Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Wijonarko
"Fokus dari penelitian ini adalah membuat metode iterasi dan melakukan evaluasi sisa umur pakai tubing boiler dengan metode tersebut. Metode iterasi ditentukan dengan perhitungan cumulative rupture time sebagai fungsi dari pertumbuhan oxide scale, penipisan tubing, perubahan metal temperature dan hoop strees.
Hasil spesifik dan akurat diperoleh dengan menggunakan data operasi pada secondary siperheater boiler dan rupture test pada material SA213-T22. Analisis mikrostruktur diperoleh dengan mengevaluasi pertumbuhan cavities. Sehingga analisis mikrostruktur tersebut dapat digunakan dalam verifikasi metode iterasi, metode stress rupture dan metode berbasis ketebalan tubing.
Pada verifikasi dihitung standar deviasi dari metode iterasi dan metode lainnya dengan analisis mikrostruktur. Metode iterasi memiliki standar deviasi terkecil yaitu 0,13 - 0,26 dari cumulative rupture time.
Hasil perhitungan dari tubing yang lurus memiliki koefisien of determination yang terbaik yaitu R2=0,9985. Sehingga metode iterasi menjadi metode yang akurat untuk diaplikasikan pada posisi tubing yang lurus dalam perencanaan pemeliharaan boiler.

The focus of this work is to create iteration method and to evaluate the remaining life of boiler tube by its method. Iteration method was determined through calculating of cumulative rupture time as a function of oxide scale growth, tubing thickness, tube metal temperature and hoop stress.
The specific and accurate result was obtained by using the operational data on secondary super heater boiler and rupture test on SA213-T22 material. Microstructure analysis was obtained by evaluating actual cavities growth. So it can be used to verify the iteration method, stress rupture method and thickness based method.
The verifications was calculating the deviation standard of iteration method and others by microstructure analysis. Iteration method has a less deviation standard 0,13 - 0,26 of cumulative rupture time.
Calculation result of straight tube have the best coeficient of determination R2 = 0,9985. Then this method became an accurate method to be applied on straight tube in boiler maintenance strategy.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T31873
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maryuni
"Maternal mortality rate in Indonesia based on 2012 Indonesia Demographic and Health Survey is 359 per 100,000 live births. Causes of the maternal mortality
are still dominated by bleeding, pre-eclampsia/eclampsia and infections. One of causes of infections is premature rupture of membrane. Premature rupture
of membrane may increase morbidity and mortality among mothers and children. Incidence of premature rupture of membrane amount to 10% of all childbirths.
This study aimed to analyze risk factors of premature rupture of membrane incidence at Mother and Child Hospital of ANNISA Citeureup, Bogor District
in 2014. This study was analytical and used a case control design. The samples consisted of 114 mothers who suffered from premature rupture of membrane
and control, 228 mothers who did not suffer from premature rupture of membrane. Results of this study showed that risk factors of premature rupture of membrane
were age, parity and education. Based on multivariate analysis, education was the most dominant risk factor for premature rupture of membrane incidence.
Angka kematian ibu di Indonesia berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012 sebanyak 359 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab
kematian ibu tersebut masih didominasi oleh pendarahan, pre-eklampsia/eklampsia, dan infeksi. Salah satu penyebab infeksi adalah ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada ibu dan anak. Insiden kejadian ketuban pecah dini sekitar 10% dari seluruh persalinan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian ketuban pecah dini di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) ANNISA Citeureup, Kabupaten
Bogor tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan penelitian kasus kontrol. Sampel terdiri dari 114 orang kasus ibu yang mengalami
ketuban pecah dini dan kontrol sebanyak 228 ibu bersalin yang tidak mengalami ketuban pecah dini. Hasil penelitian menunjukkan faktor risiko terhadap
kejadian ketuban pecah dini yaitu usia, paritas dan pendidikan. Berdasarkan analisis multivariat, didapatkan faktor yang paling dominan berisiko terhadap
kejadian ketuban pecah dini yaitu pendidikan."
