Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Merry Eddy
"ABSTRAK
Lembaga Leasing yang diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1974 merupakan perwujudan dari usaha pemerintah untuk mencari alternatif pembiayaan bagi perusahaan perusahaan yang memerlukan barang-barang modal yang berteknologi tinggi serta mahal harganya. Arti pentingnya lembaga ini makin terasa dalam masa di mana pemerintah terpaksa menjalankan kebijaksanaan uang ketat, sehingga pembiayaan secara konvensional melalui lembaga perbankan dirasakan sangat sulit diperoleh. Meski di dalam praktiknya lembaga ini dapat digunakan sebagai alternatif pembiayaan yang cukup dapat diandalkan, namun perlu juga dicermati berbagai permasalahan
hukum yang timbul berkenaan dengan masuknya lembaga yang
berasal dari sistem hukum asing tersebut ke dalam Sistem
Hukum Perikatan Indonesia, untuk kemudian dicarikan jalan
keluarnya, sehingga lembaga ini dapat berkembang dengan baik dalam Sistem Hukum Perikatan Indonesia."
2003
T37728
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Koemoro Warsito
"ABSTRAK
Salah satu sektor jasa dalam perekonomian yang perlu
digali dalam rangka pemberdayaan perekonomian nasional guna
membantu Bangsa Indonesia keluar dari krisis ekonomi yang
berkepanjangan adalah Lelang, karena lelang memiliki fungsi
yang strategis dalam rangka memperlancar arus barang dan
memberikan pendapatan kepada masyarakat serta retribusi
kepada negara. Lelang secara keseluruhan telah ikut
berperan serta dalam perekonomian nasional namun belum
signifikan. Untuk meningkatkan perannya, perlu diketahui
dan diteliti melalui analisis yuridis yang dilakukan
terhadap ketentuan Vendu Reglemen t dan Vendu Instructie,
serta peraturan pelaksanaan yang meliputi dasar hukum
lelang, peran pemerintah, Balai Lelang, Pejabat Lelang dan
pungutan lelang, di samping analisis terhadap lelang dalam
praktek. Dari analisis tersebut terdapat kendala-kendala
yang perlu diupayakan untuk dibenahi dan disempurnakan
agar lelang lebih berperan dalam pemberdayaan perekonomian
nasional. Upaya tersebut adalah mengganti Vendu Reglemen t
dan Vendu Instructie yang sudah tidak sesuai lagi dengan
kondisi zaman dan pembenahan/penyempurnaan secara bertahap
terhadap peraturan dan mekanisme lelang yang lebih
profesional yang menyangkut penurunan tarif dan penyederhanaan jenis pungutan lelang, menyederhanakan
prosedur lelang, pengangkatan Pejabat Lelang yang mandiri,
dan independen dan profesional, memberikan peran lebih
besar kepada swasta/Balai Lelang. Berkenaan dengan upaya
tersebut jenis lelang sukarela yang memiliki potensi dan
prospek yang cukup besar dalam perekonomian nasional perlu
lebih diberdayakan dan dikembangkan. Namun upaya lain dalam
memasyarakatkan lelang perlu dilakukan pula melalui
sosialisasi kepada masyarakat dan dunia usaha secara terusmenerus.
Penelitian ini mempergunakan analisis normatif
deskriptif melalui penelitian kepustakaan dan wawancara
dengan para nara sumber yang dianggap mewakili (Probability
sampling)"
2003
T37715
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Windy Yuriko Porung
"ABSTRAK
Salah satu wujud teknologi yang dapat dinikmati sekarang
adalah komputer. Salah satu program yang dapat dinikmati
oleh berjuta-juta orang di dunia ini adalah internet.
Adapun fungsi dari internet adalah untuk membantu orang
berinteraksi, berkomunikasi, bahkan melakukan transaksi
perdagangan dengan cepat, mudah dan murah. Dari berbagai
macam kemudahan yang ditawarkan oleh media internet untuk
dapat menarik konsumen adalah dengan kegiatan lelang
melalui internet. Sejauh ini pelaksanaan kegiatan lelang
melalui internet belum ada peraturan khusus yang
mengaturnya. Bahkan kegiatan lelang itu sendiri masih
mengikuti aturan-aturan lelang yang lama yaitu Vendu
Reglement Stb. No. 189 tahun 1908, Vendu Instructie No.
