Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Irfan Arsy
"Artikel ini menjelaskan tentang praktik konsumen dan kebiasaan bermain permainan video anak muda
Indonesia. Semakin banyak orang Indonesia yang mau menginvestasikan waktu mereka di komunitas permainan
video, kira-kira lebih dari 40 juta orang sejak 2017. Indonesia juga memiliki penetrasi gamer online tertinggi
kedua dengan 94.,3% pengguna internet yang mencengangkan, tepat di belakang Filipina. Industri game
Indonesia juga mengalami apa yang disebut gamer sebagai metode “Pay to Win” atau bayar untuk menang, di
mana transaksi mikro tertanam dalam sebuah game, memungkinkan pemain untuk menggunakan uang dunia
nyata untuk membeli mata uang dalam game. Transaksi mikro bukan pertanda baik bagi beberapa elemen
komunitas game, terutama metode “Pay to Win” dan kemungkinan kecanduan. Tulisan ini mengkaji hubungan
antara sistem mikrotransaksi/loot box/gacha dan hubungan key opinion leaders atau KOL, yaitu YouTuber
dengan peminatnya yaitu komunitas gamer. Artikel ini berpendapat bahwa hubungan antara gamer dengan KOL
akan mempengaruhi keputusan para gamer dengan system monetisasi di dalam game yang termasuk loot box
dan mekanik lainnya.

This article describes the consumer practices and gaming habits of young Indonesian people. An ever-increasing
number of Indonesians are willing to invest their time in the gaming community, roughly over 40 million people
since 2017. Indonesia also has the second-highest penetration of online gamers at an astonishing 94.3% of internet users, just behind the Philippines. The Indonesian gaming industry is also experiencing what gamers call the "Pay to Win" method, where microtransactions are ingrained into a game, allowing players to use real-world money to purchase in-game currency. Microtransactions do not bode well with some elements of the Gaming community, especially the "Pay to Win" method and possible addiction. This article examines the
relationship between the microtransaction/loot box/gacha system and the relationship between key opinion leaders or KOLs, namely YouTubers, and their enthusiasts, namely the gamer community. This article argues that the relationship between gamers and KOLs will influence gamers' decisions regarding in-game monetisation systems, including loot boxes and other mechanics.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Juliano
"Perang Dunia II sudah terjadi 75 tahun yang lalu. Perang diakhiri dengan kalahnya Jepang dan Jerman. Hingga saat ini masih topik ini terus dipelajari dan diangkat kembali. Salah satunya adalah melalui permainan video. Pengembang permainan tertarik dengan PDII karena selain dari unsur sejarahnya, pengembang tidak perlu menciptakan yang sepenuhnya baru. Pengembang permainan membuat permainan ini sedemikian rupa agar pemain tertarik dengan permainan mereka. Salah satunya adalah Battlefield V campaign The Last Tiger yang dibuat oleh Electronic Arts di California Amerika Serikat. Dalam campaign ini permain dapat bermain sebagai prajurit Jerman dalam tank tiger mereka pada masa PDII. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif untuk melihat tampilan visual dan karakter dari setiap tokoh. Tujuannya adalah untuk melihat penokohan-penokohan dan ideologi-ideologi dari prajurit Jerman PDII pada Battlefield V. Hasil yang ditemukan adalah setiap tokoh memiliki perbedaan tingkatan nasionalisme dan patriotisme. Perbedaan tersebut diperjelas dengan adanya generation gap. Generasi yang lebih tua memegang ideologi-ideologi Nazi lebih banyak dibanding yang muda, mereka juga lebih bijak dalam peperangan. Peperangan juga membuat tentara mendapatkan berbagai sifat-sifat tertentu yang memengaruhi sifat mereka. Disimpulkan bahwa permainan Battlefield V menggambarkan tentara memiliki berbagai tingkat nasionalisme dan mereka adalah orang yang tidak stabil, baik generasi tua maupun generasi muda.

