Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mochtar Kusumaatmadja
Jakarta: Binacipta, 1986
361.770.72 MOC k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bugnion, Francois
Washington D.C: International Committee of the Red Cross, 2003
361.77 BUG i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1997
S25865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haug, Hans
Stuttgart: Henry Dunant Institute, 1993
361.77 HAU h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Susi Arfina Dewi
"Organisasi pelayanan kesehatan sekarang ini harus senantiasa meningkatkan mutu pelayanan kesehatan agar dapat memperoleh keunggulan dalam persaingan.
Berawal dari keinginan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan itu Rumah Sakit Umum Palang Merah Indonesia Bogor yang merupakan satu-satunya rumah sakit milik Palang Merah Indonesia merencanakan pengembangan poliklinik spesialisnya. Hal ini didukung oleh fakta dari observasi pra penelitian di mana pelanggan berpendapat bahwa ruang periksa dan ruang tunggu sudah tidak memadai.
Usaha pengembangan ini dapat bermanfaat jika bisa menentukan posisi bersaing yang tepat. Sementara itu belum ada informasi mengenai karakteristik pelanggan dan posisi pesaing yang dapat digunakan oleh rumah sakit sebagai acuan untuk membuat kebijakan.
Penelitian yang ditujukan untuk menganalisis penentuan posisi bersaing ini, menggunakan rancangan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Dari penelitian diperoleh hasil bahwa karakteristik pelanggan Poliklinik Spesialis RSU PMI Bogor terbanyak berasal dari kotamadya Bogor, mayoritas kelompok usia produktif dari kelas menengah bawah dengan pendidikan menengah dan pekerjaan pegawai negeri . Karakteristik pelanggan ini menjadi dasar persepsi mengenai posisi poliklinik itu sendiri dan posisi pesaing. Berdasar persepsi pelanggan disimpulkan posisi poliklinik ini dengan pelayanan yang baik dan terjangkau. Dari persepsi pelanggan didapatkan pula bahwa pesaing terdekat adalah Poliklinik Spesialis RS Azra, namun Poliklinik Spesialis RSU PMI Bogor mempunyai keunggulan dari jenis pelayanan yang lebih lengkap dan tarif pelayanan yang lebih murah.
Untuk dapat memenangkan persaingan disarankan agar RSU PMI membentuk bagian pemasaran dan melakukan fungsi pemasaran secara optimal sehingga rencana pengembangan poliklinik spesialis dapat diwujudkan dan memberikan manfaat.

Positioning Analysis of Specialized Polyclinic in Bogor Indonesian Red Cross HospitalHealth service organization these days should always increase its quality so that they could be the front runner in the course of highly competitive market.
It all begins from the idea to ameliorate the quality of health service at the Bogor Indonesian Red Cross Hospital, which is the only hospital belongs to the Indonesian Red Cross Organization to carry on the plan of its Specialized Polyclinic expansion. This is supported by the fact acquired from pre research observation where customers assume that examination room and waiting lounge are no longer eligible.
This expansion plan will surely come in handy if one is capable of determining the exact positioning. Meanwhile, absence of information concerning customers characteristics and competitors positioning as a parameter to set the hospital policy.
The research is conducted to analyze the determination of positioning , using descriptive analytic methodology of research with qualitative and quantitative approach.
From the research, it is found that the majority of the customer of this specialized polyclinic is originally from the district of Bogor belong to the productive age group ranging from low to middle class of society with average middle educational qualification and owning profession as civil servant. Perceptions on the positioning of the polyclinic its self and its competitors are made upon the data gained concerning the customers' characteristic. It is summed up, according to the perspective of the customers, that is polyclinic furnish an excellent service and affordable to all levels of society. It is also acknowledgeable that its closest competitor is the polyclinic owned lay Azra Hospital, though the one owned lay RSU PM1 Bogor posses a number of features mainly in its service and tariff.
With the intention of winning the competition, it is advised that Bogor Indonesian Red Cross Hospital should create marketing division and perform optimally marketing functions so that the plan of having specialized polyclinic expansion can be well carried out and last but not least will do bring the most advantage.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T1397
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.W. Susilowati
"ABSTRAK
Latar belakang dan cara penelitian: Kemajuan sektor industri di Indonesia sejalan dengan banyaknya pabrik-pabrik yang dibangun, selain dapat menambah lapangan kerja ternyata dapat membawa risiko kesehatan bagi pekerja maupun masyarakat umum. Disamping itu penggunaan bahan kimia, obat-obatan, insektisida dan polusi udara semakin bertambah_ Salah satu dampak negatifnya adalah paparan dari bahan-bahan tersebut diatas, yaitu dapat bersifat mutagen. Mutagen dapat mengakibatkan perubahan (mutasi) pada molekul DNA yang dapat menimbulkan penyakit-penyakit seperti keganasan, kelainan kongenital, aborsi spontan dan lain-lain. Untuk itu perlu mengembangkan uji efek mutagen yang lebih sederhana dan ekonomis. Penelitian dilakukan pada 280 orang donor darah. Sampel darah mendapat perlakuan larutan hipotonik tanpa kultur. Parameter yang diteliti adalah: memeriksa dan menghitung 500 sel mononuklir, berapa yang mengandung mikronukleus dari setiap donor. Data yang diperoleh diuji dengan analisis bivariat dan multivariat (regresi logistik).
