Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Godam Pariyanto
"Perusahaan di dalam mengambil keputusan untuk bisnis, harus melihat kepada aspek keuangan, marketing dan kemampuan sarana fasilitas yang tersedia. Seperti halnya Depot Solo sebagai salah satu profit centre Pertamina Unit PPDN N Semarang, saat ini dirasakan belum diberdayakan dan dimanfaatkan sesuai kemampuannya.
Berdasarkan perhitungan dan analisa SWOT Pertamina Depot Solo terhadap aspek biaya operasi distribusi, ragam produk dan sarana fasilitas yang tersedia, memperlihatkan bahwa :
1. Sarana fasilitas Depot Solo untuk mengelola BBM (Premium) sudah sangat terbatas, sehingga harus lembur rata-rata setiap hari 2 jam.
2. Harus ada restrukturisasi pola suplai dan distribusi BBM/NBBM :
- Praduk BBM Premium dialihkan dari Depot Solo ke Depot Rewulu.
- Produk NBBM Elpiji disuplai dari SPPBE Restugas Aji dan Depot Solo.
3. Memberdayakan dan memanfaatkan Depot Solo sesuai dengan kemampuan bisnisnya :
- Memanfaatkan SDM yang ada untuk mengelola NBBM, dengan penghematan per tahun biaya operasi distribusi BBM Rp. 417.750.900,- dan biaya operasi distribusi NBBM (Elpiji) Rp. 50.882.708,
- Memanfaatkan peluang pasar elpiji tabung isi 12 kg sebesar 920 buah per hari untuk dikelola Depot Solo.
4. Merumuskan manajemen strategi Depot Solo:
- Strategi Korporat, fokus pada produk Non BBM (Single Line of Business).
- Strategi Bisnis, fokus efisiensi biaya operasi distribusi.
- Strategi Fungsional, mengoptimalkan sarana fasilitas, menggarap dan memanfaatkan peluang pasar elpiji, meminimalkan biaya pemeliharaan dan pegawai, memanfaatkan karyawan yang ada dengan optimal.
Posisi Depot Solo secara internal masih cukup kuat dan harus memanfaatkan peluang tersebut secara optimal, dengan fakus pada bisnis produk Non BBM Pelumas dan Elpiji.

If the Firm to take decision for business, must see for finance, marketing and facility of capability aspect. Like as Depot Solo is one of profit Centre Company from Pertamina Semarang Domestic Marketing and Distribution Business Unit, now it isn't used and exerted to fit of its potency.
For the basic account and SWOT analysis from Pertamina Depot Solo with respect to distribution operation cost, kind of product and facility aspect, it seems that:
1. Facility of Depot Solo is limited for Gasoline management, for that it must have to pay over time two hours per day.
2. It must have structural change for Gasoline/Non Gasoline supply and distribution :
- Gasoline product is moved from Depot Solo to Depot Rewulu.
- Elpiji product is supplied by SPPBE Restugas Aji and Depot Solo.
3. Depot Solo must use and exert to fit of its business potency :
- To use Human Resources for non gasoline management, it can save per year for gasoline distribution operation cost 417,750,900.00 rupiahs and elptll distribution cost 50, 882, 708.00 rupiahs.
- To use elpiji market opportunity for 12 kg tube about 920 unit per day.
4. Depot Solo formulates management strategy :
- Corporate Strategy, focus for Non Gasoline (Single Line of Business).
- Business Strategy, focus for distribution operation cost efficiency.
- Functional Strategy, optimal facility, to work and to use elpiji market opportunity, to minimize maintenance and employee cost, to use optimal employee.
Internal position of Depot Solo is enough still strong and it must use optimal opportunity with the focus for non gasoline Pelumas and Elpiji product business.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T5854
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Wahyuning M. Irsyam
"History of Depok, a city in Jawa Barat Province, Indonesia, from 1950 to 1990s."
