Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Retno Diwati
"Skripsi ini membahas mengenai Serat Dewaruci, salah satu karya sastra Jawa yang mengungkapkan ajaran mistisisme Jawa. Dalam Bab I (Pendahuluan) dikemukakan bahwa gagasan dasar yang mendorong penulisan skripsi ini adalah keinginan meninjau filsafat Jawa sebagai salah satu tradisi filsafat yang tumbuh dan berkembang di bumi Indonesia. Tradisi ini terungkap dalam salah satu sikap yang senantiasa berusaha mencari dasar awal segala sesuatu lewat renungan tentang apa yang terdapat di belakang segala wujud lahir dan pencarian sebab terdalam dari padanya. Renungan dilaksanakan dengan keheningan cipta-rasa-karsa dalam samadi. Dalam Bab II dikemukakan perjalanan sejarah Jawa sebagai dimensi yang turut membentuk paham pemikiran Java. Melalui penelusuran sejarah sejak jaman Pra sejarah, jaman Hindu/Budha, hingga jaman Islam , menunjukkan adanya titik-titik pertemuan diantara ajaran Hindu/Budha sebelum kedatangan Islam dan ajaran kebatinan Islam yang memasuki Indonesia. Pandangan kedua sistim keagamaan tersebut digali dan diolah dengan unsur asli pemikiran Jawa sehingga diresapi sebagai ungkapan identitas Jawa sendiri. Bab III meraparkan kisah Dewaruci sebagai salah satu kar_ya sastra Jawa penuh kias dan lambang yang mengisahkan perjalanan Bima di dalam mencari air hidup agar mempero1eh kesempurnaan. Perjalanan Bima ini merupakan kesatuan gerak dalam kesa_tuan pengalaman yang menggambarkan proses kesadaran panca inde_ra memasuki kesadaran pribadi kernudian mencapai kesadaran ilahi. Lewat pendekatan filsafat diungkapkan aspek filosofis yang terkandung di dalamnya : aspek metafisika, yang bertolak dari eksistensi manusia dan alam dunia sebagai wujud nyata yang dapat di_tangkap panca indera, dipertanyakan darimana dan kemana semua wujud ini. Aspek anthropologi mengungkapkan bahwa tata eksistensi manusia terdiri dari dua segi fundamental realitas yang bersatu dalam diri manusia yakni segi lahir dan yang dibelakangnya terselubung segi batinnya . Aspek etika/estetika mengungkapkan bahwa etika adalah sebagai sarana untuk mencapai kesempurnaan. Aspek epistemologi mengungkapkan proses memperoleh pengetahuan dengan mempergunakan kodrat kemampuan manusia untuk meningkatkan kesadaran aku (kesadaran panca indera) kepada kesadaran hening dalam cipta rasa-karsa, menuju kesadaran pribadi dan akhirnya mencapai kesadaran ilahi. Pengungkapan klasifikasi aspek-aspek tersebut sebagai acuan bagi kita untuk dapat mengerti masing-masing unsur pengalaman di samping memberikan struktur bermakna kepada alam pengalaman. Memasuki bab IV dimulailah pembahasan mengenal kisah Dewaruci sebagai ungkapan mistisisme Jawa. Sebelumnya dikemukakan mistisisme dalam pengertian umum yaitu sebagai ajaran rahasia yang tersembunyi yang berkembang praktis dalam semua agama sebagai jalan batin menuju Tuhan Yang Maha Esa. Mistisisme Jawa secara umum disebut sebagai kebatinan Jawa. Praktek penghayatan dalam kebatinan Jawa adalah usaha yang bersifat pribadi yang bertujuan mencapai kesatuan hamba dengan Tuhan. Kemampuan tersebut dicapai melewati jalan 4 tahap : Sarengat, Hakekat, Tarekat dan Makrifat. Penuangan kebatinan Jawa dilambangkan dengan tokoh Bima sebagai gambaran manusia yang telah mencapai kesempurnaan. Bima menjalankan laku susila untuk mencapai kesempurnaan dengan mengembangkan rasa hingga mencapai kesadaran ilahi. Tuntutan etika merupakan sarana dan petunjuk jalan terbaik untuk mencapai ketenangan dan ketenteraman batin hingga rasa jati dimana manusia bertemu dengan Yang ilahi. Perjalanan batin Bima sebagai praktek penghayatan yang menempatkan suatu penalaran yang mengembangkan penggunaan rasa untuk menyingkap pengetahuan dari Zat Yang Mutlak Rasa menurut paham Jawa dapatlah disamakan dengan hati nurani atau suara hati menurut paham Barat dalam arti sebagai penuntun tingkah laku manusia dari dalam. Perbandingannya, hati nurani di Barat sebagai hukum Tuhan Yang Mutlak yang digoreskan dalam diri manusia, maka di Jawa hati nurani adalah Tuhan yang bertahta dalam inti yang terdalam dari manusia yang memanggil manusia kasar untuk kembali ke