Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
Muhamad Rafi
"Skripsi ini membahas pengalaman penyandang disabilitas tunanetra menjadi barista kedai kopi. Saya mencoba mengeksplorasi berbagai aspek para pekerja kedai kopi dan aktor yang terlibat dalam pengalaman tersebut seperti cerita pembelajaran membuat kopi, adaptasi dan ableisme yang dialami. Penelitian ini melihat adaptasi yang dilakukan oleh penyandang disabilitas tunanetra dilakukan melalui kemampuan multisensori seperti pendengaran dan sentuhan, untuk “melihat” dunia sekitar dan pekerjaan kedai kopi sebagai bentuk adaptasi. Selain adaptasi, ditemukan juga bahwa mereka juga melakukan mutual aids ke sesama penyandang disabilitas dengan melakukan pelatihan dan bantuan lainnya. Dari bantuan sesama, suatu komunitas juga terbangun dengan dasar kesamaan perjuangan dan pengalaman yang dialami oleh penyandang disabilitas tunanetra. Bantuan yang mereka lakukan didasari atas kesamaan di antara mereka baik dengan kesamaan kedisabilitasan, pengalaman hidup, dan status ekonomi. Bantuan tersebut, mereka berharap akan terbukanya kesempatan di ekonomi dan kemampuan untuk bekerja di dunia yang berpandang ableist apa yang bisa dilakukan dan tidak dapat dilakukan oleh penyandang tunanetra.
This Thesis talks about the blind disability work as a coffee shop barista. I try to explore various aspects of the coffee shop barista and related actors that involve the story of learning how to make coffee, adaptation, and ableism. This research also looks at the adaptation that is done through multisensory ability like hearing and touch to “see” the world and the barista job as a form of adaptation. Besides adaptation, apparently they also do mutual aid to fellow people with disabilities through training and other forms of aid. With those aids, a community is also built with the basis of similarities in struggles and experiences by people with disabilities. With those aids, the blind barista hoping for new opportunities in economy and working skill in world that have ableist view on what can blind people do and what they cannot do."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nurvadia Putri Gazali
"Seiring berkembangnya zaman, banyak museum di negara besar yang telah menggunakan instalasi digital sebagai media pamernya dengan tujuan untuk lebih meningkatkan lagi pengalaman dan pemahaman pengunjungnya, dengan menerapkan pendekatan multisensori. Di Indonesia sendiri pun sebenarnya telah ada beberapa museum yang sudah menerapkan teknologi digital, namun sayangnya masih belum banyak penggunaan teknologi digital yang lebih bervariasi dengan mempertimbangkan pendekatan multisensori, terutama yang dikhususkan untuk membantu dalam pemahaman anak. Oleh karena itu, skripsi ini mengkaji penerapan pendekatan multisensori pada instalasi digital di museum interaktif untuk anak usia dasar. Studi kasus dilakukan di Museum Bekasi, yaitu museum sejarah yang berbasis digital. Hasil dari analisis menunjukkan bahwa pendekatan multisensori yang tepat akan menghasilkan rancangan menarik, dan berkesan, serta memberikan pengalaman yang lebih kaya, sehingga akan berpengaruh pada pemahaman anak terhadap informasi yang dihadirkan museum. Penemuan hasil kajian memperlihatkan bahwa penerapan pendekatan multisensori di instalasi digital pada Museum bekasi juga sudah berhasil mempermudah anak untuk menggunakan instalasi digital, namun masih belum maksimal untuk pemahaman informasi pada anak.
These days, many museums in big countries have used digital installations as their exhibition media with the aim of further enhancing the experience and understanding for children's visitors, by applying a multisensory approach. In Indonesia, there are actually several museums that have implemented digital technology, but unfortunately there is still not too much use of digital technology which is more varied by considering a multisensory approach, especially devoted to helping children understand. Therefore, this thesis examines the application of a multisensory approach to digital installations in interactive museums for elementary age children. The case study was conducted at the Bekasi Museum, which is a digital-based history museum. The results of the analysis show that the right multisensory approach will produce an interesting and memorable experience, so that it will affect children's understanding of the information presented by the museum. The findings of the study show that the application of a multisensory approach in digital installations at the Bekasi Museum has also succeeded in making it easier for children to use digital installations, but it is still not optimal for understanding information for children."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Aminah Muthmainnah
"Ruang pamer dalam Museum masih banyak yang belum dapat menerapkan rancangan yang inklusif bagi penyandang tunanetra. Kemajuan teknologi dapat menjadi solusi untuk menghadirkan media pamer multisensori yang inklusif bagi penyandang tunanetra. Namun sayangnya masih belum banyak ditemukan di museum-museum di Indonesia. Berangkat dari kondisi tersebut, karya tulis ini bertujuan untuk memahami bagaimana elemen interaktif digital dengan pemanfaatan indra peraba dan suara dapat mengakomodasi pengunjung penyandang tunanetra dalam memperoleh ilmu pengetahuan di ruang pamer museum. Kajian dalam karya tulis ini dilakukan dengan menganalisis empat studi kasus dengan variabel analisa yang sama. Objek yang dikaji diantaranya adalah “Wise Stone”, “Tooteko”, 3D Photo Works, dan “Hands to the Wall”. Keempat kasus dikaji berdasarkan aspek umum, aspek pengalaman eksploratif, dan cara penggunaan. Hasil akhir dari karya tulis ini adalah, dapat dilihat bahwa pemanfaatan indra peraba dan pendengaran sebagai elemen eksploratif pada media pamer dapat membantu mengakomodasi pengunjung ruang pamer yang menyandang tunanetra. Adanya perkembangan teknologi digital dapat dimanfaatkan sebagai pembentuk media dan pemicu interaktivitas pengunjung melalui integrasi multisensori saat mengeksplorasi media pamer.
