Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rudy Hertanto
"Pendidikan dokter adalah pendidikan akademis dan profesional. Dokter adalah ilmuwan dan praktisi. Sebagai ilmuwan, ia harus membina dan mengembangkan ilmunya dengan melakukan berbagai riset. Sebagai praktisi, ia harus mengamalkan ilmunya dalam praktek medis. "Obyek" riset dan pengamalannya adalah manusia, yang di dalamnya ia sendiri ikut termasuk. Oleh karena itu, istilah "obyek" ditolak dan diganti dengan "subyek", yang harus diperlakukan sebagai person yang otonom..Riset dan praktek medis lalu punya kekhususan tersendiri yang berbeda dengan ilmu-ilmu lain di luar kedokteran.Manusia tidak boleh dijadikan alat untuk mencapai tujuan lain, karena tujuan manusia terletak dalam dirinya sendiri. Baik: dalam riset maupun dalam praktek medis, subyek penelitian dan pasiennya harus diberi kebebasan untuk menentukan pilihannya sendiri, tanpa boleh ada paksaan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
D1556
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gaya Nitiya Sutrisno
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang paternalisme yang merupakan warisan ajaran
Konfusianisme masyarakat Korea di dalam pemerintahan Syngman Rhee dan
pengaruhnya terhadap penerapan nilai-nilai demokrasi di Korea. Penelitian ini
merupakan sebuah penelitian kualitatif yang ditulis menggunakan metode
deskriptif analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa paternalisme
diterapkan dalam pemerintahan Syngman Rhee dan terlihat melalui kebijakankebijakan
Syngman Rhee, misalnya saja dalam RUU Keamanan Nasional. RUU
Keamanan Nasional ini bertujuan untuk melindungi rakyat Korea dari bahaya
komunis, tetapi RUU ini melanggar prinsip dasar yang ada dalam demokrasi,
yakni pelanggaran hak asasi manusia. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa
paternalisme dalam pemerintahan Syngman Rhee memberikan pengaruh buruk
terhadap penerapan nilai-nilai demokrasi di Korea.

Abstract
This thesis studies about paternalism as a legacy of Confucianism teachings in
Korean society that is applied in Syngman Rhee government and its effects on the
application of democratic values in Korea. This research is a qualitative research
with descriptive analysis method in writing. The result of this research shows that
there is paternalism applied in Syngman Rhee government and could be seen
through Syngman Rhee policies, i.e. National Security Bill. The National Security
Bills aimed to protect Korean people from communist, but the bill violates basic
principle of democracy, specifically the violation of human rights. Hence, it is
concluded that the paternalism in Syngman Rhee government has given bad
effects toward the application of democratic values in Korea."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43486
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dianali Pitasari
"Anak menjadi pembahasan utama dalam penulisan skripsi ini, dengan mengangkat kekerasan terhadap anak sebagai bentuk nyata dari permasalahan yang terjadi dalam relasi antara anak dengan orang dewasa/orang tua, terutama di dalam relasi yang bersifat paternalistik. Konsep anak yang diusung oleh Locke akan dijadikan sebagai fondasi utama dalam memahami anak sebagai subyek yang masih berkembang dan bagaimana peran orang tua di dalam masa perkembangannya dengan menjadikan akal sebagai acuan dari kedewasaan.