Jakarta: Yayasan Obor, 2017
959.824 TRI b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nukman Helwi Moeloek
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Jabidi
"Proses distribusi LPG berawal dari pengadaan LPG yang diproduksi mulai dari kilang, selanjutnya di distribusikan ke depot terus SPPBE. Dari SPPBE ini, produk LPG mulai dilakukan pengisian ke tabung (3, 12 dan 50 Kg) yang selanjutnya di salurkan ke agen-agen. Kemudian agen LPG ini mendistribusikan ke sub agen. Mata rantai pendistribusian LPG yang dilakukan berjenjang tersebut perlu diatur secara sistematis dan perlu dilakukan analisa optimasi distribusi dari titik utama suplai sampai mata rantai dibawah-nya untuk mengetahui ke-efektifan dan ke-ekonomian dari sistem distribusi tersebut.
Perhitungan optimasi sistem distribusi ini dilakukan menggunakan Solver aplikasi dari microsoft office excel. Dari hasil perhitungan di dapat bahwa untuk mencukupi kebutuhan sampai dengan tahun 2020, perlu dilakukan penambahan tanki penyimpanan di Depot Tanjung Priok dan penambahan unit SPPBE di masing-masing daerah yang menjadi unit operasinya. Penambahan yang perlu dilakukan yaitu 2 unit tanki kapasitas 250 MT dan 2 unit tanki kapasitas 2500 MT. Dengan total biaya pengembangan kapasitas dan biaya operasional dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2020 sebesar Rp. 670.35 Milyar. Sedangkan untuk penyediaan SPPBE perlu juga dilakukan penambahan unit SPPBE sebanyak 29 unit yang tersebar di masing-masing daerah yang menjadi daerah penyaluran distribusi LPG dari Depot Tanjung Priok. Dengan total biaya pengembangan unit SPPBE, operasional dan biaya penyaluran dari Depot ke SPPBE dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2020 adalah sebesar Rp. 1,007.25 Milyar.

LPG distribution process begins with the procurement of LPG produced from refinery, subsequently distributed to the depot continued to SPPBE. From this SPPBE, LPG products started filling the tube (3, 12 and 50 Kg) and then distributed to the agents. LPG agency then distributes to the sub-agent. LPG distribution chain which is made by stages needs to be regulated systematically and optimization analysis of the distribution needs to be done from the main point of supply to the underlying chain to determine the effectiveness and economy of the distribution system.
Distribution system optimization is done using the Solver application from Microsoft Office Excel. From the calculation results acquired that in order to provide requirement for up to 2020, Tanjung Priok Depot needs to add storage tanks and also needs to add SPPBE units in distribution areas. The additions are 2 units tank with capacity of 250 MT and 2 units tank with capacity of 2500 MT. Total amount that needs to invest (capex&opex) from 2010 up to 2020 is Rp. 670.35 Billion. As for the supply of SPPBE should also be added 29 units in LPG distribution area from Tanjung Priok Depot. The total cost of distribution (capex+opex+transportation cost) from Depot to SPPBE from 2010 up to 2020 is Rp. 1,007.25 Billion.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31160
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Melia Roza
"Kota Pariaman merupakan kota tertinggi yang menggunakan sumber air minum dari Depot Air Minum (DAM) yaitu sebesar 56,1% untuk mengatur keberadaan DAM di kota Pariaman pemerintah Kota Pariaman menerbitkan Peraturan Daerah Kota Pariaman No 9 Tahun 2015 Tentang Izin Usaha Depot Air Minum dengan tujuan sebagai upaya pembinaan, pengawasan, dan evaluasi terhadap usaha depot air minum dan memberikan perlindungan kepada masyarakat/konsumen pengguna Depot Air Minum dari resiko penyakit akibat mengkonsumsi air yang tidak memenuhi syarat. Akan tetapi pemilik Depot banyak yang tidak melaksanakan Perda, tahun 2021 terdapat 69 DAM di Kota Pariaman yang memiliki izin usaha hanya 15 depot (21,7%). Tujuan penelitian ini untuk menganalisis implementasi kebijakan Peraturan Daerah Kota Pariaman No.9 tahun 2015 tentang Izin Usaha Depot Air Minum. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan focus group discussion (FGD) kepada informan serta telaah dokumen dengan framework Edward III meliputi variabel komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur birokrasi. Informan penelitian yaitu perwakilan dari perangkat daerah yang tergabung dalam Tim Pengawas Perda dan pelaku usaha/pemilik depot air minum. Penelitian dilakukan bulan Juni hingga Juli 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan belum berjalan karena, komunikasi yang dilakukan belum optimal. Sumber daya dan fasilitas yang tersedia cukup memadai, untuk sub variabel anggaran belum berjalan dengan baik. Koordinasi belum berjalan dengan, sanksi yang dituangkan dalam Perda juga belum terealisasi dengan optimal. Disposisi terkait dengan komitmen pemerintah dalam implementasi kebijakan belum terlaksana. Kesimpulannya implementasi kebijakan Peraturan Daerah Kota Pariaman No.9 Tahun 2015 tentang Izin Usaha Depot Air Minum belum berjalan dengan optimal dengan masih adanya kendala pada variabel komunikasi, variabel sumber daya pada sub variabel sumber daya manusia dan anggaran, struktur birokrasi pada sub variabel koordinasi dan sanksi, serta pada variabel disposisi. Dengan demikian pelaksanaan Perda masih perlu ditingkatkan dengan melaksanakan kegiatan secara koordinatif antar Tim Pengawas Perda. Sosialisasi rutin tentang Perda kepada pemilik depot dan masyarakat 2 kali dalam setahun. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Perda, dan membuat peraturan turunan terkait Pengawasan depot air minum, agar depot dapat melaksanakan pemeriksaan rutin sesuai dengan yang tertuang di dalam Perda dan memudahkan Dinas Kesehatan melakukan pengawasan.

Pariaman City is the highest city that uses drinking water sources from Drinking Water Depots (DAM), which is 56.1% to regulate the presence of DAM in Pariaman City. as an effort to develop, supervise, and evaluate the drinking water depot business and provide protection to the public/consumers who use the DAM from the risk of disease due to consuming unqualified air. However, many Depot owners do not implement the Perda, in 2021 there are 69 DAMs in Kota Pariaman that have business permits only 15 depots (21.7%). The purpose of this study was to analyze the implementation of the Pariaman City Regional Regulation No. 9 of 2015 concerning the Drinking Water Depot Business Permit. The type of this research is qualitative. Data were collected through in-depth interviews and focus group discussions (FGD) with some informants and also reviewing the documents with the Edward III framework covering the variables of communication, resources, disposition, and bureaucratic structure. Research informants are representatives from regional apparatus who are members of the regional regulatiors driving team and business actors/drink water depot owners. This research was conducted from June to July 2022. The results showed that the implementation of the policy had not yet been well implemented because the communication was not optimal. The available resources and facilities are quite adequate, for the sub-variables of budgeting have not been running well. While the coordination has not been going well, accompanied by the sanctions in the Regional Regulation have also not been fully realized. The disposition related to the government's commitment the implementing of policy has not been implemented. In conclusion, the implementation of the Pariaman City Regional Regulation No. 9 of 2015 concerning Drinking Water Depot Business Permits has not run optimally with still constraints on the human resources and budgeting sub-variables, the bureaucratic structure on the coordination and sanctions sub-variables, as well as on the disposition variable. Thus, the implementation of regional regulations still needs to be improved by carrying out coordinating activities between the regional regulation driving teams. Routinely socialization of local regulations to depot owners and the public for 2 times a year. Whereas monitoring and evaluating the implementation of the Regional Regulation, and making derivatives related to the supervision of drinking water depots, so that the depots can carry out routinely inspections in accordance with those contained in the Regional Regulations and make it easier for the public health officer to controlling as a supervisor."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Amelia
"Dikarenakan COVID-19 disebabkan oleh infeksi virus, maka pengobatan yang diperlukan untuk membunuh atau menghentikan replikasi SARS-CoV-2 di dalam tubuh manusia adalah antivirus. Tujuan tugas khusus ini adalah mengevaluasi penggunaan Antivirus COVID-19 terbanyak di Depo Farmasi Rawat Inap dan ICU RSUI pada Tahun 2021. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan pengambilan data secara retrospektif. Pengolahan data dengan cara menghitung persentase penggunaan obat-obatan antivirus yang termasuk dalam tatalaksana terapi pengobatan COVID-19. Dari studi menunjukkan antivirus COVID-19 yang paling banyak digunakan pada Depo Farmasi Rawat Inap dan ICU RSUI tahun 2021 yaitu Favipiravir (55,78%), diikuti oleh Desrem (20,60%), Remdesivir (11,66%), Covifor (7,02%), Oseltamivir (4,58%), dan Jubi R (0,35%). Jika digolongkan berdasarkan zat aktif, maka penggunaan Remdesivir selama setahun adalah 39.63%.

