<0,001) dan tingkat pendidikan (OR 0,07, CI 95% 0,01-0,62, p:0,010).
Kesimpulan. Didapatkan hubungan yang bermakna antara konflik pekerjaan-keluarga dengan gangguan mental emosional pada perawat perempuan di Indonesia.

ABSTRACT
Introduction: Emotional mental disorder is a state of psychological distress that, if not handled properly, can lead to severe mental disorders and disabilities. The prevalence of emotional mental disorder experienced by female nurses at the National General Hospital (RSUPN) Dr.Cipto Mangunkusumo, tertiary referral hospital in Indonesia, in 1998 was 17.7%. One potential psychosocial hazard that is thought to be related to mental health disorders is the work-family conflict.
Methods: This was a cross-sectional study by looking for relationship between the independent variable work-family conflict, individual factors and work factors with dependent variable emotional mental disorder. The instruments used in this study are work-family conflict questionnaire and SRQ 20 with study population is female nurses whom are working at RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo.
Results: The prevalence of emotional mental disorder in female nurses at Dr.Cipto Mangunkusumo RSUPN is 23.5%. The most dominant factor associated with emotional mental disorder in female nurses at RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo is work-family conflict (OR 2,59, CI 95% 1,44-4,65, p<0,001) and level of education (OR 0,07, CI 95% 0,01-0,62, p:0,010).
Conclusion: There is a significant relationship between work-family conflicts and emotional mental disorders in female nurses in Indonesia."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>