World War II happened 75 years ago. To this day, this topic is still discussed through various media form, one of them is video games. Games developer are interested in WWII not only from its historical factor, but also they do not have to invent something completely new. One of them is Battlefield V, made by Electronic Arts in California, United States. In the Last Tiger campaign, players play the role of Nazi tank commander in WWII supported by his 4 crewmen. This research uses qualitative and descriptive methods to examine each of the character visual and character. The purpose of this research is to understand their visual representation, character, and ideologies from each character in this game. The research found that, each character has their own level of nationalism and patriotism. Their differences are magnified by their generation gap. The older generation has more nationalism and wiser, compared to the younger generation. Because of the war, they have adopted certain traits to be able to survive the war. These made them an emotionally unstable soldier."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Aqshal Ghiffari Nugraha
"Pada masa kini, terdapat permainan video bergenre sandbox yang tidak memiliki narasi, pemainnya bebas mengeksplorasi dunia dan membuat ciptaan di dalam permainan video. Penelitian ini akan meneliti status hak cipta atas ciptaan yang dibuat oleh pemain di dalam salah satu permainan video bergenre sandbox yang berjudul Minecraft, serta siapa yang berhak untuk memiliki hak cipta atas ciptaan yang dibuat oleh pemain di dalam Minecraft. Penelitian ini bersifat doktrinal dengan menggunakan data sekunder. Pada dasarnya, hak cipta melindungi suatu ciptaan jika memenuhi syarat fiksasi, orisinalitas, dan kreativitas. Ciptaan yang dibuat oleh pemain di dalam Minecraft memenuhi ketiga syarat tersebut dan dapat dilindungi oleh hak cipta sebagai model 3 dimensi, kode komputer, dan/atau karya arsitektur. Secara teori labour dan teori personality, pihak yang paling berhak untuk memanfaatkan ciptaan yang dibuat oleh pemain di dalam Minecraft adalah pemain yang membuat ciptaan tersebut, sehingga menurut teori welfare, pemain yang membuat ciptaan perlu diberikan insentif agar ia terus berkarya. Perjanjian-perjanjian yang mengikat pemain dengan penyelenggara layanan permainan video Minecraft juga mengakui hak pemain atas ciptaan yang pemain buat di dalam Minecraft.

In the present day, there are sandbox video games that lack a narrative, allowing players to freely explore the world and create within the game. This study will examine the copyright status of creations made by players in one such sandbox video game, Minecraft, and determine who holds the copyright over creations made by players within the game. This research is doctrinal in nature and utilizes secondary data. Creations will be protected by copyright if it meets the requirements of fixation, originality, and creativity. Creations made by players within Minecraft fulfill all three of these requirements and can be protected by copyright as three-dimensional models, computer code, and/or architectural works. According to the labor theory and personality theory, the one who is entitled the most to gain benefit from creations made by players in Minecraft is the player who created the work. Therefore, according to welfare theory, players who create works should be provided with incentives to continue creating. Agreements binding players to the organizers of the Minecraft video game service also recognize the players' rights over creations made within the game."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eliza Anggasari
"Skripsi ini membahas mengenai fenomena peniruan yang dilakukan terhadap suatu permainan video sehingga menghasilkan permainan video lainnya yang serupa dengan permainan video tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, skripsi ini membahas mengenai bagaimana hak cipta terkhususnya hak cipta Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 memandang fenomena ini, mencakup bagaimana suatu permainan video dapat dilindungi oleh hak cipta dan sejauh mana perlindungan hak cipta yang dapat diberikan, serta lebih lanjut menelaah apakah tindakan peniruan tersebut termasuk dalam pelanggaran hak cipta atau tidak. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis-normatif. Berdasarkan peninjauan maupun penelitian yang telah dilakukan, untuk dapat dilindungi oleh hak cipta, permainan video tersebut haruslah berupa ekspresi yang orisinal, yaitu seluruh unsur penyusunnya dibuat berdasarkan pemikiran masing-masing dari si pencipta unsur penyusun tersebut. Selanjutnya, peniruan pada dasarnya merupakan pelanggaran hak cipta. Namun jika hanya didasarkan kepada Undang-Undang No. 28 Tahun 2014, untuk dapat dikatakan sebagai pelanggaran hak cipta, peniruan harus dilakukan dengan mengambil dan/atau menggunakan ekspresi permainan video lain yang mencakup seluruh atau hampir seluruh unsur penyusun yang dapat dilindungi hak cipta dan termasuk juga serangkaian pengkombinasian unsur-unsur penyusun tersebut, secara seluruh atau sebagian yang substansial tanpa izin sehingga terdapat persamaan substansial antara karya orisinal dengan karya yang diduga meniru.

In general, this thesis discusses about the phenomenon of video game copying that results in another video games that is similar to the original game. In relation to that, this thesis also discusses how copyright, especially Indonesians copyright based on Law Number 28 Year 2014 views this phenomenon, including how a video game can be protected by copyright and how far copyright protection can be provided, and whether or not the act of copying is included in the copyright infringement. The research method used in this thesis is juridical normative with secondary data type. Based on the review and the research that have been done, for it to be protected by copyright, the video games should be an original expression whereas the whole constituting elements are created based on the individual thoughts of the creators of the constituent elements. Furthermore, copying is basically an act of copyright infringement. However, if it is only based on the Indonesian Law No. 28 Year 2014, for it to be considered as a copyright infringement, copying should be done by taking and or using another video games expressions that includes all or nearly all of the constituent elements which can be protected by copyright which also includes a series of combination of the constituent elements, as a whole or substantially without permission thus the substantial similarities between the original works and the work that is allegedly doing the copying.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henddigi Shouldtant Zhillan Aqila
"Permainan video merupakan salah satu bentuk hiburan yang disukai oleh cukup banyak orang dari berbagai kalangan. Beberapa permainan video memiliki pilihan desain yang terpengaruh dari satu atau beberapa budaya tertentu. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana representasi mitologi Slavia-Rusia di dalam permainan video The Witcher 3: Wild Hunt dengan menganalisis penggambaran visual dari berbagai monster dan makhluk di video game tersebut. Penelitian ini juga akan mengkaji pemaknaan visual dari monster di dalam video game tersebut menggunakan teori semiotik Roland Barthes. Proposal ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode analisis semiotika menggunakan data permainan video The Witcher 3: Wild Hunt.

