Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Jenny Vitasari
"Dalam berkomunikasi, orang Jepang sering memperlihatkan perilaku yang kontradiktif. Pemahaman yang baik dari sikap ini akan menimbulkan komunikasi yang baik juga, yang sesuai dengan apa yang ingin disampaikan oleh masing-masing pihak, dalam ini orang jepang dan lawan komunikasinya. Berusaha memahami sikap orang jepang juga berusaha memahami budaya Jepang dalam suatu sosok manusia. Karena tuntutan masyarakatnya, orang Jepang selalu memisahkan antara apa yang baru dilakukan dan apa yang ingin dilakukan, yang terlihat dalam Tatemae dan Honne. Sebagai orang bukan Jepang, akan susah sekali membedakan apakah sikap yang sedang ingin dilakukan ataukah akan baru dilakukan oleh orang jepang bersangkutan.Pada orang Jepang, sikap kontradiksi ini diperkenalkan sejak masa kanak-kana dan dikembangkan pada masa dewasa. Pada masa kanak-kanak orang jepang dan rasa keberanian dan kebebasan dalam mengekspresikan diri Bersamaan dengan itu juga diperkenalkan akan rasa malu dan rasa untuk menghormati diri sendiri, yang membatasi gerak mereka dalam mengekspresikan diri, Kedua perasaan ini mendominasi orang jepang dalam setiap gerak, dan dengan bertambahnya kedewasaaan mereka, bertambah pula kemampuan mereka dalam mengatur dua perasaan berlawanan tersebut dalam sikap mereka. Ini yang menyebabkan kadangkala orang bukan--Jepang menganggap sikap orang Jepang membingungkan. Padahal itu adalah cara mereka menempatkan diri pada dua perasaan yang mendominasi dirinya. Dengan menyadari adanya dua sikap berlawanan dalam diri orang Jepang, maka akan lebih mudah bagi orang bukan Jepang untuk memahami sikap kontradiksi yang kadang kala muncul dalam perilaku orang Jepang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S13584
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Andarina Agusvianida Tamrin
"ANDARINA AGUSVIANIDA TAMRIN. Aizuchi sebagai pelancar komunkasi serta reflector tatemae-honne dalam masyarakat Jepang. ( Dibawah bimbingan Dr. Sheddy N. Tjandra, B.A, M.A) Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005. Penelitian mengenai aizuchi bertujuan dapat menunjukkan aizuchi berperan sebagai pelancar komunikasi sekaligus merupakan retlektor dari tatemae honne. Retlektor disini maksudnya didalam setiap lontarannya aizuchi itu merefleksikan sikap, pendapat dan juga pemikiran dari seseorang, baik ia merasa harus menampilkan tatemae atau honne dalam percakapan yang sedang berlangsung. Pengumpulan data yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah metode kepustakaan dengan teknik pengamatan audiovisual, yakni dengan cara kerja mengumpulkan data dengan cara mengamati objek pengamatan berupa DVD Anime Jepang. Kemudian data-data yang didapat ditranskripsikan menjadi bentuk tertulis. Hasil penganalisaan diatas adalah Aizuchi yang sepintas lalu hanya merupakan sebuah lontaran-lontaran kecli dalam sebuah percakapan ternyata memiliki peran ganda yaitu sebagai pelancar komunikasi dan juga berperan sebagai retlektor dari tatemae-honne yang merupakan landasan moral masyarakat Jepang. Peranan Aizuchi didalam masyarakat Jepang terlihat dengan jelas. Aizuchi yang merupakan respon dari pendengar terhadap topik yang dibicarakan oleh penutur memiliki bermacam fungsi. Fungsi-fungsi yang dikandung oleh lontaran-lontaran Aizuchi tersebut dapat membuat sebuah komunikasi menjadi semakin hidup dan lancar. Peran Aizuchi sebagai reflektor dari tatemae-honne ini dapat dilihat dengan cara menggarap keluar makna tatemae-honne yang muncul dalam bentuk lontaran_lontaran Aizuchi yang ditemukan didalam relasi makna Bahasa kalimat dan konteks atau situasi pemakaian kalimat didalam percakapan diantara penutur dan pendengar dalam sebuah percakapan. Penguasaan tatemae-honne yang baik dari masing-masing individu akan menunjang terciptanya komunikasi yang baik yang akan menciptakan kondisi yang kondusif untuk terciptanya hubungan manusia yang harmonis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S13459
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Kiara Yumiko
"Penelitian ini menganalisis penggambaran skema perilaku masyarakat Jepang yaitu, konsep honne dan tatemae dalam film Call Me Chihiro (2023). Selanjutnya, penelitian akan mengaitkan penggambaran tersebut dengan wacana penanggulangan isu kesepian dan pengasingan diri (isolasi) melalui perspektif teori persona dan shadow dari Carl Gustav Jung. Penelitian ini berfokus pada unsur intrinsik film, yaitu dialog dan cuplikan adegan yang menampilkan sang karakter utama Chihiro. Penelitian berargumen bahwa honne-tatemae yang ditampilkan oleh Chihiro mampu membuat orang-orang di sekitarnya berdamai dengan kesepian mereka. Lebih jauh lagi penelitian ini melihat bahwa film Call Me Chihiro turut berkontribusi dalam merepresentasikan upaya penanggulangan isu kesepian dan isolasi di Jepang pada era pasca pandemi COVID-19.
This study analyzes the portrayal of Japanese social behavior patterns, specifically the concepts of honne and tatemae, in the film "Call Me Chihiro" (2023). Furthermore, the research will link this portrayal with the discourse on addressing loneliness and self-isolation issues through the perspective of Carl Gustav Jung's persona and shadow theory. The study focuses on intrinsic elements of the movie, such as dialogue and scenes featuring the main character Chihiro. The research argues that Chihiro's depiction of honne and tatemae enables those around her to come to terms with their loneliness. Furthermore, the study observes that "Call Me Chihiro" contributes to representing efforts to overcome the issue of loneliness and isolation in Japan in the post-COVID-19 pandemic era."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library