Midwifery Studies Institute of Health Science Binawan, Jakarta, Indonesia, 2017
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini membahas dan melaporkan ruptura uteri saat kehamilan dan persalinan pada kasus pasca miomektomi perlaparoskopi. Laporan kasus kejadian ruptur uterus pada pasien yang sebelumnya mengalami laparoskopi operatif miomektomi miom intramural Æ 3.5 cm, yang 6 bulan kemudian mengalami kehamilan. Tidak ada gejala ke arah ruptura uteri saat kehamilan namun pada saat usia gestasi 34 minggu, pasien mengalami gejala ruptura uteri. Pada saat laparotomi; ditemukan fetus 2100 gram mati, dan robekan jaringan 5 cm pada sikatriks bekas miomektomi. Pada pasien yang mengalami miomektomi per laparoskopi khususnya miom intramural mempunyai risiko ruptura uteri pada saat persalinan. (Med J Indones 2004; 14: 113-6)

Following laparoscopic myomectomy, uterine rupture during pregnancy or delivery in the area of the scar is a very rare but dangerous complication. Individual cases of uterine rupture during pregnancy are described in the literature. Case report of uterine rupture during delivery in a patient who had previously undergone laparoscopic myomectomy. In the case presented here, the patient conceived 6 months after an 3.5 cm intramural myoma, had been laparoscopically removed. No symptoms suggesting uterine rupture were observed during the pregnancy, but in the first stage of delivery the condition of the patient deteriorated and symptoms of oligaemic shock developed. A laparotomy was performed, which showed the presence of 2100 gr fresh dead fetus in the abdominal cavity and ruptured uterine muscle in the scarred area about 5 cm. In patients who have previously undergone a laparoscopic myomectomy, there is some risk of uterine rupture at delivery. This is also the case where unappropriate suturing of the uterine muscle had been required. (Med J Indones 2004; 14: 113-6)"
Medical Journal of Indonesia, 14 (2) April Juni 2005: 113-116, 2005
MJIN-14-2-AprJun2005-113
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
William Timotius Wahono
"Latar Belakang: Ketuban Pecah Dini KPD merupakan kejadian yang berhubungan dengan risiko tinggi morbiditas dan mortalitas baik pada maternal maupun perinatal. KPD terjadi pada 5-10 dari seluruh kehamilan dan insiden infeksi selaput ketuban bervariasi dari 6-10 . Berdasarkan data SDKI tahun 2007, AKI di Indonesia sebesar 228/100.000 kelahiran hidup, serta hasil studi epidemiologi oleh WHO dan UNICEF pada tahun 2010 didapatkan bahwa terdapat 7,6 juta kasus kematian anak < 5 tahun, di mana 64 4,879 juta terjadi karena infeksi, dan 40,3 3,072 juta terjadi di neonatus. Belum diketahui hubungan antara lama ketuban pecah, usia kehamilan, dan jumlah periksa dalam pada kasus KPD terhadap kejadian sepsis neonatorum di Indonesia.
Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama ketuban pecah, usia kehamilan, dan jumlah periksa dalam pada ibu hamil yang mengalami KPD dengan kejadian sepsis neonatorum, sehingga dapat menjadi dasar untuk evaluasi Standar Pelayanan Medik SPM KPD di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo RSCM.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif analitik, dilaksanakan di RSCM Jakarta pada bulan Desember 2016 ndash; Juni 2017. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil dengan usia kehamilan >20 minggu yang mengalami KPD dan tidak mempunyai penyulit seperti diabetes melitus ataupun penyakit sistemik serius seperti penyakit jantung atau autoimun, beserta dengan bayinya.
