Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Wahyuningsih Ferita Damayanti
"Bahasa Prancis memiliki lebih banyak jenis pronomina personalia dengan berbagai bentuk dan fungsinya dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Bertolak dari kenyataan tersebut, maka diasumsikan bahwa pronomina personalia bahasa Prancis tidak selalu diterjemahkan menjadi pronomina personalia bahasa Indonesia, yang disebut depronominalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk memerikan bentuk-bentuk padanan depronominalisasi dalam penerjemahan pronomina personalia bahasa Prancis ke bahasa Indonesia dan penyebab gejala tersebut. Masalah yang diteliti adalah bentuk-bentuk padanan depronominalisasi apa saja yang diberikan dalam penerjemahan pronomina personalia bahasa Prancis ke bahasa Indonesia, penyebab dari depronominalisasi tersebut, pergeseran yang terjadi dan probabilitas perpadanannya.
Sumber data berupa dua buah karya sastra berbahasa Prancis dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Teori yang digunakan sebagai dasar analisis adalah teori-teori penerjemahan, yang meliputi konsep parpadanan dalam penerjemahan, pergeseran, serta probabilitas perpadanan; teori pronomina personalia bahasa Prancis; teori mengenai kata acuan dan kata sapaan dalam bahasa Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S14526
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junaiyah H.M.
"ABSTRAK
Bahasa Lampung dipakai di Propinsi Lampung, Propinsi Sumatra Selatan, dan di desa Cikoneng, Anyer, Jawa Barat. Data jumlah penduduk berdasarkan bahasa ibu (Biro Pusat Statistik, 1990) tidak dapat menjelaskan dengan pasti berapa jumlah penutur bahasa Lampung karena bahasa itu tidak termasuk kelompok bahasa yang ditanyakan untuk mengetahui jumlah penduduk berdasarkan bahasa ibu. Namun, dari data itu, dapat diperkirakan bahwa jumlah penutur bahasa Lampung tidak mencapai 1.500.000 orang, seperti catatan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang didasarkan pada Language Atlas of the Pacific Area terbitan The Australian National University (1983). Untuk itu, mungkin terjadi penurunan jumlah penutur bahasa karena penutur bahasa Lampung beralih ke bahasa Indonesia (Walker, 1976:2) atau terjadi pencampuradukan pengertian antara jumlah penduduk dan jumlah penutur bahasa.
Bahasa Lampung terdiri atas dua dialek, yang oleh para peneliti terdahulu disebut dialek Nyo 'apa' atau dialek Api 'apa' (Van Roijen 1930), dialek O dan A (Hadikesuma 1988:15), atau dialek Abung dan dialek Pesisir (Walker 1976:1). Nama dialek Pesisir dan dialek Abung yang diberikan Walker sesuai dengan nama yang diberikan oleh penutur asli itu sendiri. Tidak ada penjelasan mengapa Van Roijen menyebut dialek Nyo dan Api, tetapi mungkin ia ingin menunjukkan jauhnya perbedaan kosakata di antara kedua dialek itu (karena untuk menyebutkan satu konsep, digunakan kata yang berbeda). Alasan Hadikesirma menyebut dialek O dan dialek A ialah karena kata yang berakhir dengan vokal /ol di dalam dialek 0 berkorelasi dengan kata yang berakhir dengan vokal /al di dalam dialek A.
Dialek Abung digunakan di (1) Kabupaten Lampung Utara, yaitu meliputi Kecamatan Kotabumi, Kecamatan Abung Besar, Kecamatan Abung Barat, Kecamatan Abung Timur, dan Kecamatan Abung Selatan; (2) Kabupaten Lampung Tengah, yang meliputi Kecamatan Sukadana, Kecamatan Gunung Balak, Kecamatan Gunung Sugih, Kecamatan Wai Jepara, Kecamatan Seputih Surabaya, Kecamatan Seputih Mataram, Kecamatan Terbanggi Besar, dan Kecamatan Padang Ram; (3) Kabupaten Lampung Selatan terdapat di dua buah desa, yaitu di desa Muara Putih, Negara Ratu, Kecamatan Natar; (4) Kotamadia Bandar Lampung, yaitu di desa Jagabaya, Gunung Agung, Gedung Meneng, Rajabasa, dan Labuhan Ratu.
