Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Ali Husein
"Pendahuluan dan tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengusulkan istilah baru terkait batu kandung kemih berukuran besar pada populasi pasien anak berdasarkan stone burden, kapasitas kandung kemih, dan gangguan ginjal yang berhubungan dengan batu kandung kemih.
Metode: Tiga puluh empat anak dengan batu kandung kemih di Rumah Sakit kami antara Januari 2014 hingga Agustus 2019 dimasukkan ke dalam penelitian. Data mengenai usia pasien, gejala klinis, riwayat diet, status sosial ekonomi, pemeriksaan laboratorium termasuk pemeriksaan darah lengkap, urinalisis dan kultur urin, adanya hidronefrosis, ukuran batu, status gizi, dan jenis operasi dikumpulkan. Estimasi Volume Batu (EVB) diukur dengan menggunakan rumus Ackermann, sedangkan Estimasi Kapasitas Kandung Kemih (EKKK) dihitung dengan menggunakan rumus Koff. Kurva Receiver Operating Characteristic (ROC) digunakan untuk menentukan nilai cut-off terbaik untuk menentukan nilai rasio EVB terhadap EKKK di mana batu kandung kemih menyebabkan hidronefrosis.
Hasil: Hidronefrosis tercatat pada 12 pasien. Terdapat perbedaan hasil yang signifikan pada rerata EVB dan rasio EVB terhadap EKKK ditemukan pada kedua kelompok (masing-masing p <0,001 dan 0,006). Kurva ROC digunakan untuk menilai akurasi rasio EVB terhadap EKKK sebagai prediktor kejadian hidronefrosis dengan luas area di bawah kurva 0,768 (95% CI 0,624 hingga 0,949). Nilai cut-off rasio EVB terhadap EKKK adalah 0,0286 dengan sensitivitas 94,40%, spesifisitas 62,50%, nilai prediksi positif 73,91%, dan nilai prediksi negatif 90,90%.
Kesimpulan: Kami mengusulkan untuk menggunakan istilah giant pada kasus batu buli pasien anak dengan menggunakan rasio EVB terhadap EKKK di atas 0,028. Kami berharap penelitian kami akan mendorong peneliti lain untuk secara prospektif mengevaluasi implikasi terapeutik dari terminologi baru.

Introduction: This current study aims to propose a new term related to giant bladder stones in pediatric patient populations concerning the stone burden, bladder capacity, and renal impairment related to the bladder stone.
Methods: Thirty-four children with bladder stones in our center between January 2014 to August 2019 were admitted to the study. Data regarding patient's age, clinical symptoms, dietary history, socioeconomic status, laboratory investigations include complete blood examination, urinalysis and urine culture, presence of hydronephrosis, stone size, nutritional status, and type of procedure were collected. Estimated stone volume (ESV) was measured using Ackermann's formula, while estimated bladder capacity (EBC) was calculated using Koff formulas. Receiver operating characteristic (ROC) curve was constructed to determine the best cut-off value for determining what ESV to EBC ratio value at which a bladder stone cause hydronephrosis.
Results: Hydronephrosis was noted in 12 patients. A significant difference in the mean ESV and ESV to EBC ratio was found between those two groups (p < 0.001 and 0.006 respectively). ROC curve was used to assess the accuracy of the ESV to EBC ratio as a predictor of hydronephrosis incidence with the area under the curve 0.768 (95% CI 0.624 to 0.949). Cut-off value of this ESV to EBC ratio is 0.0286 with a sensitivity 94.40%, specificity 62.50%, positive predictive value 73.91%, and negative predictive value 90.90%.
Conclusion: We propose to use the term giant in pediatric cases using the EBV to EBC ratio above 0.028. We hope that our work will stimulate other researchers to prospectively evaluate the therapeutic implications of the new terminology.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David Ralph Lienhardt Ringoringo
"Pendahuluan dan tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan alasan pasien di balik penolakan radikal sistektomi pada kanker kandung kemih
Metode: Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Adam Malik dalam rentang periode Juli 2014 hingga Agustus 2020. Family meeting ataupun wawancara dilakukan untuk menjelaskan risiko dan manfaat dari operasi dan mendapatkan persetujuan atau penolakan (dan alasan penolakan) dari prosedur tersebut. Analisis bivariat menilai signifikansi semua variabel dependen sebagai prediktor penolakan radikal sistektomi. Variabel yang signifikan akan dimasukkan dalam analisis regresi multivariat.