Hasil dan kesimpulan: Dari hasil pemeriksaan pada sediaan darah tepi cara langsung tanpa kultur dengan menggunakan larutan hipotonik dan fiksasi Camay (9:1), serta pewarnaan Giemsa, mikronukleus dapat terlihat pada sel mononuklir. Kelompok usia tidak mempengaruhi jumlah sel yang mengandung MN (p > 0,05), tetapi risiko untuk mengalami peningkatan MN mulai pada usia 21 - 30 tahun, dan risiko terbesar terdapat pada usia lebih dari 60 tahun yaitu 2,16 kali lebih besar untuk mengalami peningkatan MN. Kebiasaan merokok tidak mempengaruhi jumlah sel yang mengandung MN (p > 0,05), tetapi perokok mengalami peningkatan MN yang lebih besar dengan risiko 2 kali lebih besar. Pekerjaan tidak mempengaruhi jumlah sel yang mengandung MN (p > 0,05), tetapi antar kelompok pekerjaan mempengaruhi peningkatan MN (p < 0,05 ) dan pekerjaan dengan keterpaparan tinggi mempunyai risiko 3 kali lebih besar untuk mengalami peningkatan MN. Alamat rumah tidak mempengaruhi jumlah sel yang mengandung MN (p > 0,05), tetapi alamat rumah di daerah protokol mempunyai risiko 1,3 kali lebih besar-untuk mengalami peningkatan MN dibandingkan daerah tengah. Janis kelamin tidak mempengaruhi jumlah sel yang mengandung MN (p > 0,05), tetapi laki-laki mengalami peningkatan MN dan risiko yang lebih besar. Dari hasil akhir analisis regresi logistik, hanya pekerjaan yang berpengaruh terhadap peningkatan MN dengan risiko 3 kali lebih besar terdapat pada pekerjaan dengan paparan tinggi."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Palang Merah Indonesia, 2015
361.763 4 PAL t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mochtar Kusumaatmadja
Bandung: Alumni, 2002
361.770 72 MOC k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Rohani M. Gunawan
"ABSTRAK
Rumah Sakit PMI Bogor belum mengembangkan Sistem Informasi Manajemen, akan tetapi sudah melaksanakan penanganan data dan informasi secara sederhana. Walaupun demikian dokumentasi dan alur informasi belum memadai dalam hal kelengkapan, kontinuitas pencatatan dan akurasi data karena belum dibangunnya model sistem informasi manajemen yang utuh. Saat ini penanganan data dan informasi di RS PMI dihadapkan pada kendala sumberdaya manusia, sarana, dana dan dukungan dari pihak pimpinan.
Kajian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan SIM Logistik Obat, menyusun model SIM Logistik Obat, menyusun struktur organisasi dan menyusun kebutuhan sumberdaya manusia dan sarana fisik. Metodologi yang digunakan adalah studi kasus dengan analisis kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan Cara diskusi kelompok terfokus, wawancara mendalam dan tinjauan dokumen. Model SIM RS PMI yang dianggap memadai adalah Modular Design System, sehingga SIM Logistik Obat akan merupakan sub sistem yang berdiri sendiri tetapi memberikan input data dan informasi bagi SIM RS PMI.
Temuan menunjukkan bahwa model yang sudah ada dapat dikembangkan menjadi SIM Logistik Obat. Dokumentasi secara manual harus diteruskan tetapi disertai dengan melakukan penyempurnaan terhadap (a) tabel output yang diinginkan baik bagi RS PMI, maupun pasien, (b) tabel input dan formulir yang diperlukan ,untuk memperoleh data dalam upaya menghasilkan tabel output yang diinginkan, dan (c) mekanisme dan alur data dan informasi. Stok obat dan alat kesehatan yang bersifat emergensi dipantau penggunaan dan stoknya secara manual dan computerized, yaitu dengan menampilkannya secara visual dalam bentuk grafik. Di apotik, peningkatan efisiensi penanganan data dengan komputer harus dilakukan dengan menyempumakan software sehingga data penjualan, nilai penjualan dan stok obat dapat diketahui setiap saat apabila diperlukan.