Dialek Pesisir digunakan di (I) Kabupaten Lampung Tengah, yaitu di Kecamatan Labuhan Meringgai dan Kecamatan Jabung serta beberapa desa di Kecamatan Padang Ratu; (2) Kabupaten Lampung Utara, yaitu di Kecamatan Bahuga, Kecamatan Blambangan Umpu, Kecamatan Baradatu; (3) Kabupaten Lampung Barat; (4) Kabupaten Lampung Selatan; (5) Kotamadia Bandar Lampung; (6) Kabupaten Cogan Komering Ulu dan Kabupaten Cogan Komering Ilir, Kayu Agung, dan Danau Ranau di Sumatra Selatan; Berta (7) desa Cikoneng, Anyer, Jawa Barat (Hadikesuma, 1988:8--9).
Menurut Wetty (1992:2), penduduk Kecamatan Seputih Banyak, Kecamatan Seputih Raman, dan Kecamatan Raman Utara merupakan penutur dialek Abung. Saya tidak sependapat dengan Wetty sebab ketiga kecamatan itu justeru merupakan daerah permukiman transmigran asal Bali dan Jawa Timur, yang didatangkan pada tahun 1955--1963, dan ketiganya tidak berbatasan dengan desa penutur bahasa Lampung. Wetty juga tidak memasukkan Kecamatan Seputih Mataram dan Kecamatan Seputih Surabaya sebagai penutur dialek Abung, padahal kedua kecamatan itu memiliki sejumlah desa yang penduduknya merupakan penutur dialek Abung, misalnya desa Mataram Libo dan Terbanggi Libo (di Kecamatan Seputih Mataram) dan desa Surabaya Libo dan Buminabung Libo (di Kecamatan Seputih Surabaya).
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida N. Danakusuma
"Timbulnya kesulitan-kesulitan dalam mempelajari suatu bahasa asing seringkali disebabkan karena adanya perbedaan bahasa ibu dari bahasa asing tersebut, seperti halnya antara bahasa Rusia (BR) dan bahasa Indonesia (B1) yang secara tipologis maupun secara genealogis sangat berbeda. Salah satu perbedaan tersebut dapat dipelajari pada pronomina persona dari kedua bahasa tersebut.
Meskipun pronomina persona sepintas nampaknya merupakan masalah yang sederhana, tetapi ternyata keberadaannya sangat penting. Untuk itu, dalam skripsi ini penulis tertarik untuk meneliti pronomina persona BR dan BI dengan menggunakan metode analisis komparatif yang ditinjau secara morfologis dun sintaksis.
Secara morfologis, baik pronomina persona BR dan BI mempunyai tiga bentuk persona, yaitu persona pertama, persona kedua dan persona ketiga dimana masing-masing bentuk persona tersebut juga mempunyai bentuk tunggal dan jamak. Pronomina persona BR juga mengalami perubahan berdasarkan jenis, jumlah dan kasus sedangkan dalam pronomina persona BI dikenal adanya reduplikasi yang tidak terdapat dalam BR.
Secara sintaksis, baik pronomina persona BR dan BI dapat berperan sebagai bagian atau anggota kalimat, baik sebagai subjek dan objek. Permutasi dalam BR dapat memberikan topikalisasi atau penekanan pronomina persona dalam suatu wacana tanpa mengubah fungsi dan artinya, sedangkan permutasi dalam BI akan menyebabkan perubahan fungsi dan pronomina persona.
Preposisi dalam BR, jika dirangkaikan dengan pronomina persona, maka pronomina persona tersebut akan mengalami perubahan berdasarkan kasus sesuai dengan kasus yang dikuasai oleh preposisi tersebut. Sebaliknya preposisi dalam BI mempunyai bentuk klitik yang tidak terdapat dalam BR."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S14945
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Geni Ria
"Dalam penerjemahan pronomina demonstratif bahasa Prancis ke dalam bahasa Indonesia, jarang dijumpai keejajaran bentuk. Karena itu ingin diselidiki apa saja padanan pronomina demonstratif tersebut dalam bahasa Indonesia. Tujuan penelitian ialah untuk membuat deskripsi urnum terjemahan pronomina Indonesia .Metode yang dipakai ialah metode penelitian korpus, Korpus terdiri dari 5 buah karya Prancis heserta terjemahannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S14377
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dvitiya Khairunnisa
"Penelitian ini membahas mengenai penggunaan pronomina yang terdapat dalam bahasa Jawa dialek Tegal. Masyarakat Jawa yang digambarkan dalam film Turah, yaitu masyarakat Jawa yang berada di desa pesisir dengan dialek Tegal yang kental, dan relasi antartokoh yang beragam. Penelitian dilakukan untuk mengetahui penggunaan pronomina persona dalam bahasa Jawa dialek Tegal sekaligus membuktikan pernyataan bahasa Jawa Tegal merupakan bahasa yang egaliter dan demokratis seperti yang diungkapkan oleh penelitian dari Supriyatin (2012). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teori kelompok pronomina dari Muslich (2010), dan teori sosiolinguistik dari bahasa dari Poedjasoedarma (1979) dan Harjawiyana (dalam Rizki, et al., 2019) untuk mendeskripsikan hasil data temuan dan keterkaitannya dengan aspek sosiolinguistik. Pendekatan sosiolinguistik digunakan untuk mengidentifikasi latar belakang sosial yang mempengaruhi penggunaan pronomina persona. Teknik penyediaan data menggunakan teknik simak bebas libat cakap dengan hasil berupa transkripsi dialog yang kemudian diklasifikasikan sesuai jenis pronomina. Sumber data penelitian berbentuk tuturan dialog semua tokoh dalam film Turah (2017) karena memiliki relasi antartokoh yang beragam. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan pronomina persona dalam dialek Tegal lebih menitikberatkan pada status sosial dan hubungan kekerabatan dibandingkan usia.

