Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Metty Widiastuti
"Di Indonesia diperkirakan 1% - 2% penduduk atau sekitar dua sampai empat juta jiwa mengalami masalah kesehatan jiwa. Gangguan jiwa tidak langsung berdampak terhadap kematian, tetapi akan menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi individu dan keluarga seperti timbulnya masalah finansial, ketakutan, perasaan bersalah, rasa malu, gangguan aktivitas sehari-hari, gangguan hubungan sosial dan gangguan fisik. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa perlu memadia, Salah satu caranya adalah terapi keluarga triangles. Terapi keluarga triangles adalah terapi keluarga yang dilakukan dengan melibatkan keluarga, klien dan petugas kesehatan untuk menyelesaikan masalah keluarga.
Tujuan penelitian: menjelaskan pengaruh terapi triangles terhadap kemampuan pengetahuan dan psikomotor keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Metode penelitian: quasi eksperimen dengan penerapan terapi triangles. Analisis yang digunakan dependen dan independent sample t-Test, dan chi-square. Penelitian dilakukan di RSJ Bandung terhadap 48 klien yaitu 24 orang mendapat terapi keluarga triangles dan 24 orang tidak mendapat terapi keluarga triangles.
Hasil penelitian ditemukan bahwa terapi triangles meningkatkan kemampuan pengetahuan dan psikomotor keluarga secara bermakna. Kemampuan pengetahuan dan psikomotor keluarga yang mendapat terapi keluarga triangles lebih tinggi secara bermakna daripada keluarga yang tidak mendapatkan terapi keluarga triangles.
Rekomendasi hasil penelitian terapi keluarga triangles dijadikan Salah satu terapi spesialis pada keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T22877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyuni
"Pemberian nutrisi pada anak sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan. Bila kebutuhan tidak terpenuhi maka pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu. Peran, psikomotor, dan sikap perawat merupakan salah satu faktor dalam mengatasi masalah nutrisi pasien. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif dengan menggunakan quota sampling. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan, psikomotor, dan sikap perawat dalam kebutuhan pemenuhan nutrisi pada pasien anak. Jumlah responden 95 orang di ruang anak RSAB Harapan Kita. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden rata-rata pada usia 38 tahun, dengan mayoritas responden berjenis kelamin perempuan, pendidikan terakhir Diploma III Keperawatan, masa kerja lebih dari 10 tahun, pengetahuan baik, psikomotor cukup, dan sikap baik.

Nutrition is necessary for children. If not met, the growth and development will be impaired. Nurse’s role and psychomotor are the key factor to manage patient’s nutrition. This study aimed to describe knowledge, psychomotor, and attitudes toward meeting pediatric patient’s nutrition at Harapan Kita children and maternal hospital. This was descriptive study involving 95 nurses, recruited using quota sampling. Those respondens were 38 years in average, female, diploma graduates, and holding more 10 years work experience. A number of nurses indicated good knowledge, nurses had moderate level of psychomotor, while nurse’s attitudes were good towards meeting their patients’ nutrition need."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Ariadi
"[ABSTRAK
, Background: The practice of anesthesia is potentially hazardous occupation and
require sustained vigilance, parallel decision making and fine motor skills. The
working hours of anesthesiology and intensive care residents are often extended
more than 12 hours. There should be a study on cognitive and psychomotor
functions of anesthesiology and intensive care residents after 12 working hours.
Methods: This is an observational study on anesthesiology and intensive care
residents with 12 working hours, each of them got their cognitive and psychomotor
functions tested on hour-0 and hour-12. The cognitive functions were tested with
“Stimulasi Kognitif” (STIMKOG) and psychomotor functions were tested with
grooved pegboard.
Results: In STIMKOG, stimulasi tayangan gambar berurutan we got statistically
significant decreased on hour-12 compare to hour-0 (p=0,035). In stimulasi kilatan
cahaya tunggal, kilatan cahaya ganda, nomor acak, frekuensi tayangan gambar,
and asosiasi, we got statistically insignificant with p, consecutively, 0,261; 0,055;
0,614; 0,061; 0,386. But in stimulasi orientasi letak we got 100% true of all test
not only in hour-0 but also in hour-12. In psychomotor functions test with
Grooved Pegboard we got statistically significant decreased on hour-12 compare
to hour-0 (p=0,037).
