Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saga Malela Aria Sabara
"Paralisis diafragma pasca operasi penyakit jantung bawaan dapat meningkatkan mortalitas dan morbitas pasien. Penegakkan diagnosa kelainan ini menjadi kunci untuk pengambilan keputusan tindak lanjut seperti plikasi diafragma. Fluoroskopi sebagai baku emas memiliki keterbatasan untuk dilakukan pada pasien pasca operasi penyakit jantung bawaan. Dari 2.287 operasi penyakit jantung yang dilakukan di RSJPDHK terdapat 41 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Median usia pasien 10 (1-119) bulan dan 43,9% berjenis kelamin laki-laki. Terdapat perbedaan bermakna pada jenis operasi yang dijalani. Dari hasil perhitungan didapatkan sensitivitas dan spesifisitas USG diafragma dibandingkan fluoroskopi pada subjek penelitian sebesar 100%(95%CI 82,35%-100%) untuk sensitivitas, dan 95.5%(95% CI 77,16%-99,88%) untuk spesifisitas. Lebih lanjut dilakukan perhitungan nilai prediksi positif dengan hasil 95%(95%CI 73,68%-99,27%) dan nilai prediksi negatif 100% (95% CI 83,89%-100%). Ultrasonografi memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik dibandingkan fluoroskopi sebagai metode diagnostik pada populasi dengan kecurigaan paralisis diafragma pasca operasi penyakit jantung bawaan dengan sensitivitas 100% dan spesifisitas 95.5%.

Diaphragmatic paralysis after congenital heart disease surgery can increase patient mortality and morbidity. Establishing a diagnosis of this disorder is key for making follow-up decisions such as diaphragm plication. Fluoroscopy as the gold standard has limitations for performing post-surgical patients with congenital heart disease.This study is a comparative diagnostic study that evaluates the ability of diaphragmatic ultrasound to diagnose diaphragmatic paralysis in patients with suspected diaphragmatic paralysis after surgery for congenital heart disease at RSJPDHK from June 2022 to May 2024. Each diaphragmatic ultrasound result was recorded and compared with the findings on fluoroscopy examination. Of the 2,287 heart surgery performed at RSJPDHK, there were 41 patients who met the inclusion and exclusion criteria. The median patient age was 10 (1-119) months and 43.9% were male. There are significant differences in the type of surgery undertaken. From the calculation results, it was found that the sensitivity and specificity of diaphragm ultrasound compared to fluoroscopy in research subjects was 100% (95% CI 82.35% - 100%) for sensitivity, and 95.5% (95% CI 77.16% - 99.88%) for specificity. Furthermore, the positive predictive value was calculated with results of 95% (95% CI 73.68%-99.27%) and negative predictive value of 100% (95% CI 83.89%-100%). Ultrasonography has good sensitivity and specificity compared to fluoroscopy as a diagnostic method in the population with suspected diaphragmatic paralysis after surgery for congenital heart disease with a sensitivity of 100% and a specificity of 95.5%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, Fathy Zuandi
"Latar belakang: Disfungsi Diafragma Diinduksi Ventilator  (DDDV) adalah salah satu komplikasi ventilator mekanis (VM) yang dapat terjadi pada 30-60% anak yang menggunakan VM. Namun demikian, berbagai penelitian menunjukkan hasil yang inkonsisten mengenai faktor risiko dan luaran DDDV.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi DDDV, berbagai faktor risiko, dan luarannya.
Metode: Sebuah penelitian observasional prospektif di ruang intensif anak rumah sakit rujukan tersier dilakukan dari Juli 2023 sampai Januari 2024. Anak usia 1 bulan sampai 18 tahun yang diintubasi selama lebih dari 24 jam diikutsertakan dalam penelitian. Ketebalan diafragma (tebal diafragma akhir ekspirasi dan fraksi ketebalan diafragma) diukur setiap hari menggunakan ultrasonografi dari nilai awal (dalam 24 jam) sampai luaran terjadi, atau maksimal sampai 7 hari VM. Berbagai faktor risiko dan luaran (sampai hari ke-14 observasi) dianalisis.