190 tahun 1908, dan juga diatur dalam Keputusan Menteri
Keuangan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
304/KMK.01/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang,
Nomor 305/KMK.01/2002 tentang Pejabat Lelang, dan Nomor
306/KMK.01/2002 tentang Balai Lelang. Untuk mengetahui
lebih lanjut akan kegiatan lelang melalui internet
tersebut, maka penelitian ini menggunakan metode
kepustakaan yang bersifat yuridis normatif, dengan cara
mengkaji secara yuridis hubungan dan perbedaan
pelaksanaan lelang melalui internet dan pelaksaan lelang
menurut peraturan yang berlaku. Hasil yang didapat dari
penelitian menunjukkan bahwa kegiatan lelang melalui
internet belum memenuhi kriteria lelang menurut aturan
lelang yang berlaku. Lelang yang dilakukan oleh situssitus
internet hanya merupakan media penyedia jasa, namun
demikian tetap belum mengikuti aturan lelang yang
berlaku. Peraturan lelang yang berlaku sekarang ini sudah
tidak sesuai lagi, karena itu diperlukan suatu undangundang
lelang baru yang mampu menyesuaikan dengan
perkembangan jaman dan teknologi yang ada sekarang.
Selain itu dirasakan juga perlunya suatu peraturan khusus
yang mengatur masalah kegiatan lelang melalui internet."
2005
T37768
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Mustikaati
"Menurut Pasal 8 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000, apabila terbukti jumlah tunggakan pajak yang terutang tidak dilunasi setelah diterbitkan SKPKB atau SKPKBT sebagai dasar penagihannya, tindakan penagihan selanjutnya dilakukan dengan penerbitan Surat Teguran, Surat Paksa dan Perintah Melakukan Penyitaan. Kenyataannya di KPP Pratama Bandung Cibeunying, untuk Surat Paksa dan Penyitaan dievaluasi dan ditindak lanjuti rencana penagihannya. Diperlukan inisiatif dari KPP dengan berusaha keras mengumpulkan harta Wajib Pajak yang akan disita dan bekerjasama dengan instansi terkait. Untuk tindak lanjutnya sebaiknya KPP melakukan tindakan lelang, karena lelang merupakan cara penjualan harta yang bersifat transparan, di umumkan melalui surat kabar sehingga jelas akan memberi Pressure Psychologys bagi Wajib Pajak yang menunggak. Lelang harta merupakan senjata ampuh untuk cara penagihan terhadap Wajib Pajak yang menunggak, namun cara ini tidak digunakan KPP, terlihat dari rencana lelang tahun 2007 dan tahun 2008 untuk beberapa Wajib Pajak tidak pernah berhasil dan sebagian tidak pernah terjadi, akibatnya penerimaan negara dari pajak yang ditargetkan/direncanakan KPP tidak tercapai.

