Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bellinda Fitri Amara
"Acute decompensated heart failure (ADHF) mengacu pada timbulnya gejala dan/atau tanda-tanda gagal jantung yang cepat atau bertahap. Dispnea saat aktivitas adalah salah satu gejala dominan pada klien dengan gagal jantung yang menyebabkan penurunan kualitas hidup klien dengan mengurangi kemandirian/ kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Tujuan penulisan ini yaitu memaparkan hasil analisis asuhan keperawatan dengan menggunakan penerapan pursed lip breathing dan posisi semi-fowler untuk mengurangi keluhan sesak, menurunkan laju pernapasan, dan meningkatkan saturasi oksigen pada klien dengan ADHF sehingga kemandirian dalam melakukan aktivitas dapat meningkat. Evaluasi dilakukan menggunakan pulse oximetry, perhitungan laju pernapasan selama satu menit, serta perasaan subjektif pada keluhan sesak yang dirasakan klien. Hasilnya, terdapat penurunan laju pernapasan, penurunan keluhan sesak dan peningkatan saturasi oksigen setelah latihan pursed lip breathing dan posisi semi-fowler diimplementasikan. Kesimpulannya, latihan pursed lip breathing dengan posisi semi-fowler terbukti efektif menurunkan laju pernapasan, meningkatkan saturasi oksigen, dan meredakan keluhan sesak napas pada klien dengan ADHF.

Acute decompensated heart failure (ADHF) refers to the rapid or gradual onset of symptoms and/or signs of heart failure. Dispnea on exertion is one of the dominant symptoms in patients with heart failure which causes a decrease in the patient's quality of life by reducing independence/ability to perform daily activities. The purpose of this paper is to describe the results of the analysis of nursing care using the application of pursed lip breathing and semi-Fowler's position to reduce complaints of shortness of breath, decrease respiratory rate, and increase oxygen saturation in clients with ADHF so that independence in carrying out activities can increase. Evaluation was carried out using pulse oximetry, calculating the respiratory rate for one minute, as well as subjective feelings of shortness of breath felt by the client. As a result, there is a decrease in respiratory rate, a decrease in complaints of shortness of breath and an increase in oxygen saturation after the pursed lip breathing and semi-Fowler position exercises are implemented. In conclusion, the pursed lip breathing exercise in the semi-Fowler position has been shown to be effective in reducing respiratory rate, increasing oxygen saturation, and relieving shortness of breath in clients with ADHF."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Destia Anggraini Rahmawati
"ADHF (Acute decompensated heart failure) merupakan suatu kondisi gagal jantung dengan perubahan mendadak pada jantung untuk berkontraksi, sehingga mengancam nyawa dan dapat menyebabkan edema paru. Gagal jantung dapat dikategorikan menurut nilai ejeksi fraksi, salah satunya heart failure with reduce ejection fracktion (HFrEF) dengan nilai EF ≤40%. Tanda klinis ADHF salah satunya edema pada tungkai. Hal ini terjadi karena kegagalan LV untuk berkontraksi sehingga menyebabkan aliran balik dengan penumpukan cairan diparu, kemudian kembali ke RV dan keluar melalui atrium kanan ke seluruh tubuh, salah satunya ke tungkai. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi edema tungkai yaitu ankle pumping exercise. Intervensi ini dilakukan selama 3 hari dengan frekuensi 10 kali/jam, kemudian dievaluasi selama 6 jam dengan metode pitting edema. Hasil intervensi menunjukkan terdapat perubahan derajat edema tungkai dari +3/+3 menjadi +1/+2. Hasil karya ilmiah ini diharapkan menjadi salah satu alternatif intervensi untuk mengurangi edema tungkai.