Conclusion: There were decreasing in integrated attention function, visual
memory, naming and executive function, based on STIMKOG stimulasi tayangan
gambar berurutan, in anesthesiology and intensive care residents FKUI after 12
working hours. There were decreasing in psychomotor functions of anesthesiology and intensive care residents FKUI after 12 working hours, tested with grooved pegboard.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sitha Yuliani Puspita
"b>ABSTRAK
Evaluasi pelatihan merupakan suatu cara untuk melihat efektivitas program pelatihan yang telah berjalan. Pada praktiknya, banyak perusahaan yang belum melaksanakannya. PT. X Indonesia melakukan evaluasi pelatihan pada tahapan reaksi untuk semua pelatihan in-house yang mengukur seberapa baik para peserta menyukai program dan tahap lanjutannya adalah observasi serta penilaian dari atasan ke dalam catatan kinerja. Namun dua metode yang terakhir tidak berjalan lancar. Kemudian sehubungan dengan kebutuhan perusahaan yang mulai memerlukan evaluasi pelatihan yang efektif maka departemen SDM hendak mengembangkan evaluasi pelatihan sampai dengan level yang lebih tinggi sesuai dengan teori Five Level Framework dari Phillips.
Satu modul pelatihan yang dianggap penting bagi korporat adalah modul kepemimpinan berjudul Leadership Skill for Supervisors (LSS). Modul ini memiliki sasaran kognitif afektif dan psikomotor sehingga perusahaan menilai sangat dibutuhkannya evaluasi level 3 untuk melihat penerapan materi-materi pelatihan ke dalam pekerjaan sehari-hari (job application). Untuk itu, dirancang suatu instrumen evaluasi berbentuk kuesioner untuk level 2 (learning) dan level 3. Dan untuk menguji validitas instrumen, dilakukan uji coba terhadap para karyawan yang pernah mengikuti pelatihan ini di tahun 2003. Untuk lebih mengembangkan sistem evaluasi ini, dilakukan sosialisasi kepada seluruh karyawan sehingga diharapkan evaluasi level 3 ini dapat dipahami dan diterapkan oleh seluruh karyawan. Dan rancangan evaluasi ini diharaplcan pula dapat menjadi tahap awal bagi pengembangan sistem evaluasi pelatihan di PT. X Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T37894
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Siti Lestiari
"Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah langkah awal dalam melakukan evaluasi terhadap form evaluasi pelatihan Program Pengembangan Eksekutif, modul Minaul Indonesia sehingga masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sesuai dengan persyaratan dari suatu penelitian Setiap program pelatihan yang diadakan haruslah memiliki sasaran pelatihan yang merefleksikan babagai faktor seperti peserta, organisasi, materi dan lamanya waktu yung dibutuhkan untuk menciptakan perubahan perilaku. Penggunaan sasaran pelatihan yang paling penting selain untuk merancang program pelatihan adalah pada saat melakukan evaluasi pelatihan, begitupun halnya dengan modul Minaut Indonesia. Dengan sering dilakukannya pelatihan Minaut Indonesia ini, maka perlu adanya umpan balik bagi Lembaga Manajemen PPM Jakarta sendri terhadap keberhasilan pelatihan yang dilaknkannya maupun terhadap peserta pelatihan. Salah satu yang dapat ditempuh adalah penyusunan form evaluasi yang sesuai dengan elemen sasaran belajar, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil uji ooba form evaluasi awal dapat menggali fakta-fakta yang tidak terjaring pada form eva1uasi pelatihan yang digunakan sebelumnya oleh Lembagn Manajemen PPM karena pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti mencakup tiga elemen sasaran belajar. Beberapa hal yang tampaknya perlu menjadi perhatian utama Lembaga Manajemen PPM dalam melakukan evaluasi pelatihan guna pengembangan program pelatihan tersebut adalah meninjau kembali form evaluasi pelatihan yang selama ini digunakan dan melakukan need assessment, melakukan juga pre dan post mengenai sasaran yang hendak dicapai dari program Minaut Indonesia, melakukan pengevaluasian tidak hanya pada tahap reaksi sja tetapi ketiga tahap selanjulnya, Lembaga PPM menawarkan jasa analisa kebutuhan pelatihan bagi perusahaan pengirim peserta, dan meninjau kembali waktu penyelenggaraan pelatihan Minaut Indonesia pada sore hari."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38806
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Maria Uli