According to Article 8 paragraph (1) and (2) of Law Number 19 Year 2000, if proven to the amount of tax payable in arrears are not paid when Issued Tax Assessments or Assessments As the Basis For Billing, collection action is then performed with the Issuance Of Warning Letters, Letters and Forced Commands Conducting Foreclosure. In fact in KPP Pratama Bandung Cibeunying, for Forced and Foreclosure Letter not evaluated and no further follow-up billing plans. Necessary initiatives of KPP with trying hard to collect property TaxPayers will be confiscated and cooperate with relevant agencies. To follow up action should KPP auction, for auction is a method of selling property which is transparent, announced through the newspapers so clearly going to give Pressure Psychologys for delinquent TaxPayers. Auction property is a powerful weapon for how billing against a delinquent taxpayer, but this approach does not use the KPP was seen in the planned auction of the year 2007 and year 2008 for some TaxPayers never succeeded and some have never happened, as a result of tax revenues from the targeted countries planned is not achieved."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010
T27826
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rafika Ilhami
"Tesis ini membahas mengenai keabsahan akta risalah lelang terhadap objek lelangyang tidak berada dalam wilayah jabatan Pejabat Lelang Kelas II Studi KasusPT. M Finance Pekanbaru dan Pejabat Lelang Kelas II Bekasi . Objek lelangdalam tesis ini berada di wilayah Pekanbaru, sedangkan akta risalah lelang dibuatoleh Pejabat Lelang Kelas II Bekasi. Dalam praktiknya, terdapat Pejabat Lelangyang membuat akta risalah lelang yang objeknya tidak berada dalam wilayahjabatannya. Praktik ini tidak sesuai dengan peraturan yang diberikan dalamPeraturan Menteri Keuangan tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang yangmenetapkan bahwa seorang pejabat lelang hanya bisa mengeluarkan akta risalahlelang yang objeknya berada dalam wilayah jabatannya. Oleh karena itu, masalahpenelitian yang dibahas dalam tesis ini adalah bagaimana keabsahan akta risalahlelang terhadap objek lelang yang tidak berada dalam wilayah jabatan PejabatLelang Kelas II dan bagaimana akibat hukum bagi Pejabat Lelang Kelas II yangmembuat akta risalah lelang terkait objek lelang yang tidak berada dalam wilayahjabatannya. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif. Teknikpengumpulan data menggunakan studi dokumen. Hasil penelitian menemukanbahwa akta risalah lelang yang objeknya tidak berada dalam wilayah jabatanPejabat Lelang Kelas II adalah tidak sah. Risalah Lelang tidak dapatdiklasifikasikan sebagai akta otentik, namun menjadi akta biasa dan akibat hukumdari kasus ini adalah Pejabat Lelang dapat diberhentikan dengan tidak hormat. Kata Kunci : Lelang, Risalah Lelang, Pejabat Lelang
This thesis discusses the validity of an auction deed of auction objects which arenot in the jurisdiction of the Class II Auctioneer A Case Study of PT M FinancePekanbaru and the Class II Auctioneer of Bekasi . The auction objects in thisthesis were in Pekanbaru territory while the legal document of the auction, namelyRisalah Lelang, was made by a Class II Auctioneer in Bekasi. In practice, therewas an Auctioneer making a Risalah Lelang of several auction objects which werenot in his her legal territory. This practice was not in conformity with the rulesgiven in the Minister of Finance Regulation concerning the Auction Directivewhich stipulates that an Auctioneer can only issue auction deeds of auction objectwithin his her jurisdiction. Therefore, the research issues discussed in this thesisare the validity of the auction deed of auction objects which are not within theClass II Auctioneer rsquo s jurisdiction and its legal consequences for the Class IIAuctioneer who conducts the auction. The research method used in this theseswas normative juridical. Data collection technique used was the study ofdocuments. The research found that the auction deed of auction objects which areoutside the jurisdiction of the competent Auctioneer are not valid. The RisalahLelang can not be classified as an authentic deed, but becomes an ordinary deedand the legal effect of this case is the Auctioneer can be dishonorably discharged. Keywords Auction, Auction Deed, Auctioneer."
2017
T48326
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christie Lim
"Tesis ini membahas mengenai lelang atas sitaan pajak, khususnya perlindungan hukum terhadap pemenang lelang yang tidak mendapatkan hak atas objek lelang. Sebagai upaya untuk menyelesaikan utang pajak, kantor pajak menerbitkan surat untuk melaksanakan penyitaan terhadap perusahaan, yang kemudian dilanjutkan dengan melelang property dari anggota dewan pengawas perusahaan. Akan tetapi hakim membatalkan lelang tersebut dan menyatakan lelang tidak sah dan batal demi hukum. Permasalahan yang muncul dalam kasus ini adalah mengenai kesesuaian antara peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan dengan pertimbangan hakim dalam memeriksa kasus ini. Selain itu penulis juga menganalisis mengenai perlindungan hukum terhadap pemenang lelang yang lelangnya dibatalkan. Penelitian ini merupakan penelitian hukum yuridis normatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk meneliti norma-norma dan asas-asas hukum positif dalam kaitannya dengan kasus ini. Penulis menemukan bahwa pertimbangan dan putusan hakim Mahkamah Agung dalam putusannya Nomor 910 K/Pdt/2007 adalah sesuai dengan undang-undang di bidang perpajakan sementara pertimbangan dan putusan hakim Mahkamah Agung dalam putusannya Nomor 329 PK / Pdt / 2011 tidak sesuai dengan undang-undang di bidang perpajakan dan lelang. Penulis ini menyarankan agar pemerintah meningkatkan peraturan pajak, dan lelang untuk memberikan kejelasan tentang pembayar pajak perusahaan dan perlindungan hukum yang lebih baik bagi pembeli lelang yang tidak bisa memperoleh benda lelang.