There are still many display rooms in the Museum that have not implemented inclusive design for blind people. Technological advances can offer a solution to present inclusive multisensory exhibition media for blind people. But unfortunately, there are still not many found in museums in Indonesia. Based on these conditions, this paper aims to understand how digital interactive elements by using the senses of touch and sound can accommodate visitors with visual impairments in gaining knowledge in the Museum's showroom. The study in this paper was conducted by analyzing four case studies with similar analysis variables. The objects studied include "Wise Stone," "Tooteko," 3D Photo Works, and "Hands to the Wall." The four cases were analyzed based on general aspects, aspects of exploratory experience, and ways of use. The study concludes that the use of the senses of touch and hearing as an experimental element in the exhibition media can help accommodate visitors with visual impairments to the exhibition room. The development of digital technology can be used as a medium for forming and triggering visitor interactivity through multisensory integration when exploring exhibition media."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Fadhila Khansa Khairunnisa
"Arsitektur adalah sebuah ruang yang harus dialami secara langsung dengan dilihat, dirasakan serta diamati melalui sudut pandang sendiri hingga dapat membentuk pemahaman ruang. Manusia dapat memahami ruang melalui respons sensori terhadap elemen ruang yang dipersepsikan. Salah satu bentuk manusia dalam memahami ruang adalah dengan menentukan keterjangkauan atau affordance dari suatu ruang. Skripsi ini membahas tentang bagaimana kehadiran pengalaman sensori sehingga membentuk pemahaman ruang yang menghasilkan persepsi affordance. Melalui pengalaman multisensori yang berkolaborasi dan membentuk kombinasi data, pada akhirnya dapat disimpulkan sebagai persepsi akhir dari perkembangan persepsi affordance pada ruang. Berdasakan hasil pengamatan pada ruang publik Tebet Eco Park, didapatkan hasil yang dapat menggambarkan peran kolaborasi sensori dalam membentuk perkembangan persepsi affordance sehingga persepsi menjadi lebih eksklusif terhadap situasi ruang yang dipersepsikan. Informasi yang didapatkan dari kolaborasi sensori dapat memperluas, mengerucutkan dan mengkonfirmasi perspesi affordance seiring dengan informasi yang terus bertambah.
Architecture is one of a space that must be experienced directly by being seen, felt and observed through one's own perspective so it can form an understanding of space. Human can perceive space through sensory responses to perceived spatial elements. One of the forms in understanding space is to determine the affordance of a space. This thesis discusses the process of sensory experience can forms an understanding of space which results in the perception of affordance. Through multisensory experiences that collaborate and form an interrelated data, it can be concluded as the conclusion of the development of affordance perception. Based on the results of study case on public spaces in Tebet Eco Park, results were obtained which illustrate the role of sensory collaboration in shaping the development of affordance so that perceptions become more exclusive to the perceived spatial situation. Information obtained from sensory collaboration can broaden, narrow, and confirm perceived affordance as information is continuously added."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Lintang Kirana Sitaputri
"Ruang pamer adalah ruang yang berfungsi sebagai sarana penyajian karya untuk dikomunikasikan sehingga dapat diapresiasi oleh masyarakat luas. Maka dari itu, semua kalangan publik, termasuk penyandang tunanetra, berhak untuk menikmati kunjungannya ke ruang pamer seperti pengunjung lainnya. Untuk menerima informasi dalam ruang pamer, desain inklusif perlu diterapkan pada perancangan media penyajian karyanya. Utamanya, bagi penyandang tunanetra, media penyajian objek pamer perlu menghadirkan stimulus selain visual. Dari penilitian participatory observation yang dilakukan Ann Heylighen & Jasmien Herssens (2014), berdasarkan perspektif observer penyandang tunanetra, arsitek masih kerap mendesain hanya menekankan pada pendekatan visual dan kurang melibatkan kekayaan multisensori dari lingkungan. Sedangkan, penyandang tunanetra mengandalkan indra mereka yang lain untuk dapat menerima informasi dari lingkungan bangun di sekitarnya. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana pendekatan multisensori pada media penyajian karya dapat mengakomodasi pengunjung tunanetra dan memberikan wawasan terkait kemampuan kognitif tunanetra dalam menangkap stimulus multisensori. Metode penulisan didasarkan pada studi literatur untuk mempelajari teori dan studi kasus untuk mengidentifikasi dan menganalisis media penyajian karya dengan penerapan pendekatan multisensori. Studi kasus dilakukan secara kualitatif melalui participatory observation terhadap media penyajian objek pamer di Taman Arca dan IMAGI Space di mana ditemukan bahwa adanya hirarki keutamaan dalam penyampaian stimulus kepada penyandang tunanetra.
An exhibition is a space that functions as a means of presenting objects to be communicated so that they can be appreciated by the public. Therefore, all members of the public, including the visually impaired, have the right to experience it as other visitors do. To receive information in an exhibition, inclusive design needs to be applied to the design of the media display. Mainly, for people who are blind, the media display in exhibitions needs to present stimulis other than visuals. From the participatory observation research conducted by Ann Heylighen & Jasmien Herssens (2014), based on the perspective of blind observers, architects still often design with only emphasizing the visual approach and less involving the multisensory richness of the environment. Meanwhile, blind people rely on their other senses to receive information from their environment. The purpose of this thesis is to figure out how the multisensory approach in media displays can accommodate blind visitors and provide insights into the cognitive abilities of the blind in capturing multisensory stimulis. The writing method is based on literature studies to study theory and case studies to identify and analyze media displays that apply the multisensory approach. The case study was conducted qualitatively through participatory observation of media displays in Taman Arca and IMAGI Space where it was found that there is a hierarchy of virtues in the delivery of multisensory stimulis to the blind."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library