"Upaya meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit sudah menjadigerakan yang universal pada saat ini. Perawat mempunyai peran yang sangat penting dalammewujudkan keselamatan pasien di rumah sakit. Untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukanperilaku perawat yang baik dalam mengidentifikasi pasien. Perilaku perawat dalammengidentifikasi pasien dipengaruhi oleh faktor individu umur, jenis kelamin, tingkatpendidikan, masa kerja , faktor psikologis sikap , faktor organisasi ketersediaan SDM, SOP,peran pimpinan , domain kognitif, afektif, psikomotor pengetahuan . Penelitian ini bertujuanuntuk mendapatkan gambaran dan faktor ndash; faktor yang berhubungan dengan perilaku perawatdalam mengidentifikasi pasien. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional denganmetode kuantitatif. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 120 perawatpelaksana. Hasil penelitian ini ditemukan tidak adanya hubungan yang bermakna antara umur pvalue = 0,459 , jenis kelamin p value = 0,62 , tingkat pendidikan p value = 0,374 , masa kerja p value = 0,091 , peran pimpinan p value = 0,114 , dengan perilaku perawat dalammengidentifikasi pasien dan adanya hubungan yang bermakna antara sikap p value = 0,049 ,pengetahuan p value = 0,017 dengan perilaku perawat dalam mengidentifikasi pasien. Faktoryang paling dominan yang berhubungan dengan perilaku perawat dalam mengidentifikasi pasienadalah sikap p value = 0,049 dan pengetahuan p value = 0,017 . Disarankan agar manajemenmeningkatkan leadership dan fungsi manajerial kepala ruangan, mengadakan pelatihankeselamatan pasien, melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengidentifikasian pasiendan penambahan jumlah tenaga perawat di rawat inap.
Efforts to improve the quality of patient care and safety in hospitals have become a universalmovement at the moment. Nurses have a very important role in realizing patient safety in thehospital. To realize these goals requires good nurse behavior in identifying patients. Thebehavior of nurses in identifying the patient is influenced by individual factors age, sex,education level, length of service , psychological factor attitude , organizational factors availability of human resources, standard operational procedures, leadership roles , cognitive,affective, psychomotor knowledge . The study aims to obtain a description and factors related tothe behavior of nurses in identifying patients. This research use cross sectional design withquantitative method. The amount of sample used in this research is 120 nurses executor. Theresults of this study found no significant relationship between age p value 0,459 , sex p value 0,62 , education level p value 0,374 , length of service p value 0,091 , leadership role pvalue 0,114 , with behavior of nurses in identifying patients and a significant relationshipbetween attitude p value 0,009 , knowledge p value 0,017 with behavior of nurses inidentifying patients. The most dominant factors related to the behavior of nurses in identifyingpatients are attitude p value 0,049 and knowledge p value 0,017 . It is recommended thatmanagement improve the leadership and managerial functions of the head of the room, conductpatient safety training, monitor and evaluate the implementation of patient identification andincrease the number of nurses in the inpatient."
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carolina
"ABSTRAK
Masalah keperawatan terbanyak di RS Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta adalah halusinasi. Asuhan keperawatan halusinasi yang sesuai standar belum diterapkan secara optimal. Penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh penerapan standar asuhan keperawatan halusinasi terhadap kemampuan kognitif dan psikomotor klien mengontrol halusinasi dan terhadap penurunan intensitas tanda dan gejala halusinasi di RS Jiwa Dr.Soeharto Heerdjan Jakarta.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) menggunakan desain prepost test, dengan jumlah responden 80 orang dibagi dalam kelompok intervensi dan kelompok kontrol masing-masing dengan jumlah responden 40 orang. Intervensi yang dilakukan adalah melatih perawat tentang penerapan standar asuhan keperawatan halusinasi untuk melaksanakannya pada kelompok intervensi. Setelah pelatihan perawat menerapkan pada klien yang dirawat dalam 5 sesi pertemuan. Kemampuan klien diukur melalui kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis perbedaan kemampuan kognitif dan psikomotor mengontrol halusinasi dan perbedaan intensitas tanda dan gejala sesudah dilakukan intervensi diuji secara statistik.
Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan kemampuan kognitif dan psikomotor yang bermakna terhadap kemampuan mengontrol halusinasi dan penurunan intensitas tanda dan gejala halusinasi secara bermakna setelah klien dirawat oleh perawat yang telah dilatih (P<0.05). Kemampuan kognitif dan psikomotor mengontrol halusinasi pada klien yang dirawat oleh perawat yang telah dilatih lebih meningkat secara bermakna dibandingkan dengan klien yang dirawat oleh perawat yang belum dilatih. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan asuhan keperawatan halusinasi yang sesuai standar dapat membantu meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor klien mengontrol halusinasi dan menurunkan intensitas tanda dan gejala halusinasi sehingga dapat menurunkan efek lanjut dari halusinasi yang dialami.
