Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wagner, Scott A.
Boca Raton: CRC Press, Taylor & Francis Group, 2009
614.1 WAG d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Berman, Louise M.
Ohio: Charles E. Merrill, 1968
375.006 BER n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dutelle, Aric W.
Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers, 2011
363.25 DUT i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bagas Ariandana Dewanto Putra
"ABSTRACTS
Penelitian ini membahas tentang representasi kekerasan seksual melalui elemen-elemen mise-en-scÃne dalam serial drama The Handmaids Tale. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan berfokus pada analisis deskriptif. Proses penelitian dilakukan dengan studi literatur. Hasil penelitian menemukan bahwa tiap-tiap elemen mise-en-scÃne memiliki makna sendiri-sendiri dalam membentuk adegan yang ketika diintegrasikan akan membentuk makna baru dalam membuat representasi di dalam adegan. Penggabungan elemen-elemen mise-en-scÃne menciptakan sintagma yang bekesinambungan dari shot satu ke shot berikutnya. Kekerasan seksual dalam adegan didasari oleh seksisme yang dikonstruksi lewat cara pandang patriarki dari karakter yang mendominasi.

ABSTRACT
This study discusses the representation of sexual violence scenes through elements of mise-en-scÃne in the drama series The Handmaids Tale. This research is a qualitative research and focused on descriptive analysis. This research conduct by literature study. This research finds that every element of mise-en-scÃne has its own meaning and when each element is integrated, they will have a new meaning to represent something in the scene.  The fusion of all elements of mise-en-scÃne creates continuous syntagms. Sexual violence in the scenes that have been analyzed are rooted in sexism that is constructed through elite characters patriarchal perspective."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: St. Martin's Press, 1978
808.042 WRI (1);808.042 WRI (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nida Adilah
"ABSTRAK
Jurnal ini menganalisis makna bunga krisan dalam film Curse of The Golden Flower karya Zhang Yimou. Berdasarkan kebudayaan Cina, bunga krisan merupakan salah satu bunga yang memiliki makna positif. Hal tersebut membuat pemunculan bunga krisan dalam berbagai adegan film Curse of The Golden Flower menjadi menarik. Tujuan penulisan jurnal ini adalah untuk menganalisis makna simbol bunga krisan dan keterkaitannya dengan jalan cerita film. Dalam analisis, makna simbolik dari bunga krisan dalam kebudayaan Cina akan dihubungkan dengan adegan-adegan yang menampilkan bunga krisan dalam film dan melihat kesesuaiannya.

ABSTRACT
This journal analyzes the significance of the chrysanthemum flower in Zhang Yimou rsquo s Curse of the Golden Flower. According to Chinese culture, the chrysanthemum is a flower that possesses positive meanings. The appearance of chrysanthemum within several scenes of Curse of the Golden Flower makes it intriguing. The purpose of this journal is to analyze the significance of the flower and how it is connected to the storyline of the movie. The correlation between the symbolic meaning of chrysanthemum in Chinese culture and the scenes played out within the film is presented within the analysis. "
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Amirah Hasna Ersaid
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang representasi ruang dari sebuah film animasi yang merupakan hasil respons dari bagaimana aktivitas atau narasinya berlangsung. Dalam film animasi, ruang yang dipresentasikan merupakan ruang fiksi yang dapat membuat penontonnya melihat penggambaran abstrak yang sama. Walaupun berada di satu bidang layar yang datar dengan karakternya, penggambaran ruang dalam animasi tetap bisa membuat penontonnya merasakan kualitas dari ruang tersebut. Representasi visual yang dilihat dari film animasi mengkemas kualitas spasial interior dari media gambar dan memberikan kesan huni (immersion) dari layar, yang disebut interioritas.
Interioritas menjadi hasil presepsi seorang individu terhadap bagaimana penonton melihat ruang animasi tersebut dan dari kualitas ruang yang dihadirkan dalam film yang kemudian dapat diuraikan melalui mise-en-scéne. Fenomena ini menghasilkan pertanyaan mengenai bagaimana pembentukan kualitas representasi ruang dalam film animasi menghasilkan interioritas melalui mise-en-scéne. Pada skripsi ini, analisis elemen-elemen dari mise-en-scéne pada film animasi dilakukan untuk mengetahui bagaiamana representasi animasi dapat tersusun. Analisis tersebut menghasilkan cara untuk narasi dalam film animasi dituturkan dengan interaksi keseluruhan elemen yang berada di dalam layar, sehingga dapat menarasikan kualitas ruang pada film animasi.

ABSTRACT
This thesis discusses the representation of space which is the result of the activities or narrative that takes place in an animated film. In animated films, the space presented is a fictional space that can make the viewers see the same abstract idea. However, the depiction of space in animation can still make the audience feel the quality of the space. The visual representation displayed from animated films packs the spatial quality of the interior of the image media and provides a sense of occupancy from the screen, called interiority.
The interiority, then, is the result of individual perceptions of the audience seeing the animation space and from the quality of the space presented in the film which can then be described through mise-en-scéne. This phenomenon produces a question about how to make the quality of the representation of space in animated films that produce interiority through mise-en-scéne. In this thesis, the analysis of the elements of mise-en-scéne in the animated film is done to find out how the representation of animation can be arranged. This analysis produces a way for animated films to be told with the interaction of all the elements on the screen, so that they can narrate the quality of space in animated films."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurzulaikha Putri
"ONE OK ROCK 18祭 ~1000人の奇跡 We are~ adalah video dokumenter yang diproduksi oleh NHK dan disiarkan pada 9 Januari 2017 di NHK TV General dengan tujuan untuk meningkatkan kepercayaan diri serta semangat para remaja berusia 17 – 19 tahun. Video dokumenter ini menampilkan wawancara langsung pada remaja yang berkaitan dengan ikigai. Berdasarkan hal itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi wujud ikigai pada remaja serta mengetahui apakah terdapat perubahan pada remaja setelah menemukan ikigai mereka. Teori yang digunakan adalah teori ikigai milik Gordon Mathews (1996) yang kemudian dianalisis dengan metode mise en scene berdasarkan tanda dalam gambar yang diambil. Hasil penelitian menunjukkan terdapat kesamaan dalam memperoleh ikigai pada remaja, yaitu dengan jiko jitsugen. Kemudian ditemukan lima wujud ikigai dalam video dokumenter yang dianalisis, yaitu karir, olahraga, klub sekolah, passion, dan teman. Ditemukan juga perubahan yang terjadi pada 2 dari 7 remaja dalam video dokumenter yang dianalisis setelah mereka menemukan ikigai, yaitu remaja cenderung lebih senang, bersemangat, postur tubuh mereka tegap, dan lebih bekerja keras. Dokumenter ini tidak hanya berperan dalam membantu mengatasi hikikomori pada remaja, tetapi juga berperan sebagai motivasi untuk remaja menuju pendewasaan mereka.

