Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 317 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hashmi, Manzur-ul-Haque
New York: John Wiley & Sons, 1993
615.328 HAS a (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Departemen Kesehatan, 1993
613.286 IND p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Marks, John
Lancaster, Eng. : Medical and Technical, 1975
612.399 MAR g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim Koatma
"Telaii dilakukan penentuan kadax' vitamin dalam tablet vitamin
B kompleks dengan cara kolorimetri dan cara spektrofluorometri,
dan penentuan kadar vitamin Bg dalam tablet vitamin B kompleks .
dengan cara spektrofluorometri, cara kolorimetri untuk penentu
an kadar vitamin ternyata tidak dapat dilakukan, karena Nicotinaraid
akan ikut diendapkan bersama-sama vitamin B^ oleh am
monium reineckat. Penentuan kadar denj^?an cara spektrolluorometri
untuk vitamin dan vitamin fl^., ternyata mernberikan basil yang
cukup memuaskan, tetapi pacia penentuan kadar vitamin Bp dengan
cara spektrofluorometri konsuntrasi vitarnlii Bg bai'us dinaikkan
10 kali lebih besar dari prosedur semula»

A determination of vitamin cdncentratioxi in vitamin B eoraplex
tablets had been carried out with the Colorimetrio method
and the Spectrofluorometric method, and a determination of vi
tamin B2 concentration in vitamin B complex tablets v/ith the'~ ^
Spectrofluorometric method. The Goloriraetric method for the
determination of vitamin concentration could not be put in
to practice becauce the Kicotinarnide would also be precipitated
together with vitamin by Ammonium Reineckat. A determination
of concentration with the Spectrofluorometric method of vitamin
B^ and vitamin Bg give evidence of a isatisfying result, but in
the' determination of vitamin Bg concentration with the Spectro
fluorometric method, the vitamin concentration had to be
raised ten times from the original procedure.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1981
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosmalena
"Ruang lingkup dan cara penelitian: Vitamin C merupakan antioksidan yang banyak terdapat dalam sayuran dan buah-buahan. Jus dari buah mengkudu dilaporkan dapat memberikan perlindungan terhadap hati tikes yang diberi CCL, sifat hepatoprotektif ini diduga karena mengkudu banyak mengandung berbagai antioksidan dengan kandungan vitamin C yang tertinggi. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efek perlindungan vitamin C terhadap kerusakan jaringan hati akibat stress oksidatif yang ditimbulkan oleh induksi CCl4. Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus putih galur Wistar jantan dengan berat sekitar 200 gram per ekor. Tikus dibagi secara random menjadi 5 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus. Kelompok I (KK) adalah kelompok kontrol yang mendapat makan dan minuet ad libitum. Kelompok II (KP1) adalah kelompok yang diracuni dengan 0,55 mgCCl4/g berat badan diberikan per oral sebagai dosis tunggal pada hari ke 11. Kelompok III (KP2), IV (KP3), dan IV (KP4), adalah kelompok yang diberi vitamin C dosis rendah (0,03 mg/g berat badan ), dosis sedang (0,06 mg/g berat badan), dan dosis tinggi (0,2 mg/berat badan) yang diberikan per oral selama 11 hari. Pada hari kesebelas 2 jam setelah pemberian vitamin C tikus kelompok III, IV dan V diinduksi CCl4 0,55 mg/g berat badan per oral. Pada hari keduabelas tikus dikorbankan, kemudian dibedah diambil darah dan hatinya untuk pemeriksaan glutation eritrosit dan glutation jaringan hati Berta pemeriksaan histopatologik jaringan hati. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan uji ANOVA searah.