ADHF (Acute decompensated heart failure) is a condition of heart failure with sudden changes in the heart to contract, so it is life threatening and can cause pulmonary edema. Heart failure can be categorized according to the value of the ejection fraction, one of which is heart failure with reduced ejection fracture (HFrEF) with an EF value of ≤40%. One of the clinical signs of ADHF is edema in the legs. This occurs due to the failure of the LV to contract causing backflow with a buildup of fluid in the lungs, then back into the RV and out through the right atrium to the rest of the body, including the legs. The intervention to treat leg edema is ankle pumping exercise. This intervention was carried out for 3 days with a frequency of 10 times/hour, then evaluated for 6 hours using the pitting edema. The results of the intervention showed that there was a change in the degree of leg edema from +3/+3 to +1/+2. The results of this scientific work are expected to be an alternative intervention to reduce leg edema."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Sabillah
"Acute Decompensated Heart Failure (ADHF) merupakan kondisi klinis terjadinya perburukan gagal jantung secara tiba-tiba yang terjadi pada pasien dengan riwayat gagal jantung kronik. Kondisi gagal jantung dapat dilakukan pemeriksaan ekokardiografi untuk menilai kontraktilitas jantung, fungsi katup, pembesaran jantung, dan nilai fraksi ejeksi. Gagal jantung dengan penurunan nilai ejeksi fraksi EF <40% dan jantung mengalami disfungsi sistolik pada ventrikel kiri. Penurunan pemompaan darah oleh ventrikel kiri akan menyebabkan perubahan hemodinamik kapiler sehingga mendorong kebocoran dari kompartemen vaskular ke interstitium serta retensi air dan garam oleh sehingga menghasilkan akumulasi cairan di ekstremitas atau edema tungkai. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi edema tungkai adalah dengan ankle pumping exercise yang terdiri dari gerakan plantar fleksi dan dorsofleksi. Intervensi ini dilakukan selama 5 hari dengan frekuensi 10x/jam dengan interval 4 detik pada masing-masing gerakan, kemudian dievaluasi setelah 6 jam dengan metode pitting edema, Hasil intervensi menunjukkan adanya perubahan derajat tungkai dari +2/+2 menjadi 0/0 (tidak ada edema). Hasil karya ilmiah ini diharapkan menjadi salah satu intervensi alternatif untuk mengurangi edema tungkai.

Acute decompensated heart failure (ADHF) is a clinical condition of sudden worsening of heart failure that occurs in patients with a history of chronic heart failure. In conditions of heart failure, echocardiography can be performed to assess heart contractility, valve function, heart enlargement and ejection fraction values. Heart failure with a decrease in ejection fraction EF <40% and the heart experiences systolic dysfunction in the left ventricle. Decreased blood pumping by the left ventricle will cause changes in capillary hemodynamics, thereby encouraging leakage from the vascular compartment into the interstitium as well as water and salt retention thereby resulting in fluid accumulation in the extremities or leg edema. The intervention carried out to overcome leg edema is ankle pumping exercise which consists of plantar flexion and dorsiflexion movements. This intervention was carried out for 5 days with a frequency of 10x/hour with an interval of 4 seconds for each movement, then evaluated after 6 hours using the pitting edema method. The results of the intervention showed a change in leg grade from +2/+2 to 0/0 (no there is edema). It is hoped that the results of this scientific work will become an alternative intervention to reduce leg edema.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Silfi Pauline
"ABSTRAK
Latar Belakang: Hiponatremia ditemukan pada 15-20 admisi rumah sakit. Hiponatremia berhubungan dengan adverse outcome pada pasien gagal jantung. Penggunaan akuaretik dipertimbangkan untuk tatalaksana hiponatremia pada gagal jantung. Adverse outcomes akibat hiponatremia berdampak terhadap pembiayaan, dan merupakan target potensial untuk intervensi. Studi ini bertujuan menilai efektivitas klinis tatalaksana hiponatremia pada gagal jantung serta menganalisis biaya medis antar metode tatalaksana. Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada pasien dengan gagal jantung dekompensasi akut dengan hiponatremia pada Januari 2014 ndash; Mei 2017. Hasil Penelitian: Total subjek 128 pasien, dengan 71 55.5 subjek mendapatkan terapi konvensional ditambah antagonis reseptor AVP. Terdapat perbedaan bermakna p = 0.041 kenaikan natrium median kelompok antagonis reseptor AVP 4 -8 ndash; 26 dan tanpa antagonis reseptor AVP 3 -16 ndash; 16 , dan perbedaan bermakna p < 0.0001 lama masa rawat median 10.50 3-40 hari pada kelompok antagonis reseptor AVP dan 6 3-71 hari pada kelompok tanpa antagonis reseptor AVP . Analisis biaya parsial tidak menunjukkan perbedaan bermakna pada biaya rerata harian antar kedua kelompok. Kesimpulan: Terdapat perbedaan kenaikan kadar natrium darah di hari ketiga pengobatan dan lama masa rawat antar metode tatalaksana hiponatremia pada gagal jantung dekompensasi akut. Tidak terdapat perbedaan biaya bermakna antar metode tatalaksana hiponatremia pada gagal jantung dekompensasi akut.