asalnya. Demikianlah pembahasan Skripsi dari Bab I hingga Bab IV. Skripsi ini ditutup dengan Evaluasi dan Kesimpulan pada Bab V yaitu melihat seberapa jauh kaitan dan hubungan penghayatan menurut versi Dewaruci dengan penghayatan kebatinan dewasa ini serta adalah peranannya di Indonesia. Akhirnya disimpulkan bahwa ada persamaan pandangan kebatinan menurut versi Dewaruci dengan kebatinan masa kini yang pada intinya ingin mewujudkan kesatuan hakiki antara hamba dan Tuhan (manunggaling kawula Ian gusti) melawan kemajuan perkembangan yang menyesatkan (individualisasi) dengan pembangunan mental menuju ke perkembangan dunia secara harmonis (memayu hayuning bawono). Praktek kebatinan mengacu pada pemusatan moral yang besar maka praktek kebatinan merupakan kondisi bagi hidup yang baik di bumi Indonesia ini. Keteraturan manusiawi dan kosmos yang terpadu adalah bagian dari keseluruhan hubungan harmonis dengan alam adikodrati dan kondisi-kondisi harmonis dalam kosmos yang akan memantulkan masyarakat teratur yang adil dan makmur. Bila kesadaran rohani manusia-manusia Indonesia dikembangkan, tidak mengumbar hawa nafsu dan pamrih, maka kehidupan dalam masyarakat Indonesia ini akan tertib, tenteran dan teratur Pula. Inilah cermin keteraturan kosmos serta hubungan antara Tuhan dengan manusia."
Depok: Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masning Salamah
"Suluk merupakan karya sastra Jawa yang memuat informasi mengenai konsep-konsep serta berisikan ajaran mistik Islam atau tasawuf. Bagian terakhir dari Naskah Kitab Duryat, yang disebut Suluk Linglung Sunan Kalijaga, ditulis dalam huruf Arab pegon dan berbahasa Jawa. Bagian terakhir naskah ini berbentuk tembang macapat mengenai kehidupan Sunan Kalijaga. Bagian ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan ditulis dalam bahasa Latin oleh tim Balai Pustaka pada tahun 1993. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan bahwa ajaran Islam di Jawa pada masa SLSK merupakan gabungan ajaran Jawa-Islam-Hindu-Buddha. Hal itu memberikan gambaran bahwa Islam yang dijalankan oleh masyarakat Jawa pada masa itu merupakan gabungan kejawaan, keislaman, kehindu-buddhaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik studi kepustakaan. Kemudian pendekatan yang digunakan adalah pendekatan filosofis hermeneutik untuk menganalisisnya. Hasil dari penelitian ini ditemukan gabungan mistisisme Jawa-Islam-Hindu-Buddha dalam teks SLSK yang ditunjukan dari beberapa bait yang berisi mengenai upaya menjauhi dan menahan segala nafsu duniawi untuk mencapai penyatuan dengan Tuhan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat gabungan mengenai mistisisme Jawa-Islam-Hindu-Buddha yang dibuktikan dengan cara mencapai keadaan mistis.

Suluk is a Javanese literary work that contains information about concepts and includes Islamic mystical teachings or Sufism. The final part of the Manuscript of the Duryat Book, called Suluk Linglung Sunan Kalijaga, is written in Arabic Pegon script and in the Javanese language. This last part of the manuscript takes the form of macapat poetry about the life of Sunan Kalijaga. It was later translated into Indonesian and written in Latin script by a team from Balai Pustaka in 1993. This study aims to provide knowledge that Islamic teachings in Java during the time of SLSK were a combination of Javanese-Islamic-Hindu-Buddhist teachings. This illustrates that the practice of Islam by the Javanese community at that time was a blend of Javanese, Islamic, Hindu, and Buddhist elements. The method used in this study is a qualitative descriptive method with literature study techniques. The approach used is a philosophical hermeneutic approach for analysis. The results of this study found a combination of Javanese-Islamic-Hindu-Buddhist mysticism in the SLSK text, as indicated by several verses that discuss the effort to avoid and restrain all worldly desires to achieve union with God. The conclusion of this study is that there is a combination of Javanese-Islamic-Hindu-Buddhist mysticism, as evidenced by the ways to achieve a mystical state."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library