Hasil: Sebanyak 51 pasien kanker kandung kemih yang baru terdiagnosis dan dindikasikan untuk radikal sistektomi diikutsertakan dalam penelitian ini, dengan rata- rata usia 51,73±8,73 tahun; 34 (66,67%) diantaranya berusia <55 tahun. Ada 42 pasien laki-laki (82,4%) dalam penelitian ini. 15 (29,4%) pasien menolak radikal sistektomi. 81,25% pasien stadium awal setuju untuk menjalani radikal sistektomi. Rasio prevalensi pasien stadium III-IV yang menolak menjalani radikal sistektomi adalah 1,544 (95% CI, 0,977-2,440). Hanya enam pasien (35,3%) berusia ≥55 tahun yang menyetujui prosedur, dengan rasio prevalensi pasien berusia ≥55 tahun yang menolak prosedur sebesar 2.500 (95% CI, 1.298–4.814).
Kesimpulan: Usia ≥55 tahun, tingkat pendidikan rendah, dan stadium III-IV menjadi faktor penentu penolakan radikal sistektomi. Odds rasio penolakan adalah 2.500 (95% CI, 1.298–4.814), 3.588 (95% CI, 1.708–7.537), dan 1.544 (95% CI, 0.977–2.440) masing-masing untuk usia ≥55 tahun, tingkat pendidikan rendah, dan tahap III-IV.

Introduction: This study aimed to describe the reasons behind patient’s radical cystectomy refusal for bladder cancer
Methods: This study was conducted at Adam Malik General Hospital between July 2014 and August 2020 were recruited in this study. A family conference or interview was taken to explain the risk and benefit of the surgery and get the approval or rejection (and refusal reason) of the procedure. The bivariate analysis assessed all dependent variables’significance as a predictor of radical cystectomy refusal. Significant variables will be included in the multivariate regression analysis.
Results: A total of 51 newly diagnosed bladder cancer patients indicated for radical cystectomy were included in this study, with an average of 51.73±8.73 years old; 34 (66.67%) of those were aged <55 years old. There were 42 male patients (82.4%) in this study. 15 (29.4%) patients refused the radical cystectomy. 81.25% of early-stage patients agreed to undergo radical cystectomy. The prevalence ratio of stage III–IV patients refused to undergo radical cystectomy was 1.544 (95% CI, 0.977–2.440). Only six patients (35.3%) aged ≥55 years agreed to the procedure, with a prevalence ratio of patients ≥55 years of age to refuse to the procedure of 2.500 (95% CI, 1.298–4.814). Conclusion: Age ≥55 years, low education level, and stage III-IV were the determining factors in the rejection of radical cystectomy. The odds ratios for refusal were 2.500 (95% CI, 1.298–4.814), 3.588 (95% CI, 1.708–7.537), and 1.544 (95% CI, 0.977–2.440) for ages ≥55 years, low education level, and stages III-IV, respectively.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Hidayati
"ABSTRAK
Pasien stroke biasanya mengalami disfungsi, termasuk gangguan eliminasi karena
neurogenic bladder. Residu urin digunakan untuk melihat kemampuan dalam
pengosongan kandung kemih. Penelitian ini bertujuan membandingkan residu urin
antara bladder training yang waktu dimulainya/inisiasi sejak pasien stroke pasca fase
akut dengan yang dimulai satu hari sebelum kateter dilepas. Desain penelitian
menggunakan Quasy experiment post-test-only design with a comparison group dan
pengambilan sampel menggunakan metode purposive random sampling. Residu urin
diukur dengan alat bladder scan dan dicatat dalam lembar observasi. Pengaruh bladder
training pada kelompok treatment dan kelompok kontrol terhadap volume residu urin
diuji dengan uji t independen. Rata-rata residu urin pada kelompok treatment lebih kecil
(54,00 ml dengan SD= 144,22 ml) dibandingkan rata-rata volume residu urin kelompok
kontrol (101,71 ml dengan SD= 42,55 ml). Hasil uji t independen menunjukkan tidak
ada perbedaan volume urin residu pada kelompok treatment dan kelompok kontrol
(p=0,84). Dengan demikian institusi pelayanan perlu mempertimbangakan
mengembangkan sistem dan membuat prosedur tetap untuk tindakan bladder training
dan perawat perlu melakukan bladder training sebelum kateter urin dilepaskan.

