Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agya Sewara Alam
"Kami mempelajari solusi instanton pada landscape dua medan skalar dalam teori Dirac-Born-Infeld. Kami mengerjakan untuk kasus E = 0 dan rentang nilai warp factor 0 < f < 2 dalam aproksimasi thin-wall. Solusi yang kami analisis berupa solusi grafik lintasan dan bounce. Untuk nilai f < 1 diperoleh lintasan dengan puncak yang lebih rendah dan nilai bounce yang lebih kecil dibandingkan hasil yang dikerjakan oleh Brown dan Dahlen dan lintasan dapat memiliki lebih dari satu puncak. Jika nilai f mendekati nol, solusi-solusi tersebut terreduksi menjadi hasil yang dikerjakan oleh Brown dan Dahlen.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zarqa Khalifa Hurin
"Enjo kosai adalah sebuah fenomena sosial yang berkembang di Jepang pada era 90-an. Enjo kosai merupakan praktik yang dilakukan oleh laki-laki yang lebih tua memberikan uang atau barang-barang mahal kepada remaja perempuan sebagai imbalan dari pertemanan mereka atau bahkan berhubungan seksual. Fenomena ini sangat populer di Jepang, kerap enjo kosai dijadikan sebagai tema dalam berbagai media seperti film, komik, bahkan karya sastra. Berangkat dari hal tersebut, penelitian ini akan membahas tentang fenomena enjo kosai di Jepang digambarkan dalam sebuah media film berjudul Bounce Ko Gals (1997) karya Masato Harada. Peneliti menggunakan teori representasi milik Stuart Hall dan mise en scene untuk menganalisa film Bounce Ko Gals (1997), dan penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi kepustakaan. Melalui kedua pendekatan tersebut didapatkan hasil penelitian bahwa dalam film Bounce Ko Gals (1997) terdapat tanda-tanda yang menggambarkan ciri dari fenomena enjo kosai.

Enjo kosai is a social phenomenon which evolves in Japan in the era of 90s. The definition enjo kosai is a practice carried out by older men giving money or expensive items to young girl as a reward of their relationship or they can even move to sexual intercourse. This phenomenon is very popular in Japan, that they often made a theme on various media such as films, comics and even literature work. Based on these cases, this study will discuss how the phenomenon of enjo kosai in Japan portrayed on the film entitled Bounce Ko Gals (1997) by Masato Harada. The researcher used Stuart Halls representation theory and mise en scene to analyze the film Bounce Ko Gals (1997), and this research is a qualitative study using library research. Through these two approaches, the result of the study shows that in the film Bounce Ko Gals (1997) there are signs that describe the characteristics of the enjo kosai phenomenon."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Puguh Imanto
"
ABSTRAK
Kebutuhan angkutan untuk daerah perumahan sebaiknya tidak menambah sumber polutan bagi lingkungan sekitamya, baik berupa polusi suara ataupun akibat gas buang. Sebagai altematif kendaraan yang bersih dari sumber polutan adalah kendaraan yang di gerakkan oleh tenaga Iistrik. Dengan daya angkut scbesar 6 orang termasuk pengemudi, Kendaraan Angkutan Listrik (KAL) yang dibuat atas kerja sama Yayasan Bapenas dan Unit Pusat Pengabclian Masyarakat - Mesin Universitas Indonesia diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai sebuah kendaraan listrik untuk angkutan didalam lingkungan.
KAL aigefakkan mengéunakan sebuah mmm listrik berdaya 3 kw, 48 v seberat 65 kg yang diletakkan ditengah kendaraan dan sebagai media penyimpan daya digunakan accu berkapasitas 12 V, 120 Ah scbanyak 4 buah yang diletakkan dibagian belakang kendaraan. Diharapkan KAL dapat mencapai kccepatan maksimum 40 km/jam dengan waktu jelajah selama 2jam.
Sebagai sebuah kendaraan, KAL tidak terlepas dari aspek-aspek sebuah kendaraan. Termasuk aspek gerakan-gerakan yang, terjadi pada suatu kendaraan pada umumnya, yaitu antara lain gerakan berguling, bounce dan pitch. Ketiga gcrakan ini lah yang paling dominan saat kendaraan melaju. Dengan distribusi berat yang tidak scperti kendaraan pada umumnya, sangat menarik untuk mcngetahui letak berbagai pusat gerakan tersebut.
Dari perhitungan, diketahui bahwa titik berat KAL terletak lebih dekat dengan sumbu roda belakang (sekitar 46,6 % panjang wheel base). Dan dengan sistim pegas yang ada sekarang temyata KAL belum dapat memenuhi kriteria kenyamanan yang diberikan oleh Maurice Olley. Pemilihan suspensi yang ada mengakibatkan sumbu gulingan yang miring dengan bagian depan yang lebih rendah. Sumbu gulingan seperi ini umumnya dimiliki oleh kendaraan penumpang.
"
1997
S36247
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Putu Putri Puspitaningrum
"Pandemi COVID-19 menuntut adaptasi yang cepat bagi para remaja sehingga rentan memunculkan distres psikologis. Resiliensi dinilai berpotensi untuk memoderasi hubungan antara distress psikologis dengan kesehatan mental sehingga dalam kondisi yang menekanpun, peran sehari-hari masih bisa dijalankan. Studi 1 dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran resource dan vulnerability index of resiliency sebagai moderator hubungan antara distres dan kesehatan mental. Studi 2 bertujuan untuk melihat fisibilitas penggunaan aplikasi Bounce Back pada smartphone yang dikembangkan oleh peneliti dalam mengembangkan resiliensi, menurunkan distres, dan meningkatkan kualitas kesehatan mental remaja selama pandemi. Partisipan diminta untuk menggunakan fitur-fitur di dalam aplikasi Bounce Back selama 14 hari. Alat ukur yang digunakan adalah Mental Health Continuum – Short Form (MHC-SF), Hopkins Symptom Checklist (HSCL), dan Resilience Scale for Children and Adolescent (RSCA). Dari 111 partisipan dari studi 1, 52 di antaranya mengikuti studi 2 dan dibagi menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil yang diperoleh menunjukkan resource index berperan sebagai moderator hubungan distres dan kesehatan mental remaja (β = -0,016). Kemudian, aplikasi Bounce Back fisibel digunakan untuk remaja selama pandemi, khususnya dalam menurunkan distres (F = 11,29). Kelompok eksperimen juga menunjukkan peningkatan skor resource index dan kualitas kesehatan mental yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol.