Video Games are one the many forms of entertainment that appeals to quite a lot of audiences from various backgrounds. A number of video games are inspired by a particular or a few cultures in their design choices. This article aims to determine how Russian-Slavic culture is represented in the video game The Witcher 3: Wild Hunt by analyzing the visual depictions of monsters and creatures in this video game by using Roland Barthes’s semiotic theory. This Proposal is a qualitative proposal using semiotics analysis method using data from the video game “The Witcher 3: Wild Hunt”."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Surya Sanjaya
"Genre FPS merupakan bagian dari permainan video yang lekat dengan budaya patriarkis. Mayoritas daripada permainan tersebut tidak merepresentasikan perempuan terutama perempuan kulit berwarna dan juga menempatkan karakter perempuan dalam peran yang tidak esensial. Karena itu Valorant menjadi sebuah permainan yang unik untuk dikaji mengenai nilai-nilai women of color feminism. Karakter Raze sebagai karakter perempuan kulit berwarna yang bukan hanya ditempatkan pada peran yang mencolok, melainkan juga ditampilkan dengan identitas budayanya baik dalam permainan maupun melalui media lainnya. Kajian ini sendiri akan dilaksanakan menggunakan metode desk research pada media digital permainan Valorant. Hasil daripada kajian ini sendiri adalah penghadiran karakter Raze dalam permainan Valorant sebagai karakter perempuan kulit berwarna yang berbeda daripada peran gender yang biasanya terdapat dalam permainan FPS.

The FPS genre are part of video games that is closely related to patriarchal culture. The majority of these games do not represent women, especially women of color and also place female characters in non-essential roles. Therefore, Valorant becomes a unique game to study about the values of women of color feminism. Raze's character as a woman of color is not only placed in a prominent role, but also as a character who is presented with her culture both in games and through other media. This study itself will be carried out using the desk research method on digital media of the Valorant game. The result of this study itself is the presence of the character Raze in the game Valorant as a female character of color who is different from the gender roles that are usually found in FPS games."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Marco Jordan Setiawan
"Permainan video telah menjadi fenomena yang sangat mendunia dan berpengaruh di kehidupan manusia, dapat dilihat pada zaman sekarang akan lebih mudah menemukan penduduk dunia yang memainkan permainan video daripada sebaliknya. Fenomena permainan video menjadi semakin penting untuk menghadapi pandemi yang sedang berlangsung. Namun banyak pandangan negatif mengenai fenomena ini mendorong penelitian lebih lanjut akan permainan video melebihi sebagai hiburan semata. Permainan video sebagai teknologi dapat menjadi ekstensi tubuh manusia seperti konsep yang dikemukakan Mcluhan dan dalam kasus ini sebagai ekstensi persepsi manusia. Dengan penelitian ini diharapkan memberikan pembaharuan dan perkembangan dalam implementasi fenomena permainan video dalam kehidupan manusia. Untuk mencapai tujuan dari artikel ini, penulis menggunakan deskripsi analitis menjelaskan dengan lebih jelas konsep permainan dan sifatnya sebagai sebuah gambaran atas dunia empiris baik secara ideal maupun realistis. Kemudian fenomena permainan video sebagai teknologi mediasi digital akan diamati dan dijelaskan lewat filsafat teknologi Don Ihde. Lalu elaborasi kritis akan permainan video sebagai sebuah fenomena akan dianalisis menjadi ekstensi persepsi manusia dan aplikasi yang dapat dimungkinkan. Terakhir resiko akan hilangnya otentisitas dan kebebasan individu dalam teknologi akan dibahas.

Video game has become a world wide phenomenon and very influential on human’s life. In this age it will be easier trying to find people that play games than the other way around. Video game phenomenon has become even more important part of human’s life to face the pandemic that is currently ongoing. Although, there are a lot of negative view about this phenomenon that pushed this research to be further pursue about video game as more than just entertainment. Video Game as a technology can become an extension of human body like the concept that is stated by McLuhan and in this case as extension of human’s perception. With this research, we hope there will be renewal and development in implementing video game phenomenon in human’s life. To reach conclusion, writer will use analytical description about concept of game and its characteristics as depiction of empiric world both ideally and realistically. After that, phenomenon of video game as technology of digital mediation will be observed and explained from Don Ihde’s philosophy of technology. Then critical elaboration about video game as a phenomena that will be analyzed to be extension of human’s perception and the application that is possible from it. Lastly the risk on the loss of individual authenticity and freedom will be discussed."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library