This thesis discusses a problem in relation to tax foreclosure auction, particularly the legal protection of an auction purchaser which could not obtain the property right of an auction object. As an effort to settle a tax debt, a tax office issued a foreclosure letter to a company and then followed by seizing and auctioning a property of the company?s supervisory board member as the company?s tax insurer. Although the auction of the property was held by the state auction office, the judges of the Supreme Court declared that the auction was unlawful and cancelled the auction. The theses analyzed the problem that arose from this case, particularly the conformity between the tax legislation and the consideration of judges in examining this case. In addition, the writer also analyzed the legal protection of the purchaser which could not obtain the auction object. This research is a normative juridical law research. The research aims to examine the norm and principles of the positive law in relation to this case. The writer found that the consideration and the decision of judges of the Supreme Court decision No. 910 K / Pdt / 2007 is in compliance with the legislation in the field of taxation while those of the Supreme Court decision No. 329 PK / Pdt / 2011 is not in compliance with the legislation in the field of taxation and auction. This writer suggested that the government improves the tax and auction regulations to provide more clarity on the corporate tax payers and better legal protection for auction purchasers which could not obtain the auction objects."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2016
T46505
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rochmat Soemitro
Bandung: Eresco, 1987
658.84 ROC p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Wahyu Tanaji
"[ABSTRAK
Risalah Lelang merupakan akta otentik yang membuktikan telah terjadinya lelang
dan berfungsi sebagai alas hak untuk melakukan balik nama, khususnya dalam hal
objek lelang berupa tanah dan bangunan. Seperti halnya akta notaris, Risalah
Lelang dapat dibuat dalam bentuk minuta, salinan dan grosse. Minuta Risalah
Lelang merupakan arsip negara yang wajib disimpan dan dipelihara secara baik
oleh Juru Lelang/Kantor Lelang. Dalam penelitian ini, permasalahan muncul
sebagai dampak dari diterbitkannya surat keterangan sebagai pengganti salinan
Risalah Lelang oleh Kepala Kantor Lelang Negara, yang tidak memiliki minuta.
Mengenai bidang tanah/bangunan yang telah dijual lelang oleh Kantor Lelang
Negara tersebut, bagaimanapun, telah diterbitkan sertipikat Hak Guna Bangunan
atas nama pihak lain oleh Kantor Pertanahan sebagai tindak lanjut dari adanya
ketentuan konversi tanah berdasarkan UUPA. Selain itu, sertipikat Hak Guna
Bangunan tersebut telah pula ditingkatkan menjadi Hak Milik. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara prosedur lelang dan proses
konversi tanah yang telah dilakukan dengan peraturan-peraturan yang berlaku di
bidang hukum lelang dan pertanahan. Penelitian ini menggunakan bentuk yuridis
normatif dengan tipe diagnostik fact-finding. Jenis data yang digunakan adalah
data sekunder yang dianalis secara kualitatif sehingga menghasilkan laporan yang
bersifat diagnostik analisis. Penulis menyimpulkan bahwa lelang yang telah
dilakukan mengandung beberapa cacat prosedur dan surat keterangan sebagai
pengganti salinan Risalah Lelang tersebut tidak dapat diterima sebagai alat bukti
yang sah dan sempurna, namun hanya sebagai bukti permulaan.