Because COVID-19 is caused by a viral infection, the treatment needed to kill or stop the replication of SARS-CoV-2 in the human body is an antiviral. The aim for this report is to evaluate the most use of COVID-19 Antivirus at the Inpatient Pharmacy Depot and ICU RSUI in 2021. The research method used is descriptive analytic with retrospective data collection. Processing data by calculating the percentage of use of antiviral drugs included in the management of COVID-19 treatment therapy. The most widely used COVID-19 antivirus at the RSUI Inpatient Pharmacy Depot and ICU in 2021 is Favipiravir (55.78%), followed by Desrem (20.60%), Remdesivir (11.66%), Covifor (7.02%), Oseltamivir (4.58%), and Jubi R (0.35%). If classified based on the active substance, the use of Remdesivir for a year is 39.63%."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Lusi Sepriana Lasmaria
"ABSTRAK
Tantangan pengawasan kualitas air minum dengan risiko paling besar berada pada pasokan air minum bukan perpipaan. Fenomena penggunaan air minum isi ulang terjadi pada masyarakat terutama daerah perkotaan. Air produksi depot air minum (DAM) ini nyatanya belum bebas bakteri dan berpotensi wabah. Dinas Kesehatan memiliki keterbatasan dalam melaksanakan pengawasan sehingga tidak terpantaunya DAM yang kualitas airnya memenuhi dan tidak memenuhi syarat. Penelitian ini menghasilkan prototipe sistem informasi berbasis web yang memungkinkan berbagi data dan informasi akurat dengan sedikit usaha. Kemampuan sistem melakukan pencatatan dan pelaporan secara bersamaan mendukung pengambilan keputusan pada setiap level manajemen sesuai wewenangnya. Penerapan sistem informasi pengawasan online menjadi strategi efektif dalam melakukan upaya segera mengendalikan faktor risiko penyakit media air produksi DAM di perkotaan. Sistem informasi ini menciptakan kolaborasi pengawasan antara pemerintah sebagai penanggung jawab kesehatan masyarakat, penyelenggara air minum sebagai penyedia layanan, dan masyarakat sebagai konsumen.

ABSTRACT
The challenge of monitoring the quality of drinking water with the greatest risk lies in non-piped water supply. The phenomenon of the use of drinking water refills from drinking water depots (DWD) occur in the community, especially urban areas. These kind of drinking water is in fact not yet bacteria-free and potentially plague. The limited resources of the Health Office as the supervisor caused the problem of unimpeded DWD whose water production quality meets and does not meet drinking water requirements. This research produces a prototype web-based information system that enables accurate sharing of data and information with minimal effort. The ability of the system to record and report simultaneously support decision-making at each level of management in accordance with its authority. Implementing an online surveillance information system becomes an effective strategy in making an immediate effort to control the risk factors of urine water production disease in urban DWD. This information system creates collaborative oversight between the government as responsible for public health, providers of drinking water as service providers, and the community as consumers."