Hasil: Terdapat 405 ibu hamil dengan KPD yang diikutsertakan dalam penelitian ini. Didapatkan 21 kasus 5.2 sepsis neonatorum. Hasil analisis menunjukkan bahwa lama ketuban pecah sampai dengan masuk RS ge; 18 jam dengan OR 3,08, lama ketuban pecah selama perawatan di RS ge; 15 jam dengan OR 7,32, dan lama ketuban pecah sampai dengan lahir ge; 48 jam dengan OR 5,77 mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap kejadian sepsis neonatorum. Usia kehamilan preterm < 37 minggu mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap kejadian sepsis neonatorum dengan OR 18,59. Sedangkan jumlah periksa dalam pada penelitian ini tidak dapat dianalisis.
Kesimpulan: Lama ketuban pecah yang makin panjang serta usia kehamilan preterm mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap kejadian sepsis neonatorum.

Background: Premature Rupture of Membrane PROM is associated with high maternal as well as perinatal morbidity and mortality risks. It occurs in 5 to 10 of all pregnancy while incidence of amniotic membrane infection varies from 6 to 10. Based on the 2007 National Demography and Health Survey SDKI, Maternal Mortality Rate MMR in Indonesia is 228 per 100.000 live births. Results of epidemiological studies by the WHO and UNICEF in 2010 found that there were 7.6 million cases of under five mortality, in which 64 4.879 million occurred due to infection and the rest 40.3 3.072 million occurred in neonates. However, there is no known association between prolonged rupture of membrane, gestational age, and number of vaginal examination in PROM cases on neonatal sepsis incidence in Indonesia.
Objectives: This study aims to find out the association between prolonged rupture of membrane, gestational age, and number of vaginal examination in pregnant women with PROM on neonatal sepsis incidence. The result may provide the basis for evaluating Standards of Medical Care SPM in PROM cases at Cipto Mangunkusumo Hospital RSCM.
Methods: A hospital based analytical descriptive study was done in Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta from December 2016 until June 2017. The study used total sampling method which included all pregnant women with gestational age of more than 20 weeks who experienced PROM and their babies. Samples with existing comorbidities such as diabetes mellitus or other serious systemic illnesses such as heart disease or autoimmune condition were excluded in the analysis.
Results: A total of 405 pregnant women with PROM were incuded in this study. There were 21 cases 5.2 of neonatal sepsis. The analysis showed that risk of neonatal sepsis was higher in pregnant women with prolonged rupture of membrane for 18 hours before hospital admisission OR 3.08, prolonged rupture of membrane for 15 hours during hospitalization OR 7.32 , and prolonged rupture of membrane for 48 hours until birth OR 5.77. The risk of neonatal sepsis was even higher in preterm pregnancy with gestational age of <37 weeks (OR 18.59). However, the number of vaginal examination could not be analyzed.
Conclusion: Risk of neonatal sepsis is higher in longer duration of prolonged rupture of membrane as well as preterm pregnancy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Mucharry Dalitan
"Penanganan cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) berupa operasi rekonstruksi
dengan mengambil graft tendon pada tubuh pasien sendiri sebagai pengganti ACL.
Peroneus Longus Tendon graft merupakan alternatif graft untuk meminimalisir
komplikasi yang berkaitan dengan penggunaan graft dari area sekitar lutut.
Peroneus Longus tendon graft dikatakan memiliki komplikasi pada donor site
antara lain instabilitas ankle serta menurunnya kekuatan fleksi 1st ray dan eversi
ankle. Penelitian ini mencari perbedaan terkait dengan komplikasi donor site
dengan membandingkan tehnik pengambilan graft dengan dan tanpa penjahitan
pada distal stump Peroneus Longus tendon terhadap peroneus brevis tendon.
Penelitian ini adalah studi yang mencari hubungan antar variabel dengan desain
randomized controlled trial untuk mengetahui luaran fungsional secara subyektif
dan obyektif. Rata-rata usia subyek adalah 26.08 ± 2.4 tahun. Dari 13 subjek, 11
laki-laki dan 2 perempuan. Pada kelompok penjahitan didapatkan rerata delta
kekuatan otot pre operasi terhadap 6 bulan pasca operasi 0.88±0.22 kg, sedangkan
pada kelompok tanpa penjahitan adalah 0.67 (0.33-6) kg. Pada kelompok dengan
penjahitan didapatkan rerata Clarke’s angle pasca operasi 6 bulan 39.67± 1.28
derajat dan pada kelompok tanpa penjahitan distal stump adalah 39.5± 1.50 derajat.