ABSTRACT
An Auction Deed is an authentic deed to prove that an auction has occured and it
becomes the legal basis the transfer of title from a vendor to a purchaser,
particularly in relation to land and builidng. Similiar to a notary deed, The
Auction Deed may be drawn as a minute, an exemplified copy, and an
engrossment. As state archives, the minute of Auction Deeds must be kept and
maintained well by auctioneers. In this research, problems arise as a result of the
issuance of letters of evidence by the Head of State Auction Office as a substitute
for an exemplified copy of an auction deed, that do not has the minute. With
regard to the property sold by the aforementioned State Auction Office, however,
the Land Office has granted Building Rights Certificate under the name of other
people based on the conversion policy of land titles in conformity with the Basic
Agrarian Law (UUPA). Besides, The Building Rights has been increased into the
Ownership (Freehold) Rights. This study aims to examine the suitability of the
auction procedure, conversion of land rights procedure with the auction and land
regulations. The research uses normative juridical with fact-finding diagnostic.
The type of data used are secondary data were analyzed qualitatively so as to
produce a diagnostic report analysis. The writer concluded that there were flaws in
auction procedure and the letters of evidence could not be accepted as perfect and
convincing/legitimate evidence, but merely as preliminary evidence.;An Auction Deed is an authentic deed to prove that an auction has occured and it
becomes the legal basis the transfer of title from a vendor to a purchaser,
particularly in relation to land and builidng. Similiar to a notary deed, The
Auction Deed may be drawn as a minute, an exemplified copy, and an
engrossment. As state archives, the minute of Auction Deeds must be kept and
maintained well by auctioneers. In this research, problems arise as a result of the
issuance of letters of evidence by the Head of State Auction Office as a substitute
for an exemplified copy of an auction deed, that do not has the minute. With
regard to the property sold by the aforementioned State Auction Office, however,
the Land Office has granted Building Rights Certificate under the name of other
people based on the conversion policy of land titles in conformity with the Basic
Agrarian Law (UUPA). Besides, The Building Rights has been increased into the
Ownership (Freehold) Rights. This study aims to examine the suitability of the
auction procedure, conversion of land rights procedure with the auction and land
regulations. The research uses normative juridical with fact-finding diagnostic.
The type of data used are secondary data were analyzed qualitatively so as to
produce a diagnostic report analysis. The writer concluded that there were flaws in
auction procedure and the letters of evidence could not be accepted as perfect and
convincing/legitimate evidence, but merely as preliminary evidence.;An Auction Deed is an authentic deed to prove that an auction has occured and it
becomes the legal basis the transfer of title from a vendor to a purchaser,
particularly in relation to land and builidng. Similiar to a notary deed, The
Auction Deed may be drawn as a minute, an exemplified copy, and an
engrossment. As state archives, the minute of Auction Deeds must be kept and
maintained well by auctioneers. In this research, problems arise as a result of the
issuance of letters of evidence by the Head of State Auction Office as a substitute
for an exemplified copy of an auction deed, that do not has the minute. With
regard to the property sold by the aforementioned State Auction Office, however,
the Land Office has granted Building Rights Certificate under the name of other
people based on the conversion policy of land titles in conformity with the Basic
Agrarian Law (UUPA). Besides, The Building Rights has been increased into the
Ownership (Freehold) Rights. This study aims to examine the suitability of the
auction procedure, conversion of land rights procedure with the auction and land
regulations. The research uses normative juridical with fact-finding diagnostic.
The type of data used are secondary data were analyzed qualitatively so as to
produce a diagnostic report analysis. The writer concluded that there were flaws in
auction procedure and the letters of evidence could not be accepted as perfect and
convincing/legitimate evidence, but merely as preliminary evidence., An Auction Deed is an authentic deed to prove that an auction has occured and it
becomes the legal basis the transfer of title from a vendor to a purchaser,
particularly in relation to land and builidng. Similiar to a notary deed, The
Auction Deed may be drawn as a minute, an exemplified copy, and an
engrossment. As state archives, the minute of Auction Deeds must be kept and
maintained well by auctioneers. In this research, problems arise as a result of the
issuance of letters of evidence by the Head of State Auction Office as a substitute
for an exemplified copy of an auction deed, that do not has the minute. With
regard to the property sold by the aforementioned State Auction Office, however,
the Land Office has granted Building Rights Certificate under the name of other
people based on the conversion policy of land titles in conformity with the Basic
Agrarian Law (UUPA). Besides, The Building Rights has been increased into the
Ownership (Freehold) Rights. This study aims to examine the suitability of the
auction procedure, conversion of land rights procedure with the auction and land
regulations. The research uses normative juridical with fact-finding diagnostic.