2017
T48341
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herman Bastari
"Sejalan dengan Restrukturisasi Pertamina dan persaingan global, maka diperlukan pengelolaan perusahaan secara efisien dan efektif. Khususnya berkaitan dengan pengelolaan aset perusahaan di Pembekalan dan Pemasaran Dalam Negeri perlu dilakukan pengaturan dimaksud, sejalan dengan Strategi PPDN yaitu : Mengoperasikan Sistem Distribusi fisik yang efisien, efektif dan terpadu, sejalan dengan Strategi Hilir untuk fokus pada Jawa dan Bali, maka perlu dilakukan pengkajian lokasi dan jumlah Depot di Jabar dan DKI.
Langkah pertama dilakukan identifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan BBM di Jabar dan DKI. Berdasarkan hasil survey dan brain storming maka dapat ditetapkan variabel dependen yaitu kebutuhan BBM dan variable independen yang berpengaruh terhadap pendirian suatu depot meliputi 12 independen variabel. Dengan menggunakan teknik statistik melalui paket Program SPSS dilakukan suatu analisa atas independen variabel yang teridentifikasi untuk memperoleh variabel yang dominan.
Dengan melalui proses statistik diperoleh 4 variabel yang paling dominan yaitu : variabel pekerja industri, variabel pekerja jasa masyarakat, variabel pekerja keuangan dan variabel pekerja listrik. Setelah dilakukan serangkaian test statistik maka persamaan multiple regresi linier dapat digunakan sebagai alat untuk meramal kebutuhan BBM. Maka dilakukan peramalan untuk setiap independen variabel pada interval 10 tahun mendatang, sehingga dapat diketahui kebutuhan BBM dimasa mendatang sejalan dengan strategi dasar Pertamina (2000-2010). Setelah diketahui kebutuhan BBM, dilakukan perhitungan kebutuhan Depot di Jabar dan DKI, dari hasil perhitungan diperoleh 7 Depot pada tahun 2010 di Jabar dan DKI.
Dengan model program linier, khususnya Branch and Bound, dilakukan perhitungan untuk menentukan lokasi yang paling optimal. Dari identifikasi kebutuhan di setiap lokasi diketahui bahwa dan 21 lokasi yang ada, diketahui ada 14 lokasi yang potensial untuk didirikan depot. Jadi lokasi depot sebanyak tujuh buah berada pada 14 lokasi potensial.
Dari hasil perhitungan lokasi optimal diperoleh lokasi yang optimal yaitu : Serang, Kerawang, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Cirebon dan Indramayu, yang dimaksudkan untuk dapat melayani 21 lokasi yang telah ditentukan. Kedepan diharapkan Depot lebih didayagunakan untuk melayani konsumsi secara optimal, dengan memberikan perangkat-perangkat yang diperlukan. Sedangkan Unit dapat di minimalkan sumber dayanya, sehingga terjadi peningkatan efisiensi dan efektifitas."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T1168
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Rinawati
"Pertumbuhan depot air minum di Indonesia dari tahun ketahun terus meningkat. Pada tahun 1999 jumlah depot air minum sebanyak 55 depot, tahun 2000 sebanyak 106 depot dan data terakhir tahun 2001 sebanyak 365 depot. Di kota Depok, dari hasil pendataan awal terdapat 26 depot air minum yang tersebar di empat kecamatan yaitu Sukmajaya, Pancaran Mas, Cimanggis, dan Beji. Dui 26 depot, 20 depot sudah diketahui kualitas aimya, meliputi 12 depot tidak memenuhi syarat secara bakteriologi dan 8 depot memenuhi syarat secara bakteriologi. Berdasarkan keadaan ini masyarakat yang mengkonsumsi air minum dari depot air minum mempunyai risiko untuk terpajan bakteriologi melalui air minum.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko keterpajanan bakteriologi melalui air minum yang berasal dari depot air minum.