Sebagai tindak lanjut disarankan melatih perawat untuk menerapkan standar asuhan keperawatan halusinasi dan menerapkan asuhan keperawatan halusinasi sesuai standar pada seluruh pasien halusinasi yang dirawat di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.

ABSTRACT
Most of nursing problems at RSJ Dr. Soeharto Heerdjan in Jakarta is hallucination. Hallucination nursing care based on standard has not been applied optimally. The purpose of this research is to describe the effect of applying of hallucination nursing care based on standard of client's cognitive and psychomotor ability in controlling hallucination and minimizing the signs and symptoms of hallucination at RSJ Dr.Soeharto Heerdjan in Jakarta.
The research used a quasi experiment using pre-post test design for 80 respondents. The intervention was designed to nurse who had been trained in applying hallucination nursing care based on standard. After training, nurse was expected to apply intervention to patient in 5 meeting sessions. Patient's ability was measured by a questionnaire which has been tested by validity and reliability tests. The analysis of ability difference on controlling hallucination and difference of sign's and
symptom's intensity after intervention was tested by statistic.
The test result indicated that there was significant different of client's ability in controlling hallucination and minimizing sign's and symptom's intensity of hallucination for client who were cared by nurse who had been trained (P<0.05).
The conclusion of this research is that applying the standardization of nursing care for hallucination could improve the client's cognitive and psychomotor ability in controlling hallucination and minimizing the intensity of sign's and symptom's of hallucination that will reduce a continuing effect of hallucination. As follow-up, it is suggested to apply the standardization of nursing care for hallucination for all hallucination patients which have been taken care at RSJ Dr. Soeharto Heerdjan in Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Edyana
"ABSTRAK
Interaksi antara perawat dengan pasien dan keluarga yang kurang efektif dapat diasumsikan sebagai salah satu penyebab rendahnya kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan sehingga dapat menyebabkan ketidakoptimalan pencapaian Bed Occupancy Rate, Average Length of Stay, dan Turn Over Interval. Dalam upaya meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga, perawat harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai komunikasi terapeutik, sehingga mereka dapat mendengarkan, berbagi rasa, berbagi cerita, dan membantu menyelesaikan masalah pasien dan keluarga.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kemampuan perawat pelaksana dalam menerapkan teknik komunikasi terapeutik. Desain yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan potong lintang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner terhadap sampel yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi sebanyak 131 orang. Analisis data menggunakan statistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat pelaksana di Rumah Sakit Jiwa Bandung dan Cimahi yang berusia muda dan mempunyai motivasi intrinsik tinggi akan mempunyai kemampuan dalam menerapkan teknik-teknik komunikasi terapeutik dengan baik. (p=0,000).
Saran yang disampaikan agar diadakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan teknik-teknik komunikasi terapeutik, dilakukan supervisi serta penerapan model reward and punishment untuk meningkatkan motivasi ekstrinsik yang difokuskan untuk perawat yang berusia lebih tua, pembagian yang merata antara perawat yang lebih muda dengan perawat yang lebih tua, dan pertemuan rutin untuk saling memberikan umpan balik.

ABSTRACT
Ineffective interaction between nurses, patients and their families can be assumed as one of the causes of low patient and family’s satisfaction to the service that can lead to the achievement of ideal Bed Occupancy Rate, Average Length of Stay, and Turn Over Interval. In order to gain improved patient and family's satisfaction, nurses should have better understanding about therapeutic communication so that they can listen, share feelings and stories, and help the patients and families to solve their problems.
The purpose of this research is to identify factor related to nurses ability in applying therapeutic communication techniques. This research is using descriptive correlative design with crosssectional approach. Samples are chosen based on inclusion criterion of 131 people. The data collected by questionnaires. The univariate analysis was used to analyse the distribution and descriptive statistics to see the variation of independent variable. The bivarite analysis use t - Test trial for the numeric data and Chi Square trial for the categorical data. The multivariate analysis that is used was the doubled logistic regression with the mixture model between the prediction model and risk factor model.
The result of this study showed that young nurses who have intrinsic motivation have better ability to implement the therapeutic communication techniques (p=0,000). The result of this study concludes that the factors related to nurses’ ability in implementing the therapeutic communication techniques at Bandung and Cimahi Mental Hospitals are intrinsic motivation and nurses age.
The suggestion given is that to hold training, supervision, reward and punishment, and regular meeting, in particular for older nurses as well as the equal responsibility sharing between young nurses and older nurses."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library