Hasil dan Kesimpulan: Kadar glutation eritrosit kelompok I (2,389 ± 0,716mg/g Hb); kelompok H (1,832 ± 0,320 mg/g Hb); kelompok III (3,131 ± 0,682 mg/g Hb); kelompok IV (2,425 ± 0,488mg/g.Hb); dan kelompok V (3,497 ± 0,488 mg/g Hb). Kadar glutation eritrosit pada kelompok III, IV dan V yaitu kelompok yang dilindungi vitamin C sebelum diinduksi CCLI lebih tinggi dibanding dengan kelompok I maupun H dan secara statistik berbeda bermakna (p0.05). Hasil pemeriksaan jaringan hati secara histopatologik didapatkan derajat kerusakan jaringan hati pada kelompok I (1,000 ± 0,000); kelompok II (3,000 ± 0,632); kelompok III (2,833 ± 0,408); kelompok IV (3,167 ± 0,408); dan kelompok V (2,833 ± 0,408). Meskipun derajat kerusakan jaringan hati pada kelompok III dan V lebih rendah dibanding dengan kelompok II, yaitu kelompok yang diberi vitamin C sebelum induksi CCI4, namun perbedaan ini tidak berbeda bermakna secara statistik (p>0.01)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T17675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baltimore : University Park, 1979
612.399 HAR v
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan , 2000
613.286 IND p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Makalah ini merupakan penulisan ilmiah yang membahas mengenai bagaimana mekanisme Kerja Vitamin E sebagai Suatu Antioksidan. Vitamin E diketahui merupakan vitamin yang mempunyai banyak peranan, namun bagaimana mekanisme kerjanya di jaringan masih banyak dibicarakan dan didalami oleh peneliti-peneliti. Mudah-mudahan penulisan ilmiah ini memberikan keluasan wawasan pengetahuan bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Suatma
"ABSTRAK
Ruang lingkup dan Cara penelitian : Kombinasi harmon steroid TE dan DMPA sedang dikembangkan untuk digunakan sebagai alat kontrasepsi bagi pria. Dari hasil penelitian, penggunaan hormon steroid khususnya progestogen pada wanita, dapat menyebabkan terjadinya peningkatan radikal bebas. Didasarkan pada hasil penelitian tersebut, maka diduga penyuntikan harmon steroid pada pria, juga akan meningkatkan radikal bebas. Kalau terjadi peningkatan radikal bebas, maka pemberian vitamin C dan Vitamin E sebagai antioksidan, diharapkan dapat mencegah peningkatan radikal bebas tersebut. Untuk membuktikan hat itu, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan tikus jantan sebagai model. Konsentrasi radikal bebas ditentukan dengan mengukur konsentrasi peroksida lipid dalam plasma darah, yang ditunjang dengan pengukuran konsentrasi GSH. Konsentrasi peroksida lipid diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 530 nm, sedangkan GSH pada panjang gelombang 412 nm, Data yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya, kemudian dilakukan uji sidik ragam dengan anova dua faktorial.
Hasil dan Kesimpulan : Dari penelitian diperoleh hasil sebagai berikut : Penyuntikan kombinasi hormon TE dan DMPA pada tikus jantan (1) tidak menyebabkan meningkatnya konsentrasi peroksida lipid dalam plasma (P > 0,05), (2) tidak menurunkan konsentrasi GSH dalam plasma darah (P > 0,05). Pemberian vitamin C dan vitamin E pada tikus jantan yang disuntik kombinasi hormon TE dan DMPA (1) tidak menurunkan konsentrasi peroksida lipid datam plasma darah (P > 0,05), (2) mempertahankan konsentrasi GSH dalam plasma darah (P > 0,05). Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa pemberian vitamin C dan vitamin E pada tikus jantan yang disuntik kombinasi hormon TE dan DMPA tidak berpengaruh terhadap konsentrasi peroksida lipid dan glutation."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda T. Angeles-Agdeppa
"Prevalensi anemia di negara berkembang masih tetap tinggi meskipun program suplementasi tablet besi-asam folat telah dilaksanakan dalam skala besar. Dampak suplementasi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti rendahnya kepatuhan minum tablet, efek samping yang kurang disukai, persediaan tablet kurang, rendahnya jangkuan program, status vitamin A yang rendah dan hambatan asorpsi zat besi karena suplementasi zat besi setiap hard.
Strategi yang mungkin dapat dilakukan untuk menurunkan prevalensi dan mengatasi masalah operasional adalah pemberian suplemen multi-vitamin mineral selama masa remaja dengan dosis lebih rendah dan frekuensi pemberian yang lebih jarang/tidak setiap hari.
Suatu penelitian kros-seksional telah dilakukan untuk mendapatkan informasi dasar tentang status gizi dan kesehatan remaja laki-laki serta putri yang telah mendapat haid pada tiga buah sekolah menengah yang dipilih secara acak di Jakarta Timur. Usia rata-rata remaja laki-laki adalah 14,8 tahun dan remaja putri 15,6 tahun. Para remaja tersebut berasal dari keluarga golongan sosial ekonomi mengengah. Prevalensi "thinness" lebih tinggi pada laki-laki (43%) daripada yang putri (10,2%) dan kelebihan berat badan lebih banyak pada remaja putri (32,9%). Prevalensi "stunting" pada remaja laki-laki dan putri (22%). Prevalensi anemia lebih tinggi pada remaja putri (21%) daripada laki-laki (2,5%).
