Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lini Anisfatus Sholihah
2012
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Jamu teh celup untuk pengobatan pirai mengandung beberapa simplisia
berkhasiat yaitu buah mengkudu (Morinda citrifolia), daun salam (Syzygium
polyanthum), rimpang temulawak (Curcuma xanthorriza), herba sambiloto
(Andrographis paniculata), dan daun teh (Camellia sinensis) yang banyak
dimanfaatkan masyarakat untuk mengatasi penyakit pirai perlu diuji
keamanannya. Penelitian toksisitas akut jamu teh celup untuk pengobatan
pirai dilakukan untuk menentukan nilai LD50 dan mengetahui pengaruh
pemberian jamu tersebut terhadap hematologi, fungsi dan histologi hati serta
ginjal. Hewan uji dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan dosis. Masingmasing
kelompok terdiri dari 10 ekor mencit jantan dan 10 ekor mencit betina.
Kelompok-kelompok tersebut antara lain adalah dosis 2600 mg/kg bb, 5200
mg/kg bb, 10400 mg/kg bb, 20800 mg/kg bb, dan kelompok kontrol normal
yang hanya diberikan larutan CMC 0,5%. Pengamatan terhadap jumlah
kematian dilakukan dalam waktu 24 jam setelah pemberian jamu.
Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal dilakukan setelah 24 jam dan 14 hari
pemberian jamu. Pemeriksaan hematologis terhadap kadar hemoglobin,
jumlah sel darah putih, sel darah merah dan trombosit dilakukan pada hari
ke-0, setelah 24 jam dan 14 hari pemberian jamu. Pemeriksaan histologis hati
dan ginjal dilakukan setelah 14 hari pemberian jamu. Sampai dosis tertinggi
yang secara teknis masih dapat diberikan (20,8 g/kg bb) tidak menyebabkan kematian pada hewan uji sehingga nilai LD50 tidak dapat ditentukan. Potensi
ketoksikan dari sediaan jamu teh celup untuk pengobatan pirai pada mencit
praktis tidak toksik (berdasarkan tabel tingkat ketoksikan akut dosis 20,8 g/kg
bb lebih besar dari 15 g/kg bb). Pemberian jamu teh celup untuk pengobatan
pirai menyebabkan kenaikan aktivitas ALT dan penurunan jumlah sel darah
merah setelah 24 jam pada kelompok mencit jantan dan betina. Dosis 10,4
g/kg bb menyebabkan perpanjangan diameter glomerolus ginjal mencit
betina. Pada pemeriksaan fungsi ginjal, jumlah sel darah putih, jumlah
trombosit dan kadar hemoglobin pemberian jamu teh celup untuk pengobatan
pirai tidak berpengaruh."
Universitas Indonesia, 2006
S32574
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Zakiah Khairiati
"Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia dan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Salah satu agen terapetik untuk pengobatan diabetes melitus adalah inhibitor
a-glukosidase. Pada penelitian terdahulu diketahui bahwa ekstrak buah dan daun
ketapang (Terminalia catappa) memiliki potensi menghambat a-glukosidase.
Bagian tanaman yang digunakan adalah buah dan daun ketapang berwarna hijau ..
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penghambatan aktivitas a-glukosidase
dan menentukan nilai ICso dari ekstrak etanol 80 % dan teh celup dari buah dan
daun ketapang dan menganalisis golongan senyawa kimia dari teh celup buah dan
daun ketapang. Ekstraksi dilakukan dengan maserasi menggunakan etanol 80 %.
Ekstrak air dari teh eel up diperoleh dari seduhan simplisia yang dikeriogakan
diatas waterbath. Uji penghambatan aktivitas a-glukosidase dilakukan dengan
microplate reader (A=405 nm). Akarbosa digunakan sebagai standar (ICso=211,9
ppm). Nilai ICso ekstrak etanol buah, ekstrak etanol daun , teh eelup bush, dan teh
eelup daun ketapang berturut-turut adalah 6,28; 10,61; 118,05 dan 250,26 ppm.
Teh eelup buah ketapang mengandung tanin, fenol, flavonoid, dan antrakuinon.
Teh eelup daun ketapang mengandung tanin dan fenol. Semua sampel kecuali teh
celup daun ketapang memiliki aktivitas penghambatan a-glukosidase lebih baik
dari akarbose."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library