ABSTRAKHomoseksualitas merupakan sebuah isu yang belakangan ini masih dianggap tabu
oleh sebagian besar masyarakat dunia. Meskipun demikian, homoseksualitas kini
menjadi sebuah hal yang menarik dalam studi literatur, khususnya perjuangan
kaum homoseksual dalam mencari persamaan hak di masyarakat. Skripsi ini
menganalisa film Milk (2008), disutradarai oleh Gus Van Sant, dengan
menggunakan teori representasi serta mise en scène untuk melihat tokoh Harvey
Milk. Kedua pendekatan tersebut digunakan untuk membuktikan bahwa sosok
Harvey Milk merupakan sebuah representasi perjuangan kaum homoseksual di
ranah publik. Konflik yang ada menunjukkan sikap publik Amerika terhadap
homoseksualitas pada 1970-an. Hasil penelitian ini menunjukkan Harvey Milk
sebagai seorang homoseksual tidak konvensional yang tidak malu menunjukkan
identitasnya. Harvey Milk juga menghadapi beberapa tahapan perubahan
penampilan sebagai sebuah strategi dan negosiasi dengan masyarakat
heteroseksual yang mendominasi.
ABSTRACTHomosexuality is an issue that a majority of people in the world consider as ataboo. Nevertheless, homosexuality continues to become an interesting topic inliterary studies, particularly the struggle of homosexuals to earn their equality inthe public realm. This thesis analyzes the movie Milk (2008), directed by Gus VanSant by applying representation theory and mise en scène of the movie to look atthe character Harvey Milk. Both approaches are used to prove that the characterHarvey Milk is a representation of the homosexual's struggle in the public sphere.His conflict shows the American public attitude towards homosexuality in the1970s. This result of the research indicates Harvey Milk as a unconventionalhomosexual who was not ashamed to show his identity. Harvey Milk also facedsome stages of changing his appearance as a strategy and negotiation with thedominating heterosexual society.