The type of data used are secondary data were analyzed qualitatively so as to
produce a diagnostic report analysis. The writer concluded that there were flaws in
auction procedure and the letters of evidence could not be accepted as perfect and
convincing/legitimate evidence, but merely as preliminary evidence.]"
2015
T42676
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melania Adriani
"Tanah memiliki nilai ekonomi yang senantiasa meningkat disebabkan oleh faktor permintaan atas tanah dari masyarakat semakin tinggi sedangkan ketersediaan akan tanah tetap. Oleh karena itu, ketika terdapat harga tanah yang relatif murah jika dibandingkan dengan harga tanah yang ada di kawasan sekitarnya, hal tersebut akan banyak menarik calon pembeli. Salah satu cara untuk mendapatkan tanah adalah dengan membeli melalui lelang, dimana objek yang dilelang haruslah sesuai dengan deskripsi objek yang akan dibeli oleh pembeli lelang. Namun ada kalanya pembeli lelang tidak memperhatikan secara mendetail objek yang dibelinya, karena yang dipikirkannya hanyalah bagaimana cara memiliki objek tersebut. Persoalan yang terjadi adalah ketika lelang cessie ini dikatakan dapat membeli tanah dan bangunan dengan harga yang murah, padahal yang sebenarnya dibeli oleh pembeli adalah hak tagih. Dengan pembelian hak tagih tersebut, maka jaminan yang ada didalamnya akan ikut beralih tetapi pembeli hanya sebagai pemegang jaminan. Dalam tesis ini akan membahas mengenai status kepemilikan dari objek lelang yang dibeli melalui lelang cessie dan Pejabat Lelang yang berwenang untuk melaksanakannya. Adapun metode penelitian yang dipakai adalah yuridis normatif dengan studi kepustakaan dan didukung dengan wawancara kepada narasumber atau informan yang kompeten dalam bidangnya. Hasil dari penelitian ini adalah status kepemilikan dari objek lelang cessie ini, pembeli merupakan pemilik dari hak tagih dan sebagai pemegang dari jaminan tanah dan bangunan yang dibebankan Hak Tanggungan, dan lelang cessie ini termasuk jenis lelang noneksekusi sukarela karena pengalihan hak tagih tidak bersifat eksekutorial dimana kewenangannya dapat diberikan kepada Pejabat Lelang Kelas II.

Land as an asset has significant economic value that increases overtime due to its higher demand than supply. Therefore, when a land is being sold at a lower price than the market prices, it will attract many potential buyers. One of the ways to acquire land as an asset is through auction. However there are times when the auction buyers puts their attention in the wrong place, focusing on how to acquire the land instead of paying attention to the real object itself. Problems arise when cessie auction is labeled as an auction where the buyer can purchase the land as an asset at a lower price. Where in fact the actual object bought by the buyer is only the claim rights. With the purchase of the claim rights, the collateral as written on the agreement will be shifted to the buyer, however buyers are only the collateral holders with no right to own the asset. This thesis will discuss the ownership status of the auctioned object that has been purchased through cessie auction and the auctioneer. The research method used are normative juridical with literature study and supported by interviews with relevant individuals in the field. The result of this research shows that the buyer only owns the claim rights and the holder of land collateral that bears mortgage. Thus this cessie auction is classified as voluntary auction because the claim rights transfer is not considered as executorial where the authorization can be given to the class II auctioneer."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T53254
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryo Dharmajaya
"Perkembangan dan perubahan pelaksanaan serta berbagai hal yang terkait dengan lelang dalam mengikuti perkembangan masyarakat dapat dilihat antara lain dari perubahan rumusan tentang lelang dalam peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Peraturan tentang lelang di Indonesia diawali dengan Vendu Reglement (Peraturan Lelang) Stb. 1908 Nomor 189 dan Vendu Instructie (Instruksi Lelang) Stb.1908 Nomor 190.