Setelah penelitian kros-seksional, dilakukan intervensi/suplementasi dengan tujuan menentukan pengaruh multivitamin-mineral dalam berbagai dosis pada hemoglobin, feritin plasma dan status vitamin A remaja putri. Tiga ratus enam puluh tiga subyek dipilih secara acak yaitu remaja putri yang telah mendapat haid, dengan kisaran usia 14-18 tahun dan tidak menderita clamant, infeksi saluran nafas, atau penyakit "gastro intestinal". Pengelompokan subjek menjadi 4 kelompok perlakuan (tiga kelompok mendapat suplemen dan sate mendapat plasebo) dilakukan secara "double-blind". Pil suplemen yang mengandung: 60 mg zat besi el, 2500 SI vitamin A, 250 ug asam folat, dan 60 mg vitamin C diberikan kepada kelompok dosis harian (DD); 60 mg zat besi el, 20 000 SI vitamin A, 500 g g asam folat dan 60 mg vitamin C untuk kelompok setiap minggu dosis rendah (WLD); ] 20 mg zat besi el , 20 000 SI vitamin A, 500 lag asam folat dan 60 mg vitamin C untuk kelompok setiap minggu-dosis tinggi (WHD), dan kelompok terakhir diberi pil plasebo (PL). Pil multi-vitamin dan mineral tidak dapat dibedakan dari pil plasebo secara kasat mata. Sebelum suplementasi didapati prevalensi anemia yang tinggi (21%), feritin plasma rendah (37%), dan retinol plasma rendah (31%).
Suplementasi selama 8 minggu menaikkan secara bermakna kadar hemoglobin (Hb), feritin plasma (FP), retinol plasma (RP), tinggi badan dan skor tes prestasi sekolah, semua kelompok yang mendapat suplemen. Kenaikan kadar FP kelompok dosis harian (DD) lebih besar (bermakna) daripada kelompok dosis setiap minggu.
Penambahan vitamin A dalam pd suplemen meningkatkan kadar RP dan rupanya berpengaruh pada penggunaan zat besi secara efisien untuk erythropoiesis. Peningkatan pada kelompok plasebo (PL) tidak jelas sebabnya, tetapi ada kemungkinan pengaruh obat cacing.
Peningkatan prestasi sekolah dapat disebabkan oleh peningkatan penyediaan zat besi dalam otak dan distribusinya ke sel-sel otak yang penting untuk kelancaran fungsi neuron "dopaminergic". Suplementasi multi-vitamin dan mineral dapat memacu pertumbuhan linier tetapi tidak mengkompensasi kehilangan awal. Bertambahnya tinggi badan karena suplemen multivitamin-mineral dapat dikaitkan Dengan perbaikan status zat, besi yang meningkatkan oksidasi dan penyediaan energi untuk propliferasi sal. Prevalensi "stunting", "thinness" dan kelebihan berat tidak berkurang. Berat badan rupanya tidak dipengaruhi oleh suplementasi multi- vitamin dan mineral.
Peningkatan masa suplementasi sampai 12 minggu tidak menghasilkan peningkatan Hb dan RP pada kelompok multi-vitamin dan mineral, tetapi memberikan waktu yang lebih lama untuk meningkatkan (bermakna) FP pada kelompok dosis mingguan..Pada kelompok dosis harian (DO) kadar FP bertambah tetapi tidak berbeda bermakna darn kadar pads minggu ke 8.
Tidak ada perbedaan efek dosis-frekuensi dari berbagai komposisi pil multi-vitamin dan mineral untuk seluruh rnasa suplementasi kecuali kenaikan FP yang menyolok kelompok dosis harian (DD) pada minggu ke-8.
Selama masa 12 minggu, "individual lobe counts" dari granulosit (gejala defisiensi asam folat) setiap kelompok dalam kisaran normal sedangkan subjek penelitian tidak menderita demam, infeksi saluran pernafasan dan infeksi saluran pencernaan. Dengan demikian penyebab anemia dalam penelitian i:ni disebabkan oleh kelcurangan zat besi dan/atau kekurangan vitamin A.
Pada minggu ke 36 (24 minggu atau 6 bulan setelah akhir suplementasi) subyek yang sama diperiksa lagi untuk menilai sisa (retention) pengaruh suplementasi multivitamin-mineral pada kadar Hb, FP, RP dan pertumbuhan badan.
