Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 61 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985
499.207 BAH
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, 1990
499.221 8 INT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Samorodnitsky, Gennady
New York: Chapman & Hall, 1994
519.2 SAM s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Kamal Abdullah
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2000
809.892 8 ABD c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Depdikbud, 1991
499.28 MAS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2010
899.28 KES
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kuswardani Susari Putri
"Kesejahteraan Psikologis adalah konsep multi dimensional mengenai sejauh mana seseorang menjalankan fungsi-fungsi psikologisnya secara positif. Berdasarkan teori psikologi klinis, psikologi perkembangan dan teori kesehatan mental, Ryff mengemukakan 6 dimensi yang tercakup dalam kesejahteraan psikologis, yaitu 1) dimensi penerimaan diri (Self-Acceptance) yang mengacu pada penilaian diri dan penerimaan masa lalu secara positif dimana hubungan yang positif dengan orang lain (Positive Relationship with Othem), yang mengacu pada kemampuan seseorang menjalin hubungan yang berkualitas dengan orang lain, 3)dimensi otonomi (Autonomy), yang mengacu pada mengacu pada kemandirian, 4) dimensi penguasaan lingkungan (Environmental Mastery), yang mengacu pada kemampuan individu memilih dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi psikis dan kebutuhan individu. 5) dimensi tujuan hidup (Purpose in LW), yang mengacu pada kehidupan yang dirasa bermakna dan adanya tujuan hidup yang jelas dan 6) dimensi pertumbuhan pribadi (Personal Growth) yang mengacu pada pengembangan potensi-potcnsi yang ada, tumbuh dan berkembang sebagai pribadi.
Dalam penelitian ini, dampak psikologis dari kekerasan yang pernah dialami oleh seorang istri diasumsikan sebagai titik tolak keadaan kesejahteraan psikologisnya pada saat ini. Tindak kekerasan terhadap istri yang terjadi dalam lingkup rumah tangga lebih kita kenal dengan istilah kekerasan domestik (domestic violence), di mana pelaku kekerasan pada umumnya adalah pasangan atau suami. Perilaku kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri dapat membahayakan kesejahteraan fisik maupun kesejahteraan psikologis bagi seorang istri. Secara psikologis perempuan akan memiliki self esteem yang rendah. Selain itu, kekerasan yang dilakukan secara berulang-ulang juga akan menyebabkan perempuan menjadi pasif dan mengembangkan learned helpiessness (kehilangan keyakinan akan kemampuan untuk keluar dari suatu keadaan) karena tidak menemukan jalan keluar, sehingga percaya bahwa setiap tindakan yang diambil akan memperburuk situsi, yang lebih dikenal dengan islilah batered women 's syndrome.
Pandangan umum menyatakan bila kita berada dalam situasi yang menyakitkan atau membahayakan, maka kita akan menghindari atau keluar dari situasi tersebut. Akan tetapi, dalam menghadapi kekerasan dalam rumah tangga, keputusan untuk meninggalkan hubungan kekerasan merupakan keputusan yang sulit karena berbagai faktor yang harus dipertimbangkan oleh istri seperti ketergantungan ekonomi pada suami, tidak adanya dukungan sosial dari lingkungan bahkan adanya ancaman dari suami yang akan membunuhnya.
Selanjutnya, perempuan juga akan menghadapi stigma sosial bahwa ia dianggap tidak mampu menjadi istri yang baik sehingga suami bertindak kasar terhadapnya. Pertimbangan-pertimbangan tersebut seringkali membuat perempuan tetap bertahan dalam hubungan yang penuh kekerasan. Bertahan dalam situasi kekerasan dan penganiayaan membuat perempuan belajar suatu survei techniques atau strategi coping. Namun, ketika strategi coping ini ternyata tidak mampu untuk melindungi diri dan anak dan kekerasan, maka mereka akhimya pergi atau keluar dari hubungan tersebut. Mengakhiri hubungan yang penuh kekerasan berarti harus berpisah dari suami. Pada kenyataannya, hukam hal yang mudah bagi istri untuk melanjutkan kehidupan beserta anak-anaknya setelah bercerai dari suami yang abusive. Banyak hal yang harus dilakukan, dihadapi, dan dibcnahi atau diperbaiki oleh perempuan tersebut. Misalnya, apa yang harus ia lakukan untuk membiayai hidupnya dan anaknya jika dulunya