This research discusses the use of pronouns found in the Tegal dialect of Javanese. The Javanese community depicted in the film Turah, namely the Javanese community living in coastal villages with a thick Tegal dialect, and the diverse relationships between characters. The research was conducted to determine the use of personal pronouns in the Tegal dialect of Javanese while also proving the statement that the Tegal Javanese language is an egalitarian and democratic language as expressed by the research of Supriyatin (2012). This research uses a descriptive qualitative method with the theory of pronoun groups from Muslich (2010), and sociolinguistic theory from the language of Poedjasoedarma (1979) and Harjawiyana (in Rizki, et al., 2019) to describe the findings and their relevance to sociolinguistic aspects. The sociolinguistic approach is used to identify the social background that influences the use of personal pronouns. The data collection technique uses the uninvolved conversation observation technique, resulting in dialog transcripts that are then classified according to the type of pronoun. The research data source is in the form of dialogue utterances of all the characters in the film Turah (2017) because they have diverse intercharacter relationships. The results of this study indicate that the use of personal pronouns in the Tegal dialect is more focused on social status and kinship relationships than age."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Faforita Yulianti
"Dalam skripsi ini dilakukan penelitian lapangan terhadap pemakaian pronomina demonstratif dan pronomina relatif die dan dat. Penelitian yang dilakukan untuk skripsi ini adalah dengan mengadakan sebuah tes terbuka yaitu test tanpa penekanan khusus pada penggunaan pronomina demonstratif die/ da t/daze/ di t dan pronomina relatif die dan dat.
Sasaran penelitian dalam skripsi ini adalah hasil tes tertu_lis dari mahasiswa program studi sastra Belanda FSUI tahun ajaran 1994/1995. Bahan dari penelitian ini diambil dari hasil tes mahasiswa tingkat I (20 Orang). mahasiswa tingkat XI (18 orang), mahasiswa tingkat III (15 orang), dan mahasiswa tingkat IV (10 orang)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S15594
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharatrie Teges Ken
"ABSTRAK
Penelitian ini merupakan analisis sosiolinguistik pada tataran sintaksis. Penelitian ini
menganalisis penggunaan hen pronomina persona nonbiner di samping penggunaan
pronomina persona ketiga tunggal lainnya secara sintaktis dan keberterimaan
penggunaannya di masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat faktor
sosial, dalam hal ini gender, terhadap perubahan bahasa sebagai akibat pembentukan
identitas sosial sebuah kelompok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi literasi, literasi yang diuji adalah artikel digital dengan bahasa pengantar bahasa
Belanda yang menggunakan kata hen sebagai pronomina persona ketiga tunggal dalam
rentang waktu 2016-2018. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa keberterimaan
penggunaan hen sebagai pronomina persona nonbiner di ranah publik masih terbatas
kepada kelompok LGBTQ+ itu sendiri. Upaya normalisasi penggunaan hen sebagai
pronomina persona nonbiner terlihat dari penggunaan di laman pribadi dan penggunaan
hen dalam artikel yang bertopik umum seperti sastra.