ABSTRACT
The stroke patients usually experience with various dysfunction, including disturbance
in elimination because of neurogenic bladder. Urine residue can be used to detect the
bladder function in contracting and voiding urine. This research was aimed to compare
bladder training initiation after stroke patients have passed the acute phase and one day
before the urine catheter was removal. This research was used Quasy experiment
posttest-only design with a comparison group design. The sample in this research taking
by purposive random sampling method. Urine residue measuring with bladder scan and
recorded in the observation sheet. The mean of urine residue in the treatment group was
smaller (54,00 ml with SD=144,22 ml) if compared with the urine residue volume in
control group (101,71 ml with SD=42,55 ml). The influence bladder training in both of
treatment and control groups and the differences of the urine residue volume was
analyzed with t test independent, there wes no differences between urine residue volume
in the groups (p=0,84). Therefore the health institution must consider to develop the
system and made a procedure in bladder training program’s and the nurse must do
bladder training before the urine catheter was removal."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Heni Sri Wahyuni
"[ABSTRAK
BPH salah satu penyakit yang sering ditemukan di negara-negara berkembang, prevelansi dan insiden BPH banyak terjadi pada lansia pria yang banyak tinggal di daerah perkotaan dan menempati presentase kasus urologi yang paling umum terjadi dimana kasusnya mencapai 75%. Kasus BPH di perkotaan sering ditangani dengan tindakan Transurethral Resection Prostate (TURP). Salah satu hal yang harus diperhatikan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien post op TURP adalah pemantauan cairan irigasi. Penulisan ini memaparkan dan menganalisis asuhan keperawatan post operasi yang menitikberatkan pada implementasi pemantauan irigasi bladder. Hasil analisis menunjukkan ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh perawat dalam melakukan pemantauan irigasi bladder antara lain jenis cairan yang digunakan, kecepatan aliran, dan pemantauan tanda-tanda penyumbatan kateter. Pengetahuan perawat tentang irigasi bladder perlu ditingkatkan untuk menghindari komplikasi yang umum terjadi pada pasien post op TURP; ABSTRACT BPH is one of a common disease in developing country, BPH incident and prevalency mostly found in elderly who live in urban area and and be the most common urology case up to 75% cases. Usually BPH in urban area handled with Transurethral Resection of Prostate (TURP). One of nursing consideration on post TURP care is irrigation fluid monitoring. This research describe and analyze post TURP nursing care which focused implementation on irrigation bladder. The analysis result showed that things such as fluid type, flow velocity, and chatether clearance need to be awared. Knowledge about bladder irrigation of the nurse should be increase to avoid complication that commonly happen to post op TURP client.;BPH is one of a common disease in developing country, BPH incident and prevalency mostly found in elderly who live in urban area and and be the most common urology case up to 75% cases. Usually BPH in urban area handled with Transurethral Resection of Prostate (TURP). One of nursing consideration on post TURP care is irrigation fluid monitoring. This research describe and analyze post TURP nursing care which focused implementation on irrigation bladder. The analysis result showed that things such as fluid type, flow velocity, and chatether clearance need to be awared. Knowledge about bladder irrigation of the nurse should be increase to avoid complication that commonly happen to post op TURP client.;BPH is one of a common disease in