ia hanya tergantung secara finansial pada suaminya, bagaimana ia memulihkan luka-luka (fisik dan psikis) setelah mengalami tindakan kekerasan yang dilakukan oleh mantan suaminya, dan sebagainya. Hal-hal tersebut bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, diperlukan tenaga dan waktu yang lama, juga perjuangan yang besar karena secara psikologis dampak kekerasan yang dialami dapat menyebabkan istri mengalami stres pasca trauma (PTSD), deprsi, bahkan muncul keinginann untuk bunuh diri. Selain itu, luka batin yang dirasakannya dapat mengakibatkan istri memiliki self esteem 'rendah yang akan berpengaruh pada kesejahteraan psikologisnya walaupun ia sudah meninggalkan hubungan yang penuh kekerasan tersebut. Dari uraian di atas, terlihat bahwa akibat dari kekerasan yang dialami, bukan saja menyebabkan istri memiliki perasaan learned heyrlessnavs saat masih bertahan dalam situasi kekerasan. Bahkan setelah bercerai sekalipun dampaknya masih tetap dirasakan, seperti merasa tidak percaya pada kemampuannya, selalu berpikir negatif tentang dirinya dan masih memiliki rasa bersalah mengenai keputusannya untuk bercerai dari suaminya. Hal tersebut secara langsung menghambat perempuan tersebut dalam merealisasikan fungsi positif yang ada pada dirinya yang dapat mengganggu kondisi kesejahteraan psikologisnya. Penelitian ini mengkaji kesejahteraan psikologis istri yang telah bercerai dari suami pelaku kekerasan dalam rumah tangga.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :
Secara umum ke 3 subyek merasa kurang sejahtera secara psikologis jika dibandingkan dengan ibu-ibu rumah tangga biasa. Hal ini tampak pada profil yang dihasilkan terhadap pengukuran SKP yang menunjukkan bahwa 3 subyek menunjukkan skor yang lebih rendah pada setiap dimensinya jika dibandingkan dengan skor rata-rata pembandingnya. Namun demikian dari hasil ‘wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa 2 diantaranya (V dan Y) merasa lebih sejahtera dan satu subyek lainnya (S) merasa kurang sejahtera secara psikologis sesuai dengan profil SKP yang dihasilkan. Memperhatikan hasil penelitian ini dapat diajukan beberapa saran agar penelitian berikutnya dapat menjadi lebih baik 1 yaitu perlu memperbanyak subyek penelitian hingga diperoleh suatu kesimpulan yang lebih luas mengenai gambaran kesejahteraan psikologis istri setelah bercerai meninggalkan suami yang abusive. Kemudian juga disarankan bahwa mengingat topik ataupun persoalan yang ingin diteliti merupakan persoalan yang sensitif, maka peneliti selanjutnya diharapkan dapat membentuk raport yang lebih baik lagi terhadap subyek penelitian, yaitu lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan subyek dan lingkungannya sebelum melakukan wawancara penelitian Hal ini dilakukan agar peneliti mengetahui penyebab yang dapat menimbulkan perbedaan antara hasil self report dengan wawancara yang dilakukan. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan melibatkan significant others agar pemahaman mengenai kesejahteraan psikologis pada istri yang telah bercerai dari suami yang abusive, dapat menjadi lebih banyak dan menyeluruh. Perlu dilakukan penelitian untuk membandingkan bagaimana keadaan kesejahteraan psikologis dengan pengalaman yang sama pada subyek yang sudah lama masa bercerainya dan tidak bergabung dalam Mitra Apik. Selain itu saran praktis yang diajukan apabila konselor menghadapi permasalahan tersebut adalah diutamakan melakukan konseling yang bertujuan untuk meningkatkan self esteem dan mereduksi perasaan learnerd helplesness yang masih menjadi keluhan utama bagi istri yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga meskipun telah bercerai dari suaminya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlin Tirtaonggana
"Kehadiran seorang anak sangat diharapkan oleh sebagian besar pasangan suami istri,
tetapi pada kenyataannya ada pasangan suami istri yang mengalami masalah infertilitas
sehingga mereka belum mempunyai anak. Masalah infcrtilitas mcmpunyai cfck psikologis
yang signifikan baik pada suami maupun istri. Dalam situasi penuh tekanan seperti itu
seseorang akan berusaha melakukan coping untuk mengatasi efek masalah infertilitas
tersebut. Masalah infertilitas juga mempengaruhi hubungan pasangan suami istri, termasuk
kepuasan pernikahan mereka.
Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana penghayatan
suami maupun istri terhadap masalah infertilitas? Bagaimana coping yang dilakukan oleh
suami dan istri dalam menghadapi masalah infertilitas ini? Bagaimana pengaruh dari masalah
infertilitas ini terhadap hubungan suami istri? Untuk menjawab permasalahan penelitian
tersebut, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan rnetode wawancara. Penelitian
ini melibatkan empat partisipan penelitian ( dua pasangan suami istri) yang sudah menikah
minimal tiga tahun tetapi bel urn mempunyai anak dan tidak mengasuh anak orang Jain.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa temyata kedua suami tidak menganggap
masalah infertilitas sebagai suatu masalah besar. Sementara kedua istri lebih banyak
mengalami emosi negatif, seperti sedih, marah, takut, kecewa dan bahkan juga ada yang
menarik diri dari pcrgaulan. Kedua pasangan suami istri melakukan strategi coping aktif
dengan menjalani pemeriksaan dan perawatan infertilitas, akan tetapi kurangnya keterlibatan
suami dalam hal ini menjadi masalah pada salah satu pasangan. Pasangan juga berusaha
untuk mencari dukungan sosial berupa informasi maupun dukungan emosional dari keluarga
dan ternan. Mereka juga berusaha untuk melihat rnasalah ini secara lebih positif. Temyata
ketidakhadiran anak tidak menjadi faktor utama yang mengurangi kepuasan pernikahan
karena ada faktor lain yaitu sifat dan tingkah laku pasangan yang lebih banyak dikeluhkan."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Megawaty Affriany
"Perkawinan kembali merupakan salah satu pilihan yang dapat dilakukan
setelah seorang wanita bercerai. Hasil survey di Amerika Serikat yang dilakukan kepada wanita bercerai menyebutkan bahwa 90% mempertimbangkan akan melakukan perkawinan kembali jika menemukan pasangan yang tepat (Thabes,dalam Papalia dkk 2001). Setelah perceraian, anak-anak umumnya tinggal bersama ibunya. Karenanya wanita seringkali membawa anaknya pada perkawinan berikutnya. Perkawinan kembali pascacerai yang melibatkan anak dan perkawinan sebelumnya cenderung memiliki masalah. Masalah akan semakin bertambah ketika wanita bercerai melakukan perkawinan kembali dengan pria lajang, Penyesuaian dalam perkawinan cenderung semakin sulit bila orang tua tirinya belum pernah menjadi orang tua sebelumnya (Hurlock, 1986). Untuk mewujudkan perkawinan kembali yang berhasil dan bahagia pasangan perlu melakukanpenyesuaian perkawinan pada berbagai area dalam perkawinan.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
jumlah responden 2 pasangan suami istri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah yang biasa dihadapi pada perkawinan kembali pascacerai adalah masalah persetujuan keluarga, masalah hubungan ayah tiri dan anak tiri yang berusia remaja, masaiah hubungan dengan mantan suami, masalah antara suami dan istri akibat hubungan ayah tiri dan anak tiri yang kurang baik, masalah keuangan keluarga, kesulitan ijin dari suami jika mantan suami ingin berternu, dan masalah penggantian nama mantan suami dalam akte kelahjran anak. Strategi penyesuaian yang dilakukan setiap pasangan berbeda pada setiap masalah. Strategi yang paling dominan adalah aktif kompromi di mana penyelesaian masalah hanya memuaskan satu pihak. Gambaran penyesuaian perkawinan yang cukup berhasil tampak pada sedikit masalah pada area penyesuaian perkawinan. Gambaran penyesuaian yang kurang berhasil ditandai dengan masalah pada berbagai area penyesuaian yang belum terselesaikan. "
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Riana
"Hidup bersama orang lain dalam suatu pernikahan, penuh dengan tuntutan dan masalah yang harus dihadapi. Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah konflik suami istri dan kehadiran anak yang dapat menambah konflik tersebut. Jika masalah-masalah tersebut tidak dapat diatasi dengan baik, maka dapat menimbulkan kekecewaan. Kekecewaan yang terus menerus disertai stres kehidupan sehari-hari dapat menyebabkan terjadinya burnout.
Tujuan dari penelitian ini untuk melihat gambaran burnout pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan memiliki anak usia sekolah. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan metode wawancara Pengambilan data dilakukan pada tiga orang ibu rumah tangga yang telah mengalami burnout.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa masalah-masalah yang dihadapi ibu rumah tangga sehingga dapat menimbulkan burnout adalah overload, conflicting, demands, Kebosanan, perselingkuhan suami tidak terpenuhinya kebutuhan afeksi dan komunikasi sering perubahan sikap suami. Upaya subyek untuk menghadapi masalah mereka adalah dengan menggunakan strategi emolionfocusea' coping, yaitu subjek cenderung menerima keadaan mereka saat ini. Hal ini menyebabkan mereka berada pada kondisi humour. Mereka mengalami kelelahan fisik berupa badan terasa Lelah, keluhan sakit badan seperti sulit bernafas. sakit kepala mudah terkena sakit dan badan panas. Kelelahan mental, berupa perasaan tidak berharga, tidak berguna, merasa lebih tua dari umur yang sebenarnya dan merasa terjebak. Sedangkan kelelahan emosional berupa merasa kesal, marah, berubahnya perasaan terhadap suami dan merasa tidak pernah merasakan bahagia. Untuk penelitian selanjutnya peneliti menyarankan untuk menambah subjek penelitian dan juga mewawancarai suami."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>