ONE OK ROCK 18祭~1000人の奇跡 We are~ is a video documentary produced by NHK and broadcast on January 9, 2017 on NHK TV General with the aim of boosting the confidence and spirit of teenagers aged 17-19. The video documentary features live interviews with teenagers related to ikigai. Based on that, this study aims to identify the form of ikigai in teenagers and find out whether there are changes in teenagers after finding their ikigai. The theory used is Gordon Mathews' ikigai theory (1996) which is then analyzed using the mise en scene method based on the signs in the pictures taken. The results showed that there are similarities in obtaining ikigai in teenagers, namely with jiko jitsugen. Then five forms of ikigai were found in the documentary videos analyzed, namely career, sports, school clubs, passion, and friends. It was also found that changes occurred in 2 out of 7 teenagers in the documentary videos analyzed after they found ikigai, namely teenagers tend to be happier, excited, their posture is firm, and they work harder. This documentary not only plays a role in helping to overcome hikikomori in teenagers, but also serves as a motivation for teenagers towards their coming of age."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Laili Nadhifah
"Tesis ini merupakan penelitian tentang adaptasi male-gaze terhadap film Ringu dan Ringu 2 produksi Jepang oleh The Ring dan The Ring 2 produksi Hollywood. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan perbedaan representasi male-gaze penonton terhadap karakter perempuan dalam film pada kedua produksi film tersebut. Perbedaan tersebut akan dianalisa dengan memperbandingkan mise en scene dan teknik pengambilan gambar oleh Jepang dan Hollywood. Analisa akan dilandasi oleh pemikiran Laura Mulvey tentang male-gaze pada sinema dalam artikelnya, Visual Pleasure and Narrative Cinema. Melalui analisis teks, penelitian ini bertujuan untuk membaca adaptasi budaya yang dilakukan Hollywood dalam proses remake film horor Jepang. Dari penelitian ini, terlihat perbedaan bentuk dominasi laki-laki terhadap tokoh perempuan dalam film-film tersebut.

This thesis is a study about the adaptation of male-gaze by The Ring and The Ring 2 produced by Hollywood toward Ringu and Ringu 2 produced by Japan. This study aims to show the representation differences of the audiences? male-gaze toward the female characters of both film productions. Those differences would be analyzed by comparing the mise en scene and camera technique by Japan and Hollywood. The analysis would be based one Laura Mulvey?s theory about male-gaze and cinema written in her journal, Visual Pleasure and Narrative Cinema. Through the text analysis, the result of this study would show how to read the culture adaptation by Hollywood through the remake process of Japanese horror film. From this analysis, the differences of male domination toward the female characters in those films could be seen."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T28160
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Etik Wahyuningtyas
"ABSTRAK
Homoseksualitas merupakan sebuah isu yang belakangan ini masih dianggap tabu
oleh sebagian besar masyarakat dunia. Meskipun demikian, homoseksualitas kini
menjadi sebuah hal yang menarik dalam studi literatur, khususnya perjuangan
kaum homoseksual dalam mencari persamaan hak di masyarakat. Skripsi ini
menganalisa film Milk (2008), disutradarai oleh Gus Van Sant, dengan
menggunakan teori representasi serta mise en scène untuk melihat tokoh Harvey
Milk. Kedua pendekatan tersebut digunakan untuk membuktikan bahwa sosok
Harvey Milk merupakan sebuah representasi perjuangan kaum homoseksual di
ranah publik. Konflik yang ada menunjukkan sikap publik Amerika terhadap
homoseksualitas pada 1970-an. Hasil penelitian ini menunjukkan Harvey Milk
sebagai seorang homoseksual tidak konvensional yang tidak malu menunjukkan
identitasnya. Harvey Milk juga menghadapi beberapa tahapan perubahan
penampilan sebagai sebuah strategi dan negosiasi dengan masyarakat
heteroseksual yang mendominasi.

ABSTRACT
Homosexuality is an issue that a majority of people in the world consider as a
taboo. Nevertheless, homosexuality continues to become an interesting topic in
literary studies, particularly the struggle of homosexuals to earn their equality in
the public realm. This thesis analyzes the movie Milk (2008), directed by Gus Van
Sant by applying representation theory and mise en scène of the movie to look at
the character Harvey Milk. Both approaches are used to prove that the character
Harvey Milk is a representation of the homosexual's struggle in the public sphere.
His conflict shows the American public attitude towards homosexuality in the
1970s. This result of the research indicates Harvey Milk as a unconventional
homosexual who was not ashamed to show his identity. Harvey Milk also faced
some stages of changing his appearance as a strategy and negotiation with the
dominating heterosexual society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1903
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>