developing country, BPH incident and prevalency mostly found in elderly who live in urban area and and be the most common urology case up to 75% cases. Usually BPH in urban area handled with Transurethral Resection of Prostate (TURP). One of nursing consideration on post TURP care is irrigation fluid monitoring. This research describe and analyze post TURP nursing care which focused implementation on irrigation bladder. The analysis result showed that things such as fluid type, flow velocity, and chatether clearance need to be awared. Knowledge about bladder irrigation of the nurse should be increase to avoid complication that commonly happen to post op TURP client.;BPH is one of a common disease in developing country, BPH incident and prevalency mostly found in elderly who live in urban area and and be the most common urology case up to 75% cases. Usually BPH in urban area handled with Transurethral Resection of Prostate (TURP). One of nursing consideration on post TURP care is irrigation fluid monitoring. This research describe and analyze post TURP nursing care which focused implementation on irrigation bladder. The analysis result showed that things such as fluid type, flow velocity, and chatether clearance need to be awared. Knowledge about bladder irrigation of the nurse should be increase to avoid complication that commonly happen to post op TURP client., BPH is one of a common disease in developing country, BPH incident and prevalency mostly found in elderly who live in urban area and and be the most common urology case up to 75% cases. Usually BPH in urban area handled with Transurethral Resection of Prostate (TURP). One of nursing consideration on post TURP care is irrigation fluid monitoring. This research describe and analyze post TURP nursing care which focused implementation on irrigation bladder. The analysis result showed that things such as fluid type, flow velocity, and chatether clearance need to be awared. Knowledge about bladder irrigation of the nurse should be increase to avoid complication that commonly happen to post op TURP client.]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Imelda Setiana
"Latar belakang: Karsinoma urotelial merupakan keganasan kandung kemih tersering pada laki-laki. Faktor risikonya adalah merokok, pajanan bahan kimia, radiasi, infeksi Schistosoma hematobium. Mutasi p53 merupakan mutasi tersering pada karsinoma urotelial kandung kemih yang menyebabkan akumulasi protein p53 di inti dan terlihat dengan imunohistokimia. Tujuan penelitian adalah untuk melihat perbedaan ekspresi p53 pada karsinoma urotelial kandung kemih derajat rendah dan derajat tinggi serta hubungan ekspresi p53 dengan: "stadium tumor. Bahan dan cara: Penelitian menggunakan desain potong lintang. Sampel terdiri atas 47 kasus yang terbagi menjadi 22 kasus karsinoma urotelial derajat rendah dan 25 kasus karsinoma urotelial derajat tinggi di Departemen Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) tahun 2009-2017. Dilakukan pulasan imunohistokimia p53 dengan menggunakan cut off positif ≥ 20% berdasarkan penelitian Thakur et al, Ong et al, dan Saint et al. Hasil: Ekspresi p53 positif pada 33 sampel (70,21%), terbanyak pada karsinoma urotelial derajat tinggi 20 kasus (80%), sedangkan pada karsinoma urotelial derajat rendah terdapat 13 kasus (59,1%). Sebanyak 22 kasus (68,8%) Nonmuscle invasive bladder cancer dan 11 kasus (73,3%) Muscle invasive bladder cancer menunjukkan ekspresi positif. Ekspresi p53 cenderung lebih banyak ditemukan pada karsinoma urotelial derajat tinggi dan stadium tinggi. Kesimpulan: Tidak ada perbedaan ekspresi p53 pada karsinoma urotelial kandung kemih derajat rendah dan derajat tinggi. Tidak ada hubungan antara ekspresi p53 dengan stadium tumor.
Kata kunci: Karsinoma urotelial, kandung kemih, p53, imunohistokimia.