ABSTRACT
This research is a syntax and sociolinguistic analysis over the use of hen as non-binary
personal pronoun in the Dutch language. This research analyses the use of hen side to
side with the use of other third singular pronoun syntactic and semantically and the
acceptance of the usage of hen in the society. The aims of this research are to see the
effect of social factors, in this case gender, to language change and the shaping of a
groups social identity. The method used is literature study. The literature examined are
digital articles in Dutch that uses the word hen as third singular personal pronoun
within 2016-2018. The result of this research shows that the acceptance of hen as nonbinary
personal pronoun is limited to the LGBTQ+ community. The effort to normalize
the use of hen in public can be seen by the usage of it in personal websites and articles
with a more common topic such as literature."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK- pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"This work aims at at describing various morphological changes in three different wordelasses in English and Solorese brought about by personal pronouns being subjectively related to those three wordelasses which, in turn, are predicatively related to the personal pronouns. The wordelasses are called A, B and C, and the personal pronouns to be discussed are I, you, he, she, it, we, you and the in English, and /go/, 'I', /mo/, 'you' (singular), /na/, 'he, she, it', /kame/, 'we' (exclusive), /tite/ , 'we' (inclusive), /mio/, 'you' (plural) and /ra/, 'they' in Solorese..."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1969
S14092
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fashihatul Lisaniyah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji deiksis persona dengan berfokus pada analisis frekuensi kemunculan dan penggunaan maknanya. Data yang berupa novel yang berjudul Gadis Kretek memiliki penceritaan dari dua sudut pandang sehingga kajian deiksis sangat diperlukan. Penulis menggunakan metode penelitian campuran dengan model penelitian paralel konvergen (convergent parallel mixed method) (Creswell, 2019) dengan menghitung kemunculan deiksis menggunakan AntCont dan mendeskripsikan deiksis persona yang ada di dalam novel. Analisis dilakukan dengan empat tahap, yakni pemilihan data, analisis data, interpretasi data, dan validasi data. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 23 bentuk deiksis dari 6 jenis deiksis yang terdiri atas persona pertama tunggal seperti pronomina aku, saya; dan persona pertama jamak seperti pronomina kami, kita; persona kedua tunggal seperti pronomina kamu, engkau; dan persona kedua jamak seperti pronomina kalian; persona ketiga tunggal seperti pronomina dia, ia; dan persona ketiga jamak seperti pronomina mereka. Frekuensi kemunculan deiksis persona terbanyak terdapat pada persona ketiga tunggal dan persona pertama tunggal dengan konteks kemunculan referen yang beragam yang merujuk pada tokoh-tokoh di dalam teks novel maupun di luar novel.

This study aims to examine person deixis by focusing on the analysis of the frequency its occurrence and meaning. The data was form of a novel entitled "Kretek Girl" which tells stories from two perspectives. Therefore, deixis studies are needed. The author uses a mixed research method with a convergent parallel mixed method (Creswell, 2019)by examining the occurrence of deixis using AntCont and describing the person deixis in the novel. The analysis was carried out in four stages, namely data selection, data analysis, data interpretation, and data validation. The results show that there are 23 forms of deixis out of 6 types of deixis consisting of the first person singular such as pronouns aku, saya; and the first person plural such as pronouns kami, kita; second person singular such as pronouns kamu, engkau; and the second person plural such as pronoun kalian; third person singular such as pronouns dia, ia; and third person plural such as pronoun mereka. The highest frequency found in the third persona singular and first persona singular in the context of the appearance of various referents that refer to the characters in the text of the novel and outside the novel."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
11-24-15265345
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hanif Muzhaffar
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fungsi pronomina demonstratif dan fungsi deiksis pronomina demonstratif yang terdapat dalam Al-Qur’an. Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini yaitu metode kualitatif-deskriptif dengan teknik pengambilan data berupa studi pustaka dari berbagai literatur, seperti buku, jurnal, dan artikel. Dengan menggunakan teori klaisfikasi deiksis dari Stephen Levinson (1983) sebagai teori utama, peneliti bermaksud untuk mengkategorikan serta menjelaskan beberapa pronomina demonstratif yang ditemukan dalam Al-Qur’an ke dalam beberapa jenis deiksis berdasarkan fungsinya. Peneliti menemukan bahwa pronomina demonstratif yang ditemukan dalam Al-Qur’an memiliki 17 bentuk kata. Selain itu, pronomina demonstratif yang ditemukan hanya memiliki fungsi deiksis persona, deiksis wacana dan deiksis spasial.

This study aims to analyze the function of demonstrative pronouns and the deictic function of demonstrative pronouns found in the Al-Qur'an. The method used in conducting this research is a qualitative-descriptive method with data collection techniques in the form of literature studies from various literature, such as books, journals and articles. By using the deictic classification theory from Stephen Levinson (1983) as the main theory, the researcher intends to categorize and explain several demonstrative pronouns found in the Qur'an into several types of deixis based on their function. Researchers found that the demonstrative pronouns found in the Qur’an have 17 word forms. Apart from that, the demonstrative pronouns found only have the function of personal deixis, discourse deixis and spatial deixis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>