Hasil: Dari 100 subyek yang dianalisis, sebagian besar berusia <2 tahun (40%) dan mengalami pneumonia (48%). Insidens DDDV (laju atrofi >10%) adalah 47% dengan median laju atrofi 2,2% per hari. Diantara 7 faktor risiko yang dianalisis, sepsis, kortikosteroid, dan VM >72 jam menunjukkan hubungan yang signifikan dengan DDDV dengan risiko relatif secara berurutan 1,7 (IK 95% 1,2-2,5), 1,9 ( IK 95% 1,2-2,9), 10,6 (3,5-31,9). Akan tetapi pada analisis multivariat malnutrisi berat dan durasi VM lebih lama yang bermakna secara statistik sebagai faktor risiko DDDV. DDDV secara bermakna berhubungan dengan peningkatan gagal penyapihan, kejadian pneumonia terkait ventilator, dan lama rawat RIA yang lebih panjang.
Simpulan: Insidens DDDV pada anak cukup signifikan. Penggunaan VM lebih dari 72 jam dan malnutrisi berat teridentifikasi sebagai faktor risiko DDDV yang kemudian berkaitan dengan luaran klinis yang lebih buruk.

Background: Ventilator-induced diaphragmatic dysfunction (VIDD) is one of the complications of mechanical ventilators occurring in 30-60% of ventilated children. However, several studies show inconsistent findings on risk factors and outcomes of VIDD.
Objective: This study aimed to identify VIDD, VIDD risk factors, and PICU outcomes.
Methods: A prospective observational study in the PICU of a tertiary referral hospital was conducted from July 2023 to January 2024. Children aged 1 month to 18 years old who were intubated for over 24 hours were recruited. Diaphragm thicknesses (end-expiration diaphragm thickness and thickening fraction) were measured daily using ultrasonography from baseline (first 24 hours) until outcomes occurred or, at most, on 7 days of ventilation. Several risk factors and outcomes (up to the 14th observation’s day) were analyzed.
Results Of 100 subjects analyzed, predominantly were under two years old (40%) and had pneumonia (48%). The incidence of VIDD (in terms of atrophy rate >10%) was 47% and the median daily atrophy rate was 2.2%/day. Of 7 risk factors analyzed, sepsis, corticosteroid, and ventilation >72 hours were identified as risk factors with significant relative risks of 1.7 (CI 1.2-2.5), 1.9 (CI 1.2-2.9), 10.6 (CI 3.5-31.9), consecutively. However, on multivariate analysis, only longer ventilation time and severe malnutrition showed significant association. VIDD was significantly associated with increased weaning failure, higher rate of ventilator-associated pneumonia, and longer PICU stay.
Conclusion: A significant amount of VIDD was found in children. Ventilator usage for more than 72 hours and severe malnutrition are identified as major risk factors for VIDD which is further associated with poorer outcomes.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Muhammad Idris
"ABSTRAK
Sering sekali dijumpai di lapangan struktur balok lantai jembatan maupun gedung berupa struktur grid. Akan tetapi struktur-struktur tersebut tidak dianalisa sebagal struktur grid, melainkan dianalisa sebagai balok sederhana (simple beam) dengan cara menganalisanya satu-persatu. Balok melintang dianalisa terlebih dahulu baru kemudian balok memanjangnya, atau sebaliknya. Karena itu akan dicoba dibandingkan antara analisa struktur grid dengan analisa struktur balok sederhana (simple beam).
Analisa struktur grid dilakukan dengan metode kekakuan dengan menggunakan bantuan program aplikasi komputer SAP 2000. Beban yang bekerja mengacu kepada Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya tahun 1987 (PPPJJR 1987).
Dari hasil perbandingan menunjukkan bahwa gaya-gaya dalam berupa momen lentur dan gaya lintang yang ter adi pada analisa struktur grid lebih kecil dibandingkan dengan analisa struktur simple beam.