Pada pengukuran subyektif The American Orthopedic Foot and Ankle Score
(AOFAS), dan visual analogue scale foot and ankle (VAS-FA), kelompok dengan
penjahitan lebih superior daripada tanpa penjahitan dalam hal kenyamanan pasien.
Pengambilan graft peroneus longus baik dengan dan tanpa penjahitan distal stump
tidak menurunkan kekuatan otot plantarfleksi dan tidak menyebabkan perubahan
bentuk arch kaki. Penjahitan distal stump saat pengambilan graft peroneus longus
mengurangi kemungkinan komplikasi nyeri baik pada 3 bulan dan 6 bulan pasca
operasi.

Anterior Cruciate Ligament (ACL) rupture treatment is a reconstructive surgery by
taking a tendon graft on the patient's own body as a substitute for ACL. Peroneus
Longus Tendon graft is an alternative graft to minimize complications related to
the use of graft from the area around the knee. Peroneus Longus tendon graft is
said to have complications at donor sites including ankle instability and decreased
flexion strength of 1st ray and ankle eversion. This study looked for differences
related to donor site complications by comparing graft harvest techniques with and
without suturing of the Peroneus Longus tendon distal stump to the peroneus brevis
tendon. This study is a study that looks for relationships between variables with
randomized controlled trial designs to find out functional outcomes subjectively
and objectively. The mean age of the subjects was 26.08 ± 2.4 years. Of the 13
subjects, 11 were male and 2 were female. In the suturing group, the mean preoperative
delta muscle strength of 6 months postoperatively was 0.88 ± 0.22 kg,
whereas in the group without suturing it was 0.67 (0.33-6) kg. In the group with
suturing, the mean Clarke’s angle postoperatively was obtained 6 months 39.67 ±
1.28 degrees and in the group without distal stump suturing was 39.5 ± 1.50
degrees. In the subjective measurements of The American Orthopedic Foot and
Ankle Score (AOFAS), and visual analogue scale foot and ankle (VAS-FA), group
with suturing are superior to those without suturing in terms of patient comfort.
Peroneus longus graft harvesting both with and without distal stump suturing does
not decrease plantarflexion muscle strength and does not cause changes in foot
arch. Distal stump suturing reduces the
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aristo
"Tinjauan karakteristik zona seismogenik terkait dengan proses rupture gempabumi di zona Subduksi Sumatera telah dilakukan dengan berbagai metode. Zona ini tercatat pernah mengalami beberapa gempa besar yaitu gempabumi Aceh 2004 Mw=9,1, Nias-Simeulue 2005 Mw=8,6, Bengkulu 2007 Mw=8,5, dan Enggano 2000 Mw=7,9. Penelitian ini memfokuskan hubungan antara analisis kontras densitas berdasarkan data gravitasi satelit GOCE dengan distribusi slip di zona rupture empat gempabumi besar yang pernah terjadi. Pemrosesan data gravitasi satelit dilakukan untuk mendapatkan data Gravity disturbance (Gd) dan turunan vertikal gravitasi (Tzz) yang dikoreksi oleh efek topografi dan sedimen dengan dekomposisi spektrum yang berbeda-beda untuk mendapatkan peta gravitasi dengan kedalaman yang berbeda-beda. Berdasarkan analisis Tzz, slip maksimal rupture gempabumi berkorelasi dengan pola Tzz minimal dan kontras densitas rendah, sementara itu rupture berakhir pada pola Tzz maksimal dan kontras densitas tinggi. Pola Tzz dan Gravity disturbance dapat menggambarkan posisi barrier dan asperitas dari zona subduksi Sumatra. Peta skematik berhasil menggambarkan segmentasi seismik Subduksi Sumatra yang memiliki zona asperitas sepanjang strike subduksi yang berhubungan dengan Tzz minimal dan berhubungan dengan zona forearc, serta adanya barrier yang berhubungan dengan Tzz maksimal yang merupakan manifestasi dari struktur (fracture zone dan seamount) yang tersubduksi ke lempeng samudra.