The COVID-19 pandemic that needs rapid adaptation is prone to causing psychological distress for adolescents. Resilience has potential to moderate the relationship between psychological distress and mental health. Study 1 in this research aims to determine the role of resource and vulnerability index of resilience as a moderator of the relationship between distress and mental health. Study 2 aims to see the feasibility of using the Bounce Back apps to develop resilience, reduce distress, and improve the quality of mental health for adolescents during the pandemic. Participants use features in the Bounce Back application for 14 days. The measuring instruments used were the Mental Health Continuum - Short Form (MHC-SF), the Hopkins Symptom Checklist (HSCL), and the Resilience Scale for Children and Adolescents (RSCA). There are 111 participants in study 1, and 52 of them attended study 2. Resource index found can be the moderator for the relationship between distress and adolescent mental health (β = -0.016). Then, the Bounce Back application is feasible for adolescents during the pandemic, especially in reducing distress (F = 11.29). The experimental group also showed a more significant increased resource index scores and mental health than the control group."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Yulita
"ABSTRAK
Istilah yang agak umum bagi golongan "tukang pukul" dan seorang yang suka berkelahi oleh masyarakat Indonesia disebut jagoan. Jagoan bernada lebih positif ketimbang istilah preman pada masa kini.
Jagoan adalah sebutan untuk anggota masyarakat yang berpengaruh dan disegani di kampungnya, orang yang kuat, tukang pukul dan pemberani.
Dalam masyarakat Bekasi, jawara dianggap lebih tinggi tingkatannya dari pada jagoan. Jawara dianggap sebagai pendekar, ksatria yang ditokohkan masyarakat Bekasi sebagai orang yang suka memberi perlindungan dan keselamatan secara fisik terhadap masyarakat, juga dianggap sebagai orang yang dituakan atau sesepuh.
Penelitian ini mengangkat permasalahan peranan jawara pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia di daerah Bekasi. Semangat nasionalisme yang dimiliki para jawara akibat pengaruh kelompok-kelompok pemuda di Jakarta dan pemimpin-pemimpin nasionalis Indonesia.
Kelompok-kelompok pemuda, pemimpin-pemimpin nasionalis, dan para jawara bahu membahu dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Perjuangan mereka ditujukan untuk melawan tentara Jepang dan tentara Belanda yang ingin bercokol kembali di wilayah Indonesia.
Karena semangat revolusionernya, maka aksi-aksi yang dilakukan para jawara berekses pada perampokan-perampokan dan pembakaran Gereja Wetan di Kampung Sawah yang oleh mereka dianggap sebagai kaki tangan kolonial Belanda.

ABSTRAK
The rather common term for faction " bouncer" and a pugnacious by Indonesia society referred as a champion. The champion impressing more positive compared to freeman term at present day.
The champion is mention for the society member having an effect on and respected in his kampong, one who the strength, bounce and brave.
In Bekasi society, jawara is assumed as someone who has higher level than a champion. Jawara is considered to be a hero, chevalier who is figured by Bekasi society as one who likes to give safety and protection in physical to society. He is also considered to be someone who old or doyen.
This research is carefully examined the jawara's role from Bekasi in the Indonesian Revolution. The spirit of nationalism was possessed by the champions influenced by the young man groups and the nationalist leaders in Jakarta.
The young man groups, the nationalist leaders, and jawara-jawara were in cooperative to defend the country. Their struggle intended to against Japanese military and the restoration of the Dutch colonialism.
Because of The of spirit of revolutionary so many kinds of bad action there were robberies and the burning of the Catholic Church in Kampong Sawah that it was regarded to back up the Dutch colonialism.
"
2007
T17232
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library