Child become the main discussion in this thesis, by raising issue about violence against children as a tangible form of the problem that occur in relations between children and adults/parents, especially in relation that are paternalistic. The concept of the child that Locke propose will be the foundation in understanding child as a subject who is still developing and becoming and the important role of parent in the process of development by making reason as a reference to maturity. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kalonica, Pavita
"Paternalisme libertarian yang diaplikasikan ke dalam dorongan sosial memiliki tujuan untuk mengarahkan pilihan individu agar memilih lebih baik meskipun sesungguhnya, pengarahan tersebut tidak selalu sejalan dengan keinginan atau true interest dari individu. Hal ini menimbulkan sisi kontra dalam paternalisme libertarian yang berpendapat bahwa dorongan sosial ini secara tidak langsung memaksakan true interest pembuat kebijakan dengan manipulasi pada pilihan. Argumen dari sisi kontra adalah tidak dapat diketahuinya true interest kecuali oleh individu itu sendiri sehingga pembuat kebijakan tidak perlu memberikan dorongan-dorongan tersebut. Penulis kemudian menggunakan teori pikiran dari Sigmund Freud mengenai ketidaksadaran untuk berargumen mengenai true interest orang tersebut menggunakan metode analisis kritis dan studi pustaka. True interest dalam pandangan ketidaksadaran menjadi tidak jelas bagi individu sendiri akibat adanya pikiran tidak sadar yang dikendalikan oleh keinginan terpendam dalam individu. Hasil analisis kemudian menyatakan bahwa ketidaksadaran dalam pikiran manusia menyebabkan ketidaktahuan akan true interest sendiri sehingga objeksi mengenai true interest dalam paternalisme libertarian perlu diteliti kembali. Akibat adanya ketidaksadaran serta keterbatasan pikiran dalam membuat pilihan, akan ditunjukkan bahwa dorongan, yang diduga mengancam otonomi individu, justru dapat menjadi bentuk freedom of choice. Dengan adanya analisis ini, maka perlu dipertimbangkan kembali permasalahan true interest berdasarkan ketidaksadaran yang ada dalam diri individu untuk meneliti paternalisme libertarian berupa dorongan atau nudges.

Libertarian paternalism that is applied to social drives has the aim of directing individual choices to make better choices even though in fact, this direction is not always in line with the desires or true interests of the individual. This raises the counter side in libertarian paternalism which argues that this social drive indirectly imposes the true interest of policy makers by manipulating choices. The argument from the counter is that the true interest cannot be known except by the individual himself so that policy makers do not need to provide these incentives. The author then uses Sigmund Freud's theory of mind regarding the unconscious to argue about the person's true interest using critical analysis methods and literature study. True interest in the view of the unconscious becomes unclear to the individual himself due to unconscious thoughts that are controlled by hidden desires in the individual. The results of the analysis then state that the unconsciousness in the human mind causes ignorance of its own true interest so that the objection of true interest in libertarian paternalism needs to be reexamined. As a result of unconsciousness and limited thinking in making choices, it will be shown that impulse, which is thought to threaten individual autonomy, can actually become a form of freedom of choice. With this analysis, it is necessary to reconsider the problem of true interest based on the unconsciousness that exists within the individual to examine libertarian paternalism in the form of encouragement or nudges."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sholachul Fazry
"ABSTRACT
Tulisan ini menganalisis peran pemerintah Singapura dalam membuat regulasi bahasa Inggris melalui kampanye SGEM. Adanya kebijakan yang bermotif pragmatis menyebabkan adanya peregulasian bahasa Inggris di Singapura yang bersifat top-down dan memanfaatkan regulasi bahasa ini sebagai polarisasi masyarakat dan penguat instrument kebijakan ekonomi. Penulis menganalisis kasus ini menggunakan teori nanny state dan proses dalam language engineering dalam konteks khusus di Asia Tenggara. Teori tersebut mengidentifikasi adanya faktor-faktor yang mempengaruhi sikap pemerintah Singapura dalam meregulasi SGEM pada tatanan formal maupun non-formal. Hal tersebut terlihat dari adanya pembuatan bahan-bahan pembelajaran, pelatihan tersentralistik serta sikap pemerintah terhadap media yang menjadi penghalang agenda politiknya dan sekaligus menggunakannya untuk membentuk legitimasi pengaruh pemerintah. Beberapa langkah spesifik yang diambil pemerintah dalam upaya mensukseskan program tersebut memperjelas model kepemimpinan yang ada dalam membantu Kampanye SGEM.

ABSTRACT
This writing attempts to analyze the role of Singaporean government in regulating English language through Speak Good English Movement Campaign. The existing policy which motivated by pragmatic means causing the existence of English language regulation with top down model in nature, thus utilizes its language regulation as a polarization for its citizens and strengthening its economic policy instrument. This case is analyzed by nanny state theory and looking at certain processes of language engineering in Southeast Asia context. The theory identifies triggering factors that defines the Singaporean government stance in regulating SGEM through formal and non formal means. Such actions amended by producing learning materials, centralized learning and the government stance on the media, which being its obstacle of their political agenda but also utilized to legitimate governments power. Certain specific paths taken by the government in order to ease the program has its obvious hints on the existing leadership model paralleling the SGEM Campaign. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library