Background : Urothelial carcinoma is the most common malignancy in the bladder and mainly occurs in older men. Risk factors for bladder cancer include smoking, exposure to chemicals, radiation and schistosoma hematobium infection. P53 is a tumor suppressor gene that is involved in the cell cycle and plays a role in the occurrence of apoptosis in response to DNA damage. P53 gene mutation is one of the most common genetic changes in urothelial bladder carcinoma. The p53 gene mutation will cause accumulation of p53 protein in the nuclei which can be detected through immunohistochemical examination. The aim of this study is to see differences of p53 expression in low grade and high grade urothelial carcinoma and to see the association of p53 expression with tumor stage. Material and method : This study uses a cross sectional study design. The sample consisted of 47 cases of urothelial bladder carcinoma divided into 22 cases of low grade urotelial carcinoma and 25 cases of high grade urotelial carcinoma originating from the archives of the Anatomical Pathology Department Faculty Medicine of Universitas Indonesia/Cipto Mangunkusumo Hospital (FKUI/ RSCM) in 2009-2017. The study was carried out by p53 immunohistochemical examination and assessment of p53 expression using a percentage with a positive cut off value of ≥ 20%. Result : This study obtained positive p53 expression in 33 samples from 47 samples studied (70,21%). Most are found in high grade urothelial carcinoma as many as 20 cases (80%). Whereas in low grade urothelial carcinoma there are 13 cases (59,1%) with positive p53 expression. As many as 22 cases (68,8%) of Non muscle invasive bladder cancer (NMIBC) and 11 cases (73,3%) of Muscle invasive bladder cancer (MIBC) showed positive p53 expression. There was no difference between p53 expression in low grade and high grade bladder urothelial carcinoma (p=0,118). This study also showed no association between p53 expression with tumor stage (p=1,000). Conclusion : P53 expression was not significantly different with tumor grade. P53 expression was not significantly associated with the tumor stage."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T57631
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prio Hangudi Sampurno
"Paparan pestisida membawa risiko, termasuk keracunan, polusi, dan resistensi hama, mempengaruhi banyak individu setiap tahunnya. Studi menghubungkan paparan pestisida dengan kanker, terutama kanker kandung kemih yang lebih umum terjadi di daerah yang banyak menggunakan pestisida. Kanker kandung kemih menempati peringkat ke-13 dalam kasus baru di Indonesia, dengan tingkat kematian global yang signifikan menurut data GLOBOCAN 2022. Etiologi kanker kandung kemih melibatkan beberapa faktor, termasuk paparan kerja terhadap bahan kimia karsinogenik seperti amina aromatik, yang memberikan risiko khusus bagi petani yang menangani pestisida dan herbisida. Gejala saluran kemih pada petani karet berusia 50 tahun mendorong penyelidikan terhadap bahaya potensial di tempat kerja, terutama terkait paparan herbisida (Imazethapyr) dan risiko kanker kandung kemih. Tinjauan literatur mengidentifikasi studi yang relevan, terutama dua studi kohort oleh Koutros et al. pada tahun 2009 dan 2016, yang menunjukkan hubungan signifikan antara paparan herbisida, khususnya Imazethapyr, dan kejadian kanker kandung kemih di kalangan petani. Diskusi menekankan risiko paparan pestisida yang dikenal dan pemahaman terbatas mengenai efek kesehatan senyawa tertentu seperti Imazethapyr. Studi ini mendukung penelitian lebih lanjut dan intervensi untuk mengurangi bahaya di tempat kerja. Upaya kolaboratif, termasuk alternatif yang lebih aman, regulasi pemerintah, dan penelitian tambahan, sangat penting untuk mengatasi hubungan yang mengkhawatirkan antara penggunaan Imazethapyr dan kanker kandung kemih di kalangan petani, serta memahami kompleksitas paparan pestisida dan dampak kesehatannya.

Pesticide exposure poses risks, including poisoning, pollution, and pest resistance, affecting a substantial number of individuals annually. Studies has established link between pesticide exposure and cancer, specifically bladder cancer which is more common in high-pesticide areas. Bladder cancer ranks 13th in new cases in Indonesia, with significant global mortality rates, according to GLOBOCAN 2022 data. Bladder cancer etiology involves multiple factors, including occupational exposure to carcinogenic chemicals like aromatic amines, which pose a particular risk to farmers who control pesticides and herbicides. A 50-year-old rubber farmer's urinary symptoms prompt investigation into potential occupational hazards, particularly regarding herbicide (Imazethapyr) exposure and bladder cancer risk. A literature review identifies relevant studies, notably two cohort studies by Koutros et al. in 2009 and 2016, showing a significant association between herbicide exposure, especially Imazethapyr, and bladder cancer incidence among farmers. The discussion emphasizes known pesticide exposure risks and a limited understanding of specific compound health effects like imazethapyr. These studies support further research and interventions to mitigate occupational hazards. Collaborative efforts, including safer alternatives, government regulations, and additional research, are crucial to addressing the concerning link between Imazethapyr use and bladder cancer among farmers and unraveling pesticide exposure complexities and health impacts."