The review of the characteristics of the seismogenic zone associated with the earthquake rupture process in the Sumatra Subduction Zone has been carried out by various methods. This zone has experienced several major earthquakes, namely the Aceh 2004 Mw=9,1, Nias-Simeulue 2005 Mw=8,6, Bengkulu 2007 Mw=8,5, and Enggano 2000 Mw=7,9. This study focuses on the relationship between density contrast analysis based on gravity data from the GOCE satellite and the slip distribution in the rupture zones of four major earthquakes that have occurred. Satellite gravity data processing was carried out to obtain data for Gravity disturbance (Gd) and vertical gravity derivatives (Tzz), which are corrected by topography and sediment effects with different spectrum decomposition to get gravity maps with different depths. Based on the Tzz analysis, the maximal slip of the earthquake rupture is correlated with the minimal Tzz pattern and low-density contrast. In contrast, the rupture ends at the maximum Tzz pattern and high-density contrast. Tzz pattern and Gravity disturbance can describe the barrier position and asperity of Sumatra subduction zone. The schematic map succeeds in portraying the seismic segmentation of Sumatra Subduction which have asperities zone along the subduction strike associated with the minimal Tzz and associated with the forearc zone, as well as the barrier related to the maximum Tzz which is a manifestation of structures (fracture zone and seamount) that are subducted to the oceanic plate."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leonardo Bayu Adi Prasetya
"Sambungan pengelasan baru setelah perbaikan pada pipa boiler Finishing Superheater pada komponen pembangkit listrik dilakukan studi untuk memprediksi sisa umur pakai. Studi difokuskan pada proses pengelasan dengan perlakuan panas (preheat dan PWHT) dan tanpa perlakuan panas. Studi ini dilakukan untuk menentukan periode pemeliharaan pipa boiler jika dilakukan pengelasan tanpa perlakuan panas berdasarkan data pengujian sisa umur pakai.
Pengujian untuk memprediksi sisa umur pakai pipa boiler dilakukan dengan pengamatan struktur mikro menggunakan mikroskop optik, pengukuran kekerasan mikro, dan pengujian stress rupture untuk mendapatkan kurva perbandingan Parameter Larson Miller (LMP) terhadap tegangan.
Hasil pengamatan struktur mikro pada lasan tanpa preheat menunjukan fasa martensit dengan bilah-bilah yang kasar, perbesaran butir pada HAZ dengan beberapa presipitat. Pada pengelasan dengan perlakuan panas butiran struktur mikro pada bagian lasan dan HAZ dapat diperhalus dan menyeragamkan nilai kekerasan rata-rata.
Berdasarkan pengujian stress rupture, sisa umur pakai pada lasan tanpa preheat diharapkan mampu beroprasi hingga 11,5 tahun pada temperatur maksimum metal 591°C. Setelah dilakukan PWHT ketahanan mulur pada sambungan las meningkat dibuktikan dengan prediksi umur pakai pada sambungan lasnya.

Remaining life time prediction of welded joint finishing superheater boiler tube have evaluated on each type of welding procedure (as welded and after PWHT). The aim of this study to determine maintenance period of as welded joint compared with weld joint after PWHT based on remaining life assessment data.
Examination of remaining life time conducted by microstructure evaluation using optical-microscope, microhardness indentation, stress rupture test to obtain correlation between Larson Miller Parameter (LMP) vs hoop stress.
As welded joint microstructural observation showed heterogenous microstructure that consist of coarse martensite lath exist on the weld metal, grain coarsening on the HAZ and some coarse precipitate. Grain refining and decrease of hardness have found on sample after PWHT.