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan populasi dan sampel depot air minum adalah keseluruhan populasi jumlah depot yang telah didata dan diketahui kualitas airnya, populasi dan sampel jumlah penduduk adalah keseluruhan populasi jumlah penduduk yang menggunakan sarana air bersih dari sumur gali, sumur pompa dan ledeng di empat kecamatan kota Depok. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2003.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah penduduk yang terpajan bakteriologi melalui air minum yang berasal dari depot air minum sebanyak 9.405 jiwa (0,88%) dart keseluruhan penduduk yang mengkonsumsi air minum dart depot. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara air minum yang berasal dari depot air minum dengan keterpajanan bakteriologi melalui air minum. Risiko keterpajanan bakteriologi di masyarakat dihitung perkecamatan, dimana terdapat depot air minum yang telah diketahui kualitas dan produksi air minum yang dihasilkan. Dari hasil analisis keterpajanan bakteriologi dengan 'menggunakan Relatif Odds diperoleh bahwa ada hubungan negatif antara penduduk di kecamatan Sukmajaya dan Cimanggis yang mengkonsumsi air minum dari depot dengan keterpajanan bakteriologi. Sedangkan di kecamatan Pancoran Mas diperoleh hubungan positif antara penduduk yang mengkonsumsi air minum dari depot dengan keterpajanan bakteriologi.
Penduduk yang mengkonsumsi air minum dari depot air minum mempunyai risiko untuk terpajan bakteriologi melalui air minum. Untuk itu disarankan perlu dilakukan pengawasan kualitas air minum yang dihasilkan oleh depot air minum.

The growth of depot drinking water in Indonesia increase from years to years. In 1999, there are 55 depots, in 200 there are 106 depots and based on the last data in 2001 there are 365 depots. From pre-survey in Depok it is found that there are 26 depots which spread through 4 subdistricts: Sukmajaya, Pancoran Mas, Cimanggis, and Beji. From the depots, water quality of 20 depots have been known, which is 12 depots unquality the water bacteriology quality standard and 8 depot quality the water bacteriology quality standart. Based on this situation, people who consume drinking water from depot have a risk to exposed bacteriology from their drinking water. This study aimed at finding the bacteriology exposure risk thought drinking water that come from drinking water's depot.
This study use cross sectional design which population and sample of depot drinking water is the total number of depots that have been surveyed and their water quality have been known. The population and sample of citizen number is the total number of population in Depok that using well, pump and pipe distribution as their fresh water facilities. This study conducted on May 2003.
The result show that number of citizens who exposed bacteriology throught drinking water from depot is 4.405 persons (64,78%). The result of bivariat analysis shows there is relationship between drinking water from depot with bacteriology exposure. Bacteriology exposure risk in society is counted every district, where depot that their water quality and water production has been known, is located. From bacteriology exposure analysis using Relatif Odds, it is found that Sukmajaya and Cimanggis citizen who consume drinking water from depot related negatively with bacteriology exposure. While Pancoran Mas citizen who consume drinking water from depot is related positively with bacteriology exposure.
People who consume drinking water from depot have a risk to exposed bacteriology from drinking water. Therefore, it is suggested to control or supervise the drinking water quality from depot.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12959
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Parwanto
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Dewasa ini kontrasepsi hormon pada wanita sudah sangat banyak dan penelitian pada pria juga mulai banyak dikambangkan. Perlu dikembangkan metoda kontrasapsi hormon pada pria yang mamenuhi syarat ideal, yaitu: aman, efektif, reversibel dan dapat diterima oleh masyarakat. Metoda kontrasepsl hormon pada pria diudukan pada penekanan spermatogenesis melalui pores hipotalamus - hipofis - testis. Testosteroan enantat (TE) dapat menekan gonadotropin sehingga menurunkan produksi spermatozoa. Depot medroksi progesteron asetat (DMPA) juga dapat menekan gonadotropin dan sudah lama digunakan untuk kontrasepsi wanita. Kombinasl TE + DMPA lebih efektif dalam menekan spermatogenesis dibanding TE saja. TE termasuk androgen dan DMPA termasuk progasteron, keduanya adalah steroid. Penggunaan androgen untuk kontrasepsi dapat menimbulkan masalah metabolisme, misalnya abnonualitas lipid/lipoprotein. Androgen mempengaruhi metabolisme lipoprotein, antara lain meningkatkan lipase lipoprotein (LLP) dan lipase trigliserida hati (LTH). Peningkatan LLP dan LTH menghasilkan peningkatan trigliserida (FG) dalam jaringan adiposa dan menurunnya high dentity lipoprotein (HDL) dalam sirkulasi plasma. Penggunaan DMPA tidak meningkatkan resiko penyakit arteria koronaria. Diduga penggunaan TE + DMPA untuk kontrasepsi pria tidak mempangaruhi profil lipid. Profil lipid tersebut meliputi trigliserida (TG), kolasterol total (KT), kolasterol Low Dentity Lipoprotein (K-LDL) den kolesterol high dentity lipoprotein (K-HDL). Untuk ini telah dilakuken penelitian pada 20 orang pria normal yang dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing 10 orang. Kelompok I disuntik TE + DMPA dosis rendah (TE 100 mg + DMPA 100 mg) den kelompok II disuntik TE + DMPA dosis tinggi (FE 250 mg + DMPA 200 mg). Panyuntikan dilakukan setiap bulan selama satu tahun. Pengukuran profil lipid dilakukan setiap tiga bulan. Parameter yang diukur yaitu: TG, KT, K LDL dan E-HDL.