Semua kelompok yang mendapat suplemen, kadar RP dan tinggi badannya tetap lebih tinggi secara bermakna. Kadar Hb yang lebih tinggi (bermakna) hanya terdapat pada kelompok mingguan-dosis-rendah (WLD), sedangkan kadar FP yang lebih tinggi ditemukan pada kedua kelompok mingguan (WLD, WHD). Kadar Hb dan FP cenderung menurun mulai akhir suplementasi sampai minggu ke 36 sesudahnya.
Oleh sebab itu suplementasi mingguan dengan pit dosis rendah (WLD) yang mengandung 60 mg zat besi el, dan 20 000 SI vitamin A, 500 μg asam folat dan 60 mg vitamin C selama 12 minggu, dapat dipertimbangkan sebagai strategi pencegahan untuk meningkatkan kesehatan, status gizi, dan skor tes prestasi belajar para remaja sebelum hamil. Suplementasi berkala perlu dilakukan setiap 6 bulan. Namun demikian perencana program perlu memperhatikan bahwa meskipun program suplementasi besi adalah jalur utama untuk menanggulangi anemia, di dalamnya harus ada pendidikan gizi antara lain tentang petunjuk aturan minum pil suplemen . Suatu strategi campuran yang seimbang yang terdiri dari strategi jangka menengah yang berhubungan dengan fortifkasi pangan dan strategi jangka panjang yang bertujuan mengubah kebiasaan makan melalui pendidikan gizi harus menjadi bagian program suplementasi zat besi untuk memastikan kesinambungan dari program.
Penelitian lebih lanjut dengan jumlah subyek yang lebih besar perlu dilakukan untuk menunjang/menegaskan basil penelitian ini dan mengetahui peranan kekurangan zat gizi lain yang berkaitan dengan anemia seperti protein, Cu, vitamin B2, vitamin B6, dan vitamin B12. Kadar RP yang tidak berubah pada minggu ke 12 perlu diteliti lebih lanjut. Dosis vitamin yang lebih rendah (10.000 SI) mungkin cukup untuk meningkatkan kadar retinal. Selain itu karena keterbatasan waktu penelitian ini perlu dilakukan penelitian longitudinal suplementasi multi-vitamin-mineral mingguan dosis rendah (WLD). Penelitian operasional tentang sistem penyampaian (delivery system) suplemen multi-vitamin-mineral di sekolah-sekolah juga penting dipertimbangan.

Prevalence of anemia (IDA) in pregnant women in Indonesia as well as in other developing countries is still high despite of large scale iron supplementation program. Reasons of ineffectiveness are poor compliance, law coverage, occurrence of iron dosage blockage, and law vitamin A status.
A cross-sectional study was conducted to obtain information on the health and nutritional status of randomly selected 118 males and 805 female school-going adolescents in three randomly selected high schools in East Jakarta. The prevalence of IDA was higher in females (21%) than in males (2.5%). Stunting was prevalent in both sexes (22%). The prevalence of thinness was higher in males (43%) than in females (10.2%), overweight was higher (32.9%) in females than in males (9.3%).
An intervention study for 12 weeks followed the cross-sectional study. This was to determine the effects of different regimens of multi-nutrient supplements on iron and vitamin A status of randomly selected 363 females in one randomly selected school .Allocation to 4 treatment groups were double-blind and all pills were similar on sight. Supplements contained 60 mg el iron, 2 500 IU vitamin A, 250 pg folic acid, and 60 mg vitamin C for the daily dose (DD); 60 mg el iron, 20 000 IU vita min A, 500,ag folic acid and 60 mg vitamin C for the weekly law dose (WLD); 120 mg el iron, 20 000 IU vitamin A, 500/,g folic acid and 60 mg vitamin C for the weekly high dose (WHD); and the last group was the Placebo (FL).
Supplementation significantly increased Hb, plasma ferritin (PF), and plasma retinol levels (PR) at the end of 8 weeks in all multi-supplemented groups. DD had significantly higher PF than the weekly doses. Other benefits were increased linear growth and test scores. The PL had significant decreased Hb and PF but increased PR.
Extending the supplementation period for 12 weeks resulted in no greater benefit in Hb and PR levels in the multi-nutrient supplemented groups but further significant increases in PF only in the weekly groups. All groups had further increased height.
At 36 weeks, a follow-up study was done to assess the retention of effects of multi-nutrient supplements on iron and vitamin A status of females as basis for the interval of supplementation. Remaining number of samples were: DD=37, WLD-45, WHD=40, PL =50. Hb, PF, PR and height in the WLD; PF, PR, and height in the WHD; PR and height in the DD remained significantly higher than baseline values.
The WLD supplement for 12 weeks every 6 months can be a possible preventive strategy to improve the iron status of female adolescents.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
D45
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>