Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vivi Frizalda
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola waktu tempuh mobilitas ulangalik di Jabodetabek menurut karakteristik demografi, ekonomi dan lainnya. Hasil analisis regresi logistik biner dari data Survei Komuter Jabodetabek 2014 menunjukkan bahwa pekerja yang berpeluang lebih tinggi untuk melakukan waktu tempuh yang lama adalah pekerja laki-laki, berumur lebih dari 60 tahun, berpendidikan SMA, menggunakan moda transportasi kendaraan umum beroda empat atau lebih dan menempuh jarak lebih dari 20 km.

The purpose of this study is to analyze the pattern of commuting time by demographic, economic and other characteristics in Jabodetabek Area. The result of binary logit regression shows that workers with high probability in longer commuting time is male, aged more than 60 years old, high school educated, use four-wheels and more wheels public transportation and has more than 20 km in length."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T46174
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Manohara Samsu
"Sudah menjadi hal yang umum bahwa pengalaman melakukan kegiatan commuting di Jakarta tidak menyenangkan. Saat merujuk memori kita terhadap Jakarta mengenai ketidaknyamanan transportasi publik atau kemacetan, sebenarnya pengalaman-pengalaman yang lebih spesifik yang kita ingat. Contohnya seperti bau yang tidak enak saat sedang menuju ke suatu tempat, polusi kendaraan bermotor yang membuat sesak, bising dari kemacetan jalan yang mengganggu, bangunan yang secara fisik tidak terlihat indah di mata, dan lainlain. Pengalaman yang tidak menyenangkan tersebut kita rasakan dari berbagai sensasi yang dirasakan, diingat secara tidak sadar oleh memori, dan dikenali tubuh melalui indera-indera kita. Di tugas akhir ini, penulis mencoba mendalami kaitan antara pengalaman sensorial dengan kegiatan commuting yang dilakukan di jalan Blora sebagai jalan penghubung strategis. Setelah meninjau apa yang membuat pengalaman melewati jalan Blora tidak menyenangkan, tujuan akhirnya adalah untuk menghadirkan sesuatu yang memenuhi kebutuhan transit commuter dan pengalaman-pengalaman yang memicu indera sebagai stimulasi pengalaman yang menyegarkan dan menenangkan commuter dalam perjalanannya.

It’s nothing uncommon that our experiences of commuting in Jakarta are undelightful. Poor public transportation and heavy traffic may be the bigger picture, but it’s the small-certain-experiences that we then recognize as undelightful. The unpleasant smell of the pedestrian activities, high polution and noise from traffic, unappealing built environment, and so on. Those experiences are felt, imprinted in our memories, and recognized by our body through our senses. In this final project, the writer will look into the experiences of Blora street as a street that is strategically a connecting route for commuters in their commute. After assessing what makes the commuters walk through Blora street undelightful, the next goal is to find a way to make it more delightful by inserting the activity of transit to fulfill the commuters’ needs and an experience that triggers their senses as a refreshing and relaxing stimulation.;It’s nothing uncommon that our experiences of commuting in Jakarta are
undelightful. Poor public transportation and heavy traffic may be the bigger
picture, but it’s the small-certain-experiences that we then recognize as
undelightful. The unpleasant smell of the pedestrian activities, high polution and
noise from traffic, unappealing built environment, and so on. Those experiences
are felt, imprinted in our memories, and recognized by our body through our
senses.
In this final project, the writer will look into the experiences of Blora street as a
street that is strategically a connecting route for commuters in their commute.
After assessing what makes the commuters walk through Blora street
undelightful, the next goal is to find a way to make it more delightful by inserting
the activity of transit to fulfill the commuters’ needs and an experience that
triggers their senses as a refreshing and relaxing stimulation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anjani Sekarsari Percaya
"Perempuan dari seluruh dunia telah berjuang jauh dalam membasmi halangan halangan bersifat sistematis dan patriarkal dalam bekerja. Semakin banyak wanita bekerja dan partisipasi perempuan dalam dunia pekerjaan telah mencapai rekor tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Studi studi lampau mengenai mobilitas telah menunjukkan perbedaan antara pola mobilitas ulang alik antara laki laki dan perempuan sebagai konsekensi dari ketidaksetaraan antar gender pada dunia pekerjaan. Riset ini menemukan adanya perbedaan antara pola mobilitas ulang alik antara laki laki dan perempuan diIndonesia melalui analisa deskriptif dan inferensial menggunakan Model Multinomial Logit termodifikasi, menggunakan data nasional dari Survei Angkatan Kerja Nasional SAKERNAS 2017. Selain dari itu, faktor faktor sosio demografi dan pola pekerjaanlainnya telah ditemukan berpengaruh terhadap durasi waktu ulang alik. Studi ini menyimpulkan bahwa ada perbedaan antara perilaku mobilitas laki laki dan perempuan yang melibatkan pekerjaan mereka dan memulai pembicaraan mengenai keterbatasan data mobilitas di Indonesia.