Hasil dan Kesimpulan: Penyuntikan TE + DMPA pada kelompok I dan II menyebabkan perubahan tidak bermakna atau tidak mempengaruhi kadar TG, KT, KLDL dan K-HDL (p > 0,05). Oleh karena itu semua hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hasil uji regresi polinominal orthogonal menunjukkan kadar TG pada kelompok I cenderung meningkat bermakna secara linier, kelompok II cenderung mendatar. kadar KT dan K-LDL kedua kelompok cenderung mendatar. Kadar. K-HDL pada kelompok I cenderung mendatar, kelompok II cenderung berubah bermakna secara kuartik. Jadi TE + DMPA dosis rendah dan dosis tinggi untuk kontrasepsi hormon pria cukup aman selama 12 bulan ditinjau dari profil lipid.

ABSTRACT
Scope and Methods of study : Recently, methods of hormonal contraception for women is common, and research for men is developed. The ideal prerequisite hormonal contraceptive development for men, are: safe, effective, reversible and is acceptable. Method; of hormonal contraception for men have, therefore, centered on attempts to suppress spermatogenesis' through suds hypothalamus - bypophyils - testis. TE suppression or gonadotropin, so must reduce the production or speimsteaoa. DMPA can also suppression of gonadotropln and is commonly used for the contraception for women. The combination TE + DMPA would suppress spermatogenesis more effectivelly than TE alone. TE belongs to androgen and DMPA belongs to progesterone, both are steroid. The use of androgen in contraception can Induce metabolism problem, such as lipid/lipoprotein abnormality. Androgen influences lipoprotein metabolism, such as increase lipase lipoprotein (LPL) and hepatic trlglycerida lipase (HTGL). The increase of LLP and ETOL stimulates the Increase of TG In adipocytes and decrease HDL levels in the circulation. The long-term DMPA for women did not cause any abnormality In serum lipids. In this present study, we tested the hypothesis that the suppression of TE + DMPA to spermatogenesis no significant changes of lipid profile. For this, a research has been made on 20 normal men was divided into 2 groups with 10 person respectively. Group I was injected of TE + DMPA low dome (PE 100 mg + DMPA 100 mg) and group II was injected of TE + DMPA high dose (TE 250 mg + DMPA 200 mg). The injection is carried out once a month in one year. The measurement of lipid profile is taken for quarterly. The parameters measured are: TO, TC, LDL-C and HDL-C.
Result and Conclusion: The injection of TE + DMPA to group I and If causes no significant changes or does not Influence the TO, TC, LDL-C and BDL-C levels (p > 0.05). In this case all of the hypotheses of this research are accepted. The evaluation or polynomial orthogonal regresion shows that the TG levels In group I tends to significant increase linearly and it shows horizontally in group It. TC and LEL-C levels In both groups tends to be horizontal. HDL-C levels in group I tends to be horizontal, whereas in group U tends to significant change in quartic mariner. Based on the lipid profile, so monthly injection of TE + DMPA low dose and high dose are safe during 12 months for hormonal contraception for men.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>