Adanya peraturan lelang dan peraturan pelaksanaannya dimaksudkan agar pelaksanaan lelang di Indoneisa dapat berjalan secara adil, aman, cepat dan efisien, harga wajar serta menjamin adanya kepastian hukum. Namun dalam praktek di lapangan tidak selalu pelaksanaan lelang berjalan secara adil, aman, cepat, efisien dan adanya kepastian hukum sesuai dengan harapan yang diinginkan. Terbukti dari kasus yang terjadi di lapangan dimana si pemenang lelang tidak dapat memperoleh apa yang diharapkan dari pembelian tanah dan bangunan secara lelang yang adil, aman, cepat efisien dan mendapatkan kepastian hukum.
Kasus yang terjadi adalah antara PT. BUMIJAWA SENTOSA sebagai pemenang lelang yang membeli tanah dan bangunan gedung "Aspac" yang dibeli berdasarkan lelang yang diselenggarakan oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) melawan PT. MITRA BANGUN GRIYA .Dalam kasus ini PT. BUMIJAWA SENTOSA sebagai pemilik sah atas tanah dan bangunan gedung " Aspac", Kuningan, Jakarta Selatan, tidak dapat memiliki dan menguasai secara fisik tanah dan bangunan tersebut walaupun sertipikat tanah telah dibalik nama ke atas nama PT. BUMIJAWA SENTOSA, berdasarkan Surat Penetapan Pemenang yang ditetapkan oleh BPPN, karena PT MITRA BANGUN GRIYA sebagai pemilik awal tanah dan bangunan tersebut tidak mau melakukan pengosongan dan menyerahkan objek lelang kepada pemenang lelang.
Dengan metode pendekatan yuridis normatif dapat diketahui bahwa PT. BUMIJAWA SENTOSA adalah sebagai pembeli lelang yang beritikad baik, oleh karena itu haruslah mendapat perlindungan hukum berupa kepastian memproleh obyek lelang baik secara legal maupun secara fisik dan BPPN bertanggung jawab atas palaksanaan lelang agar tercapai pelelangan yang efisien, aman, adil, dan menjamin kepastian hukum.

Development and change in implementation as well as various matters related to auction in following the development society can be viewed from, among others, change in formulation on auction in applicable legislations. Regulation on action in Indonesia was started with Vendu Reglement (Regulation on Auction) Stb. 1908 Number 189 and Vendu Instrucie (Instruction on Auction) Stb. 1908 Number 190.
Regulation on auction and its executing regulation are aimed at making auction process in Indonesia runs fair, safe, quick and efficient, at proper price as well as provides with legal assurance. However, practice in field shows that not all auctions run fair, safe, quick, efficient, and provide with legal assurance according to that expected. It is proven from a case in field where the auction winner can not obtain what being expected from land and building purchased by fair, safe, quick, efficient and having-legal-assurance auction.
The case occurred between PT. BUMIJAWA SENTOSA as the auction winner purchasing land and building "Aspac" bought on the basis of auction conducted by National Banking Recovery Agency (BPPN) against PT. MITRA BANGUN GRIYA.In this case, PT. BUMIJAWA SENTOSA as a legal owner for the land and building "Aspact", Kuningan, South Jakarta, can not physically own and control the land and building although the certificate of land has been changed into on behalf of PT. BUMIJAWA SENTOSA, by virtue of Winner Certificate issued by BPPN since PT. MITRA BANGUN GRIYA as previous owner of the land and building would not clear out and transfer the auction object to auction winner.
Using normatively juridical approach, it is found that PT. BUMIJAWA SENTOSA as the auction winner has a good will, therefore, it shall be legally protected in form of assurance in obtaining auction object both legally and physically and BPPN shall be responsible to the auction process that efficient, safe, fair, and legal-assuring auction can be reached.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009
T25163
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>