Based on stress rupture examination, remaining lifetime on as weld joint expected to reach 11.5 years of operating hour at 591°C maximum metal temperature. Welded joint after PWHT increase its remaining life time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52381
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Aulia
"Bahan karton minuman aseptik ini sulit didaur ulang. Namun proses recyling untuk jenis bahan ini masih dapat dilakukan dengan menerapkan hydra proses pembuatan pulp (lapisan pemisahan), tetapi akan memakan biaya yang cukup mahal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan alternatif untuk mendaur ulang bahan-bahan dengan membuat papan dari cacahan karton aseptik yang akan dilaminasi menggunakan perekat polypropylene, dan untuk mengetahui perilaku lentur nya. Dalam membuat papan panel, pertama 32 mm x 4 mm karton aseptik diparut dicampur dengan 0%, 2,5%, 5% dan 7,5% fenol formaldehida dan, kemudian dikompresi dengan tekanan 25 kg/cm2 dan dipanaskan pada 170oC. Hal ini ditemukan bahwa panel dengan fenol formaldehida 0% memberikan kuat lentur terbaik. Panel-panel tersebut kemudian direkatkan dengan polypropylene (bijih plastik) dianggap sebagai perekat termal, untuk membuat papan dua lapisan dengan masing-masing ketebalan 10 mm dan tiga papan lapisan masing-masing dengan ketebalan 8,3 mm. Papan berlapis tersebut kemudian dibandingkan dengan yang dilem dengan epoxy sebagai perekat dingin dalam hal sifat mekanik yaitu modulus elastisitas (MOE) dan modulus pecah (MOR). Pengujian prosedur sifat fisik dan mekanik dilakukan dengan menggunakan standar JIS A 5908: 2003 dan ASTM C 580-02. Hasil dari penelitian nilai MOE dan MOR papan laminasi aseptik menggunakan bijih plastik lebih tinggi dari papan laminasi yang memiliki perekat dingin atau epoxy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1867
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elvia Metti
"Ners spesialis keperawatan maternitas mempunyai kompetensi dalam penanganan kasus obstetri komplikasi untuk mewujudkan tujuan Millennium Development Goals Penyusunan laporan praktik residensi ini memberikan gambaran tentang peran dan fungsi ners spesialis keperawatan maternitas dalam pencapaian kompetensi Laporan ini memfokuskan penerapan teori need for help Wiedenbach pada asuhan keperawatan ibu hamil yang mengalami ketuban pecah dini Preterm Premature Rupture of Membrane PPROM dengan kelahiran prematur Penerapan teori dalam asuhan keperawatan ini merupakan salah satu dari sembilan peran mandiri perawat ners spesialis keperawatan maternitas yaitu sebagai pemberi pelayanan keperawatan Peran lainnya adalah sebagai edukator konselor advokat pengelola kolaborator komunikator dan koordinator agen perubah dan peneliti Penerapan teori need for help sangat tepat karena sesuai dengan kondisi kasus bahwa PPROM dengan kelahiran prematur adalah salah satu kondisi kegawatan obstetri Penerapan teori tersebut berhasil membantu menyelesaikan masalah keperawatan klien dengan baik

Maternity nursing specialist contributes in handling obstetric cases to achieve the MDG rsquo s goals This clinical practice report aimed to describes the roles and functions of maternity nursing specialist in achieving competencies This report focuses on the application of the Wiedenbach rsquo s lsquo need for help rsquo theory to pregnant women who were experiencing preterm premature rupture of membranes PPROM with preterm birth The application of this theory in nursing care is one independent roles of the maternity nursing specialist namely care giver Another roles are educator counselor advocate manager collaborator communicator and coordinator change agent and researcher The application of need for help theory was very appropriate because it was fit to the conditions of the cases where PPROM with preterm birth is one of obstetric emergency conditions The application of the theory had successfully helped to solve the client rsquo s nursing problem well
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hesty Lusinta
"Latar belakang. Ketuban pecah dini (KPD) merupakan komplikasi yang paling sering pada kehamilan, yang dapat berakibat terhadap kejadian sepsis neonatorum. Sepsis neonatorum masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi, terutama di negara berkembang. Faktor-faktor pada ibu, pemberian antibiotik dan pemeriksaan mikrobiologi dapat mempengaruhi kejadian sepsis neonatorum pada bayi yang lahir dari ibu dengan KPD.