"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S35651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeherdian
"Pelat lantai memegang peranan yang penting di dalam suatu bangunan, karena di atas bagian struktur inilah beban-beban kerja akan bekerja. Saat terjadi gempa bumi, maka pelat Iantai akan mengalami gaya lateral yang bekerja searah bidang datar pelat sehingga dengan hal ini, pelat Iantai berperan sebagai diafragma. Pada umumnya diafragma lantai selalu diasumsikan kaku di dalam analisa sistem struktur, tetapi pada saat kondisi-kondisi tertentu terjadi pada diafragma, maka sesungguhnya diafragma tersebut bersifat fleksibel. Kondisi tersebut dapat berupa petal terbuat dari kayu, terdapat banyak bukaan pada pelat, atau akibat terlalu langsingnya denah bangunan. Kelangsingan denah bangunan ini akan memberikan dampak terhadap fleksibilitas dari suatu pelat lantai yang pada pembebanan gempa bumi akan berperan sebagai diafragma fleksibel."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sahlan Zamaa
"ABSTRAK
Praktik residensi keperawatan medikal bedah peminatan sistem respirasi memiliki
tujuan untuk menjalankan tiga peran utama ners spesialis yaitu sebagai manajer
kasus, pemberi pelayanan dan innovator. Sebagai manajer kasus, ners spesialis
mengelola kasus utama pada pasien tuberkulosis dan diabetes melitus tipe 2 serta
30 kasus resume dengan mengaplikasikan teori Roy Adaptation Model pada asuhan
keperawatan yang diberikan. Masalah keperawatan utama yang paling sering
muncul pada pasien dengan gangguan sistem respirasi yaitu bersihan jalan napas
tidak efektif dan pola napas tidak efektif. Sebagai pemberi layanan, ners spesialis
telah menerapkan intervensi keperawatan berdasarkan pembuktian yaitu latihan
pernapasan diafragma pada pasien penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Inovasi
keperawatan yang dilakukan yaitu diskusi interaktif pada pasien tuberkulosis untuk
meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalankan pengobatan tuberkulosis
sampai tuntas.

ABSTRACT
Residential clinical practice medical surgical nursing specializing at implementing
three of primary roles of nurse specialists including case managers, healthcare
providers and innovators. As a case managers, the specialist nurse managed primary
cases of patient with tuberculosis and type-2 diabetes mellitus along with 30 cases
of resume with Roy Adaptation Model approach. The most often found nursing
diagnosis during the clinical practice were ineffective airway clearance and
ineffective breathing pattern. As a healthcare provider, the specialist nurse have
implemented an evidence based nursing intervention which diaphragmatic
breathing exercises for patients with chronic obstructive pulmonary disease
(COPD). Innovation in nursing performed was interactive discussion involving
patients as obedience encouragement to tuberculosis medication until the
completion of the medication regimen"
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Wildan Al Baihaqi
"ABSTRACT
Desain gedung aula olahraga pada karya tulis ini memiliki keunikan dan nilai positif tersendiri. Gedung ini memiliki aula olahraga yang bertingkat sehingga membuat efisiensi lahan tentu meningkat. Tetapi bagunan ini memiliki lantai disekelilinnya yang cukup ramping dan memanjang sehingga menarik untuk dibahas. Penelitian ini menggunakan analisa respon spectrum untuk melihat perilaku bangunan dan gaya static diafragma untuk menganalisis diafragma. Selain itu, struktur ini menggunakan perletakan sendi di platformnya. Hal ini menarik untuk divariasikan dengan perletakan fleksibel. Sehingga platform dengan perletakan fleksibel dapat berfungsi sebagai tune mass damper. Hal yang divariasikan adalah jenis diafragma, jenis perletakan, jumlah lantai dan kombinsasi perletakan.

ABSTRACT
The design of sport hall building in this paper has its own uniqueness and added value. This building has a multi-story sports hall that makes land efficiency certainly increase. But this building has a floor that is quite slim and elongated so it is interesting to discuss. This study uses spectrum response analysis to look at building behavior and the force of static diaphragms to analyze the diaphragm. In addition, this structure uses joint support on its sports hall platform. This is interesting to be varied with flexible placement. So that the flexible placement platform can function as a tune mass damper. The things that were varied were the type of diaphragm, type of platform support, number of story and support combination."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Franky Indra Wijaya
"Latar Belakang: Angka mortalitas penyakit kritis menurun di seluruh dunia, namun pasien yang selamat mengalami disabilitas fungsional yang signifikan akibat penghancuran otot. Kelemahan otot yang terjadi pada pasien ICU (Intensive Care Unit) ini disebut sebagai ICU-AW (Intensive Care Unit Acquired Weakness). Penilaian tebal otot diafragma telah dipakai untuk memprediksi usaha napas dan penggunaan ventilator. Pennation angle merupakan pola susunan serat otot dalam hubungannya dengan aksis otot yang berfungsi sebagai penghasil kekuatan otot.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan perubahan pennation angle otot rektus femoris yang berhubungan terhadap perubahan tebal otot diafragma.