Disarankan agar SIM RS PMI dan SIM Logistik Obat dapat dibangun dengan segera untuk meningkatkan manajemen RS PMI, meningkatkan pelayanan, dan menciptakan manajemen yang transparan, dalam menuju peningkatan kinerja RS PMI secara keseluruhan.

ABSTRACT
Despite the facts that the Indonesian Red-Cross Hospital (IRCH) has not yet developed a Management Information System (MIS), the hospital has already started with a simple data and information management. Nevertheless, the data and information documentation and distribution is regarded insufficient in terms of completeness, continuity and accuracy due to inavailability of appropriate model of MIS. Currently, data and information management at the IRCH is heavily constrained with the quantity as well as quality of human resources, infrastructure, funding and the top level management support.
This study is aimed to analyze the needs of Drug Logistic Management Information System (DL-MIS), develop the model of DL-MIS, establish the organization structure and human resources needed, and estimate the required physical infrastructure and hardware. The research methodology is a case study with qualitative analysis. The data is gathered through focus group discussions, indepth interviews, and document reviews. The model chosen for the IRCH MIS is a Modular Design System, and hence the DL-MIS will become an independent subsystem which shares data and information with the IRCH MIS.
The findings indicate that current information management at the IRCH could be developed into DLMIS. Manual system of the DL management can be improved with further enhancement on (a) the form of the output tables needed by the IRCH and patients, (b) the input tables to record the necessary data in order to produce the output tables, and (c) mechanism and distribution of data and information. The utilization and stock of the emergency drug and medical supply has to be monitored through manual as well as computerized recording, and then visually displayed in an informative graphics. At the pharmacy, efficiency improvement on computerized system has to be conducted thoroughly by redesigning the software which enable the system to record and automatically calculate the transaction, amount of sales, value of sales and the stock
Finally, it is suggested that the IRCH MIS and DL-MIS could be established at the soonest time possible to improve the quality of the hospital management, provide better hospital services, and create a transparent management in the effort of increasing the whole IRCH performance.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athika Fauzyah Syafitri
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas mengenai pengaturan terkait pertanggungjawaban yang dapat dimintakan kepada dokter, perawat, dan Palang Merah Indonesia (PMI) dalam kasus salah transfusi darah yang dapat membahayakan nyawa pasien dikaitkan pada putusan Pengadilan Negeri Lhokseumawe Nomor 207/Pid.Sus/2016/PN Lsm. Tujuan dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai tanggung jawab hukum dokter, perawat, dan PMI pada kasus salah transfusi darah. Metode penelitian yang digunakan yaitu, metode penelitian yuridis normatif dengan tipe deskriptif. Hasil penelitian ini adalah unsur setiap orang atau subjek hukum yang telah melakukan suatu tindak pidana tidak terpenuhi terhadap terdakwa, karena secara fakta hukum bukan terdakwa yang melakukan tindakan transfusi darah. Selain itu pendapat hakim terkait adanya hubungan kausalitas antara sebab dan akibat salah transfusi darah yang mengakibatkan korban gagal ginjal sehingga harus melakukan cuci darah juga belum bisa dipastikan apakah benar karena salah transfusi darah. Dengan begitu kesimpulan dari penelitian ini bahwa hubungan hukum antara dokter dan perawat dalam prosedur transfusi darah adalah hubungan delegatif sehingga tanggung jawab hukum dokter, perawat dan PMI adalah apa yang menjadi kewenangannya. Tanggung jawab akan tetap berada di dokter apabila perawat telah melakukan tindakan sesuai instruksi dokter dan sebaliknya.

ABSTRACT
Focus on this study discusses the responsible of doctor, nurse, and Indonesia Red Cross (PMI) in blood transfusion procedures for patient attached to a Lhokseumawe District Court Number 207/Pid.Sus/2016/PN Lsm. The purpose of this study expected could give insight about responsibility of doctor, nurse, and Indonesia Red Cross in case failbility of procedure in blood transfusion. The method use, name juridical normative with descriptive. The result of this study are constituents of every person or legal subject who has committed an offense that is not fulfilled for the defendant, because in law fact is not a defendant who committed blood transfusion. In addition, the judges opinion was related to the causal relationship between the cause and the result of the wrong blood transfusion that resulted in the victim of kidney failure and had to do dialysis and it was not certain whether the blood transfusion was correct. Thus the conclusion of this study that the legal relationship between doctors and nurses in the procedure of blood transfusion is a delegative relationship so that the legal responsibility of doctor, nurse and PMI is what becomes their authority. Responsibility will remain in the doctor if the nurse has taken action according to the doctors instructions and vice versa."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>