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Tutik Sri Hariyati
"Stroke sering menimbulkan gangguan fungsi eliminasi yaitu inkontinensia urin urin. Pada pasien stroke kondisi inkonrinensia urin sering menimbulkan masalah baru yang akan memperberat kondisi pasien. Latihan berkemih atau bladder training dari penelitian Fant, 1991 menunjukkan bahwa 50 % dari sampel percobaannya menjadi mampu mengontrol kencing, dan 12 % menjadi total kontinen. Pada penelitian ini, pengambilan data dilakukan selama tiga bulan dengan responden sebanyak 38 pasien stroke, dimana 19 sebagai kelompok intervensi, dan 19 sebagai kelompok kontrol. Karakteristik responden sebagai berikut: jumlah pasien stroke Hemoragie di ruang intervensi 0,59 % dan stroke iskemi 0,41%. Di ruang Kontrol jumlah stroke Hemoragie 0,47 %, sedangkan stroke Iskemia 0,53 %. Jika dibandingkan dengan usia, maka jumlah stroke Hemoragie dan lansia di ruang intervensi 0,21 %, di ruang kontrol 0,26 %. Hasil dari penelitian menunjukan ada perbedaan yang bermakna terhadap masa pemulihan inkontinensia urin urin pada pasien yang bladder retraining-nya terprogram dengan baik dan yang tidak terprogram dengan baik. Pada ruangan intervensi jika tidak dibedakan jenis strokenya dan usianya maka diperoleh lama inkontinensia urin rataratanya 13,11 hari, sedangkan di ruang kontrol 22,7 hari. Setelah dianalisa dengan CI 95% dengan uji T-test ternyata perbedaan ini bermakna dengan p= 0,012."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Bayhakki
"ABSTRAK
Bladder training merupakan suatu tindakan melatih kandung kemih untuk dapat bekerja
dengan normal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak bladder training
menggunakan metode konvensional dan menggunakan modifikasi cara Kozier, dilihat
dari pola berkemih, keluhan berkemih dan lama waktu berkemih kembali seperti
Sebelum Operasi. Penelitian menggunakan desain quasi-experimental dengan post-test
only with control group. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien pasca bedah
ortopedi yang terpasang kateter urin dan dirawat di ruang rawat bedah ortopedi Laki-
laki dan perempuan Ima A RSCM Jakarta. Pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan metode probability sampling dengan Cara simple random sampling. Uji
statistik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan chi square untuk menguji
perbedaan pola berkemih dan keluhan berkemih antara kelompok treatment dan kontrol, Serta independent t test untuk mengetahui perbedaan lama waktu pada kelompok treatment dan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan pola berkemih (p=1,00) dan keluhan berkemih (p=1,00) antara kelompok treatment dan kelompok kontrol, dan ada perbedaan yang signifikan antara Iama waktu kelompok treatment dan kelompok kontrol (p=0,05). Berdasarkan hal tersebut maka institusi pelayanan perlu membuat prosedur tetap untuk tindakan bladder training dan perawat perlu melakukan bladder training sebelum kateter urin pasien dilepaskan."
2007
T22859
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam penelitian untuk mengefektifkan penggunaan sumber daya alam yang belum termanfaatkan, kolagen dari gelembung renang ikan mas (Cyprinus carpio) diisolasi dan dikarakterisasi. Metode untuk mengisolasi kolagen tersebut adalah menggunakan NaOH 0,1 N, asam asetat 0,5 M, dialisis melewati asam asetat 0,5 M dan aquadest, serta liofilisasi untuk mendapatkan kolagen kering. Sebagai hasilnya, rendemen kolagen kering berjumlah 0,71% dari berat gelembung renang. Beberapa sifat kolagen tersebut diteliti, yaitu uji identifikasi, sifat fisika kimia, dan sifat fungsional. Hasil elektroforesis menunjukkan kolagen tersebut digolongkan sebagai kolagen tipe I. Spektrum FTIR menunjukkan kemiripan antara kolagen dari gelembung renang ikan mas dengan kulit channel catfish dan ikan Nila. Suhu denaturasi kolagen dari gelembung renang adalah sekitar 10° lebih rendah dibandingkan kolagen mamalia. Hasil ini mengindikasikan kolagen dari gelembung renang ikan mas berpotensi untuk menjadi bahan baku industri farmasi."
Universitas Indonesia, 2007
S32615
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>