Metode: Sebanyak 34 subjek penelitian yang dirawat di Intensive Care Unit dengan menggunakan ventilasi mekanik, dilakukan penghitungan tebal otot diafragma dan pennation angle otot rektus femoris hari pertama hingga hari kelima perawatan menggunakan ultrasonografi. Kemudian dihitung rasio perubahan pennation angle otot rektus femoris dan perubahan tebal otot diafragma serta dilakukan analisa korelasi.
Hasil: Tidak terdapat korelasi antara rasio perubahan pennation angle otot rektus femoris dengan rasio perubahan tebal otot diafragma hari kedua hingga kelima (R = 0,041 - 0,211, p = 0,231 - 0,816). Terdapat korelasi sedang hingga kuat antara rasio perubahan pennation angle otot rektus femoris hari kedua hingga kelima dengan pennation angle otot rektus femoris hari pertama (R = -0,615 hingga -0,777, p = 0,001). Terdapat korelasi sedang hingga kuat antara rasio perubahan pennation angle otot rektus femoris hari kedua hingga kelima dengan pennation angle otot rektus femoris hari kedua hingga kelima (R = 0,471 - 0,728, p = 0,001 - 0,005). Terdapat korelasi sedang hingga kuat antara rasio perubahan tebal otot diafragma hari kedua hingga kelima dengan tebal otot diafragma hari pertama (R = -0,538 hingga -0,710, p = 0,001).
Kesimpulan: Tidak terdapat korelasi antara rasio perubahan pennation angle otot rektus femoris dengan rasio perubahan tebal otot diafragma. Terdapat korelasi negatif antara rasio perubahan pennation angle otot rektus femoris hari kedua hingga hari kelima dengan pennation angle otot rektus femoris hari pertama. Terdapat korelasi positif antara rasio perubahan pennation angle otot rektus femoris hari kedua hingga kelima dengan
pennation angle otot rektus femoris hari kedua hingga kelima. Terdapat korelasi negatif antara rasio perubahan tebal otot diafragma hari kedua hingga hari kelima dengan tebal otot diafragma hari pertama.

Background: Critical disease mortality rates decline worldwide, but survivors experience significant functional disability due to muscle destruction. Muscle weakness that occurs in ICU patients is referred to as ICU-AW. Assessment of diaphragm muscle thickness has been used to predict breathing effort and ventilator use. Pennation angle is a pattern of muscle fibers in relation to muscular axis that functions as a muscle strength.
Purpose: Determine the changing ratio in pennation angle of the rectus femoris muscle which is associated with changing ratio of diaphragm muscle thickness.
Methods: 34 research subjects who were admitted to the Intensive Care Unit using mechanical ventilation, thickness of diaphragm muscle and pennation angle of the rectus femoris muscle were measured on the first day until the fifth day of treatment using ultrasonography. Then the changing ratio of diaphragm muscle thickness and the changing ratio of pennation angle of the rectus femoris muscle were calculated on the second to the fifth day then the correlation analysis were done.
Result: There was no correlation between the changing ratio of pennation angle of the rectus femoris muscle with the changing ratio of diaphragm muscle thickness on the second to the fifth day (R = 0.041 - 0.211, p = 0.231 - 0.816). There was a moderate to strong correlation between the changing ratio of pennation angle of the rectus femoris muscle on the second to the fifth day with pennation angle of the rectus femoris muscle on the first day (R = -0,615 to -0,777, p = 0.001). There was a moderate to strong correlation between the changing ratio of pennation angle of the rectus femoris muscle on the second to the fifth day with pennation angle of the rectus femoris muscle on the second to the fifth day (R = 0.471 - 0.728, p = 0.001 - 0.005). There was a moderate to strong correlation between the changing ratio of diaphragm muscle thickness of the second to the fifth day with the diaphragm muscle thickness on the first day (R = -0,538 to -0,710, p = 0.001).