Metodelogi penelitian. Penelitian ini merupakan studi potong lintang terhadap pasien dengan KPD dan bayi yang dilahirkannya di RSCM, Jakarta, Indonesia periode September 2012 – Agustus 2013. Dilakukan evaluasi terhadap faktor-faktor pada ibu, pemberian antibiotik dan pemeriksaan mikrobiologi yang dapat mempengaruhi kejadian sepsis neonatorum.
Hasil. Diantara 3438 persalinan, terdapat 958 kasus KPD pada periode tersebut. Sebanyak 29 rekam medis ibu yang tidak ditemukan dan 85 dieksklusi. Dari 844 rekam medis ibu, hanya ditemukan 677 rekam medis bayi, dengan 12 gemeli sehingga total sampel yang dapat dianalisis adalah 689. Insiden KPD di RSCM adalah sebesar 24,55%. Ditemukan 146 kasus sepsis neonatorum. Pemeriksaan mikrobiologi masih belum merupakan prosedur tetap dalam penatalaksanaan pasien KPD. Antibiotik yang paling banyak digunakan untuk pasien KPD adalah ampisilinsulbaktam. Ambang waktu lama ketuban pecah yang berpotensi untuk terjadinya sepsis neonatorum adalah 12 jam. Faktor pada ibu yang berpengaruh terhadap kejadian sepsis neonatorum adalah usia kehamilan <37 minggu, infeksi intra uterin, warna ketuban yang tidak jernih, indeks cairan amnion 2,5-4,9 dan lama ketuban pecah >12 jam.
Kesimpulan. Insiden sepsis neonatorum terkait KPD di RSCM masih cukup tinggi. Perlu dibuat panduan penatalaksanaan KPD dengan memperhatikan faktor pada ibu. Pemeriksaan mikrobiologi sebaiknya dijadikan prosedur tetap dalam penatalaksanaan pasien KPD, yang dapat juga menjadi panduan dalam pemilihan antibiotik.

Background. Premature rupture of membranes (PROM) is one of the most common complications of pregnancy that has an impact on neonatal septic. Neonatal septic remains one of the main causes of neonatal mortality and morbidity, particularly in developing countries. Maternal factors, antibiotic administration and microbiology detection can influence on neonatal septic following PROM.
Methods. This cross-sectional study was performed at CM hospital, Jakarta, Indonesia from September 2012 to August 2013 to evaluate neonatal septic that were born from mother with PROM. Maternal risk, antibiotic administration, microbiology detection and its influences on neonatal septic were evaluated.
Results. Among 3438 deliveries, there were 958 cases of PROM in CM hospital during September 2012 - August 2013. Out of 958 PROM cases, 29 medical records were not found and 85 were excluded. Of the remaining 844 women, we just found 677 medical records of the babies, including 12 twin babies and leaving 689 babies eligible for analysis. The incidence rate of PROM was 24,55%. Overall, there were 146 neonatal septic cases. The microbiological examination is still not a remains procedure in the management of PROM. Ampicillin-sulbactam is the most widely used antibiotics for PROM. Prolonged rupture threshold potential for the occurrence of neonatal sepsis is 12hours. Maternal factors that influence the incidence of neonatal sepsis are gestational age <37 weeks, intrauterine infection, discolored amniotic fluid, amniotic fluid index of 2.5 to 4.9 and a long membrane rupture >12 hours.
Conclusion. The incidence of PROM related neonatal septic in CM hospital is still high. The management of PROM guidelines needs to be made by taking maternal factors into account. The microbiological examination should be a remains procedure in the management of PROM, which can also provide guidance in the selection of antibiotics.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>