ABSTRACT
Background Hyponatremia is found in 15 20 of hospital admissions and is associated with adverse outcomes in heart failure, where aquaretics may be considered in its management. Adverse outcomes due to hyponatremia affects funding, and is a potential target for intervention to decrease expenses. We aim to evaluate the clinical effectiveness of hyponatremia treatment methods in heart failure and analyze medical costs between them. Method This is a cross sectional study among acute decompensated heart failure patients with hyponatremia in NCCHK from January 2014 until May 2017. Result 128 subjects were analyzed, with 71 55.5 subjects receiving conventional therapy and AVP receptor antagonist and 57 44.5 receiving conventional therapy only. There was a significant difference in sodium increase 4 8 ndash 26 in AVP receptor antagonist patients and 3 16 ndash 16 in those without, p 0.041 , and in length of stay 10.50 3 40 days in AVP receptor antagonist patients and 6 3 71 in those without, p 0.0001 . Cost analysis showed no significant difference in average daily cost. Conclusion There is a significant difference in sodium increase after three days of therapy and in length of stay. There is no significant cost difference with the addition of AVP receptor antagonist."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chaera Maya Sari
"Penyakit dengan gangguan sistem kardiovaskular merupakan salah satu penyumbang angka kematian tertinggi di tingkat dunia. Upaya tindakan pencegahan dan perawatan terus dikembangkan untuk mengatasi masalah ini. Perawat spesialis memegang peranan penting sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada pasien, menerapkan pelaksanaan Evidence Base Nursing dan melakukan inovasi keperawatan. Praktik residensi spesialis keperawatan medikal bedah telah dilaksanakan untuk mengaplikasikan peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, peneliti dan inovator. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung dilakukan dengan memberikan asuhan keperawatan pada 30 kasus kelolaan resume dan kasus kelolaan utama ADHF dengan teori Model Adaptasi Roy. Peran sebagai peneliti dijalankan dengan menerapkan tindakan keperawatan berbasis pembuktian ilmiah (Evidence Base Nursing) yaitu tindakan pemberian aromaterapi Peppermint secara inhalasi untuk menurunkan tingkat kelelahan pada pasien gagal jantung yang dirawat inap. Peran perawat sebagai inovator dijalankan dengan menyusun proyek inovasi tentang assesment frailty pada pasien gagal jantung. Hasil analisis praktik menunjukkan bahwa Model Adaptasi Roy efektif digunakan untuk pasien dengan gangguan sistem kardiovaskular, aromaterapi Peppermint dapat digunakan untuk menurunkan tingkat kelelahan pada pasien gagal jantung. Selain itu Assesment Frailty dapat diterapkan pada pasien dengan gagal jantung untuk merekomendasikan jenis latihan fisik yang bisa dilakukan.

Diseases with disorders of the cardiovascular system are one of the highest contributors to death rates at world level. Efforts for preventive and maintenance measures continue to be developed to overcome this problem. Specialist nurses play an important role as providers of direct nursing care to patients, implementing Evidence Base Nursing and implementing nursing innovations. Medical surgical nursing specialist residency practice has been implemented to apply the role of nurses as providers of nursing care, researchers and innovators. The role as a provider of direct nursing care was carried out by providing nursing care to 30 resume management cases and ADHF main management cases using Roy's Adaptation Model theory. The role as a researcher is carried out by implementing nursing actions based on scientific evidence (Evidence Base Nursing), namely the action of inhaling Peppermint aromatherapy to reduce the level of fatigue in hospitalized heart failure patients. The role of nurses as innovators is carried out by preparing innovation projects regarding frailty assessment in heart failure patients. The results of the practice analysis show that the Roy Adaptation Model is effective for patients with cardiovascular system disorders, Peppermint aromatherapy can be used to reduce fatigue levels in heart failure patients. In addition, the Frailty Assessment can be applied to patients with heart failure to recommend types of physical exercise that can be done."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library