Conclusion: There is no correlation between the changing ratio of pennation angle of the rectus femoris muscle with the changing ratio of diaphragm muscle thickness. There is a negative correlation between the changing ratio of pennation angle of the rectus femoris muscle on the second to the fifth day with the first day of pennation angle of the rectus femoris muscle. There is a positive correlation between the changing ratio of pennation angle of the rectus femoris muscle on the second to the fifth day with the rectus femoris muscle pennation angle on the second to the fifth day. There is a negative correlation between the diaphragm thickness changes on the second to the fifth day with the thickness of the diaphragm muscle on the first day.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Darma Putra
"Penggunaan ventilasi mekanis pada pasien kritis tidak dapat dihindarkan namun dapat menyebabkan ventilator-induced lung injury (VILI) dan ventilator-induced diaphragm dysfunction (VIDD). Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara volume tidal rendah (6 ml/kgBB) dan tinggi (10 ml/kgBB) terhadap disfungsi diafragma. Penelitian ini merupakan sebuah randomized controlled trial yang dilakukan di ruang perawatan intensif, RS Cipto Mangunkusumo. Pasien secara random masuk ke kelompok volume tidal 6 ml/kgBB dan 10 ml/kgBB, dan diikuti selama 72 jam (3 hari) untuk dinilai adanya disfungsi diafragma. Disfungsi diafragma dinilai menggunakan alat ultrasonografi, menggunakan kriteria ekskursi dan fraksi ketebalan diafragma. Variabel lain yang dinilai dalam penelitian ini ialah kadar interleukin-6.Sebanyak 52 pasien dilakukan randomisasi. Sebanyak total 45 pasien menyelesaikan studi. Tidak terdapat perbedaan karakteristik dasar sampel pasien pada kedua kelompok volume tidal. Sebanyak 37.8% pasien mengalami disfungsi diafragma pada hari ketiga. Tidak terdapat perbedaan proporsi disfungsi diafragma pada kedua kelompok volume tidal baik menggunakan kriteria ekskursi, fraksi ketebalan, maupun salah satunya. Terdapat perbedaan rerata interleukin-6 hari nol antara kelompok dengan dan tanpa disfungsi diafragma hari ketiga sebesar 332.29 pg/mL (p=0.024). Sebagai kesimpulan, volume tidal 6 ml/kgbb dan 10 ml/kgbb tidak berbeda dalam mencegah disfungsi diafragma pada pasien kritis. Interleukin-6 memiliki pengaruh terhadap disfungsi diafragma.

The use of mechanical ventilation is inevitable for critically ill patients yet it causes tremendous side effect of ventilator-induced lung injury (VILI) and ventilator-induced diaphragm dysfunction (VIDD). This study is aimed to examine the effect of low tidal volume (6 ml/kgBW) and high tidal volume (10 ml/kgBW) to diaphragm dysfunction. This is a randomized controlled trial conducted at intensive care unit (ICU) of Cipto Mangunkusumo Hospital. Patients were randomly allocated to tidal volume of 6 ml/kgBW or 10 ml/kgBW and were followed for 72 hours (3 days). At the end of the 72 hours, patients were assessed for diaphragm dysfunction. Diaphragm dysfunction is assessed by ultrasonography with excursion and thickness fraction criteria. Interleukin-6 was also examined. Of 52 patients who were randomized, 25 were on 6 ml/kgBW group and 27 were on the other. There were 45 patients finishing the study. The baseline characteristics of the sample was not different among the two groups. We found 37.8% patients with diaphragm dysfunction on day-3 but no significant proportion difference among the two groups. Diaphragm dysfunction was assessed with excursion, fraction of thickness criteria. We found 332.29 pg/mL mean difference between interleukin-6 on patients with and without diaphragm dysfunction on day-3 (p=0.024). In conclusion, tidal volume of 6 ml/kgBW and 10 ml/kgBW is not different in preventing diaphragm dysfunction on critically ill."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Chandra Widjanantie
"Penyakit refluks gastroesofagus (GERD) merupakan kondisi kronik yang terjadi akibat asam lambung naik ke esofagus. COVID-19 dapat memperburuk gejala GERD dan berdampak pada fungsi pernapasan. Latihan diafragma mampu memperbaiki gejala GERD, namun efektivitasnya pada orang dewasa dengan GERD pasca COVID-19 belum pernah diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas latihan diafragma modifikasi terhadap gejala GERD, tekanan inspirasi maksimal (TIM), ekskursi diafragma, dan fungsi paru. Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar tunggal pada bulan September 2022 sampai April 2023 di Rumah Sakit Persahabatan. Dari data rekam medis terdapat 364 pasien yang mengalami gejala gastrointestinal persisten. Dari data pasien tersebut, 302 pasien mengalami gejala sebelum COVID-19 dan 62 pasien setelah COVID19. Sebanyak 55 pasien memenuhi kriteria inklusi dan lolos kriteria eksklusi. Selanjutnya dialokasikan secara random pada kelompok uji (n = 25) dan kontrol (n = 25), dan 5 pasien menjalani penelitian pendahuluan. Latihan diafragma selama empat minggu terdiri atas latihan diafragma modifikasi atau latihan diafragma standar. Evaluasi dilakukan 30 hari setelah latihan pertama. Dibandingkan dengan kelompok kontrol, kelompok uji menunjukkan peningkatan bermakna pada tekanan inspirasi maksimal (TIM; 42,68 cmH2O ± 16,46 vs. 55,40 cmH2O ± 20,33 dan 74,80 cmH2O ± 20,33 vs. 68,68 cmH2O ± 21,25), ekskursi diafragma kanan (4,75 cm ± 0,98 vs. 4,97 cm ± 0,93 dan 6,84 cm ± 0,92 vs. 5,57 cm ± 0,95), dan ekskursi diafragma kiri (4,42 cm ± 0,86 vs. 4,70 cm ± 0,85 dan 6,48 cm ± 0,78 vs. 5,33 cm ± 0,90). Selain itu, baik kelompok uji sebelum-dan-sesudah maupun kelompok kontrol mengalami penurunan bermakna pada skor GERDQ (10,44 ± 2,00 vs. 1,84 ± 2,17 dan 8,64 ± 0,57 vs. 3,32 ± 1,49), dengan nilai p < 0,001. Latihan diafragma meningkatkan nilai kapasitas vital paksa (KVP), tidak meningkatkan nilai volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1) maupun rasio antara volume ekspirasi paksa detik pertama dan kapasitas vital paksa (VEP1/KVP), tidak bermakna secara statistik (p > 0,05). Latihan diafragma modifikasi pada orang dewasa setelah COVID-19 dengan GERD meningkatkan TIM dan ekskursi diafragma, serta mengurangi gejala refluks gastroesofageal yang terlihat dari perbaikan skor GERDQ.

Gastroesophageal reflux disease (GERD) is a common chronic condition characterized by stomach acid reflux into the esophagus. COVID-19 may worsen GERD symptoms and impact respiratory function. Diaphragmatic training has demonstrated potential effectiveness in managing GERD symptoms, but its effectiveness in adults with GERD after COVID-19 is unknown. This study aimed to examine the effectiveness of modified diaphragmatic training (MDT) on GERD symptoms, maximum inspiratory pressure (MIP), diaphragmatic excursion, and lung function in this population. This single-blinded randomized control trial was conducted from September 2022 to April 2023 at Persahabatan Hospital. The research team evaluated the medical records of 364 patients presenting persistent gastrointestinal symptoms; among these potential participants, 302 reported symptoms before COVID-19 infection, while 62 developed symptoms after being infected with COVID-19. After applying the study's inclusion and exclusion criteria, a total of 55 patients were selected and randomly assigned to either the intervention group (n = 25) or the control group (n = 25), and 5 patients were enrolled in the preliminary research. The intervention phase consisted of four weeks of diaphragmatic training, wherein participants received either modified diaphragmatic training (MDT) or standard diaphragmatic training. Following the training period, a follow-up assessment was conducted 30 days from the initiation of the intervention. In comparison to the control group, the intervention group demonstrated significant improvements in maximum inspiratory pressure (MIP; 42,68 cmH2O ± 16,46 vs. 55,40 cmH2O ± 20,33 and 74,80 cmH2O ± 20,33 vs. 68,68 cmH2O ± 21,25), right diaphragmatic excursion (RDE; 4,75 cm ± 0,98 vs. 4,97 cm ± 0,93 and 6,84 cm ± 0,92 vs. 5,57 cm ± 0,95), and left diaphragmatic excursion (LDE; 4,42 cm ± 0,86 vs. 4,70 cm ± 0,85 and 6,48 cm ± 0,78 vs. 5,33 cm ± 0,90). Additionally, both the pre–post-intervention group and the control group exhibited significant reductions in GERDQ scores (10.44 ± 2.00 vs. 1.84 ± 2.17 and 8.64 ± 0.57 vs. 3.32 ± 1.49, respectively), with a p-value < 0.001. Diaphragmatic training resulted in increased forced vital capacity (FVC), forced expiratory volume in the first second (FEV1) and the ratio of forced expiratory volume in the first second to forced vital capacity (FEV1/FVC), these differences were not statistically significant in both groups (p > 0,05). MDT in adults post-COVID-19 with GERD enhanced MIP and diaphragmatic excursion, along with a reduction in symptoms of GERD as evidenced by improvements in GERDQ scores."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ho, Aaron H.-P., editor
"Latar Belakang: Ventilasi mekanik diperlukan pasien kritis di unit perawatan intensif dengan tujuan menormalkan kadar gas darah arteri dan menyeimbangkan kadar asam basa, namun penggunaan ventilasi mekanik yang berkepanjangan dapat menyebabkan terjadinya Ventilator Associated Pneumonia, cedera paru, infeksi nosokomial, dan sepsis. Ketebalan diafragma memiliki korelasi signifikan dengan lama penggunaan ventilasi mekanik. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan faktor-faktor risiko dengan ketebalan diafragma pasien kritis di ICU, sehingga dapat membantu untuk memprediksi lamanya penggunaan ventilasi mekanik.
Metode: Penelitian ini merupakan studi analitik observasional terhadap 30 subjek penelitian yang memenuhi kriteria penerimaan selama periode September 2018- Desember 2018 di Ruang Perawatan Intensif RSUP Dr. Mohammad Hoesin. Ketebalan diafragma pasien kritis yang menggunakan ventilasi mekanik diukur pada hari ke-0, ke-3, ke-5 dan kemudian dibandingkan.
Hasil: Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ventilasi mekanik didominasi oleh laki-laki (63,33 %), usia 40-70 tahun (63,33%), dengan status nutrisi kategori tidak obes (90%). Penurunan ketebalan diafragma signifikan terjadi pada hari ke-3 (nilai P = 0,026). Penurunan ketebalan diafragma memiliki hubungan yang bermakna dengan RNL (nilai P = 0,003), kadar prealbumin (nilai P = 0,025), IMT (nilai P = 0,015), sepsis (nilai P = 0,010), dan pemberian albumin artifisial (nilai P = 0,013). Sedangkan usia (nilai P = 0,603), jenis kelamin (nilai P = 0,906), opioid (nilai P = 0,315), dan kadar glukosa (nilai P = 0,303) menunjukkan hubungan yang tidak bermakna secara statistik.
Simpulan: Penurunan ketebalan diafragma terjadi pada subjek yang menggunakan ventilasi mekanik dipengaruhi oleh RNL, kadar prealbumin serum, IMT, sepsis, dan penggunaan albumin intravena, namun tidak dipengaruhi usia, jenis kelamin, penggunaan opioid, dan pemberian infus albumin intravena.

Background: Mechanical ventilation required by critical patients in intensive care unit to normalizing arterial blood gas and balancing acid-base levels, but prolonged use of mechanical ventilation can cause ventilator associated pneumonia, lung injury, nosocomial infections, and sepsis. Diaphragm thickness has a significant correlation with the duration of mechanical ventilation uses. This study aims to analyze the relations of risk factors with the thickness of the diaphragm of critical patients in the ICU. Hopefully it can help to predict the length of the mechanical ventilation uses.
Methods: This study was an observational analytic study of 30 research subjects who met the acceptance criteria during the period September 2018-January 2019 in the Intensive Care Unit of Dr. Mohammad Hoesin Hospital. The diaphragm thickness of critical patients using mechanical ventilation was measured on the 0th, 3rd, 5th and then compared by days.
Results: The study showed that the use of mechanical ventilation was dominated by men (63.33%), ages 40-70 years (63.33%), with nutritional status in the category of not obese (90%). A significant decrease in the thickness of the diaphragm occurred on the 3rd day (p-value = 0.026). The decrease in diaphragm thickness has a significant relations with RNL (p-value = 0.003), prealbumin level (p-value = 0.025), BMI (p-value = 0.015), sepsis (p-value = 0.010), and artificial albumin (p-value = 0.013). Whereas age (p-value = 0.603), gender (p-value = 0.906), opioid (p-value = 0.315), and glucose level (p-value = 0.303) showed a relations that did not reach statistical significance.it
Conclusion: The decrease in diaphragm thickness occurred in subjects using mechanical ventilation affected by RNL, serum prealbumin levels, BMI, sepsis, and intravenous albumin uses, but were not affected by age, sex, opioid use, and intravenous albumin infusion.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>