Women worldwide have come a long way in combatting systematic and patriarchal barriers in employment. More and more women are taking on jobs and female labor force participation has reached historical highs in recent years. Mobility studies have pointed out the differences in men and women's commuting patterns to work as a consequence of gender inequality on employment. This research found that there is a difference in men and womens commute in Indonesia through descriptive and inferential analysis using a modified Multinomial Logit model, using national data from the National Labor Survey SAKERNAS 2017. Moreover, other socio demographic and employment pattern factors were found to influence commuting time. This study concludes that there is a difference in men and womens mobility behavior related to their employment and raises the topic of mobility data limitations in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Mutia Rani
"Kegiatan commuting, yaitu perjalanan rutin dari rumah ke tempat kerja, menjadi bagian dari kehidupan modern, terutama di kota-kota besar. Pola mobilitas commuting yang melelahkan dapat berpengaruh pada aspek kesehatan fisik, mental, dan sosial di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kualitas hidup dan faktor apa saja yang berhubungan dengan kualitas hidup para pekerja komuter di institusi X yang berada di Jakarta. Desain studi potong lintang atau cross sectional digunakan pada penelitian, responden sebanyak 137 orang yang merupakan pekerja di institusi X, unit utama Y, yang bepergian dari rumah ke kota tempat kerjanya yaitu Jakarta dan bertempat tinggal di Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Bodetabek). Variabel penelitian meliputi tingkat kualitas hidup dengan menilai skor domain (fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan), sedangkan variabel independen meliputi jenis moda transportasi, kondisi perjalanan, status pernikahan dan waktu tempuh perjalanan. Analisis dengan uji chi square dan uji t-independent. Hasil penelitian menunjukan reponden dengan kualitas hidup kurang sebanyak 71 orang (51,8%) memiliki kualitas hidup kurang, dan 66 orang (48,2%) memiliki kualits hidup baik. Pada keempat domain kualitas hidup, domain fisik mempunyai skor kualitas hidup yang paling rendah, kemudian disusul oleh domain psikologis, kemudian domain lingkungan dan hubungan sosial yang paling tinggi. Hasil analisis chi-square didapatkan tidak ada hubungan signifikan antara jenis moda tranportasi, kondisi perjalanan, status pernikahan dan waktu tempuh perjalanan dengan kualitas hidup total pada pekerja komuter di Institusi X. Pada hasil analisis hubungan antara status pernikahan dengan kualitas hidup domain fisik, terdapat hubungan signifikan yang dapat diartikan pekerja dengan status menikah atau pernah menikah mempunyai risiko skor domain fisiknya lebih rendah dibandingkan dengan pekerja berstatus belum menikah. Hasil uji t-independent didapatkan tidak ada perbedaan tingkat kualitas hidup antara variabel moda transportasi, kondisi perjalanan, status pernikahan dan waktu tempuh perjalanan pada pekerja di Institusi X

The activity of commuting, which involves routine travel from home to the workplace, has become a part of modern life, particularly in large cities. The exhausting commuting mobility patterns can affect the physical, mental, and social health aspects of society. This study aims to describe the quality of life and identify the factors associated with the quality of life of commuters working at institution X in Jakarta. A cross-sectional study design was used, with 137 respondents who are employees at institution X, main unit Y, who commute from their homes to their workplaces in Jakarta and reside in Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Bodetabek). The research variables included the level of quality of life by assessing domain scores (physical, psychological, social relationships, and environment), while the independent variables included the type of transportation mode, travel conditions, marital status, and travel time. Analysis was conducted using chi-square tests and independent t-test. The results showed that 71 respondents (51.8%) had a lower quality of life, while 66 respondents (48.2%) had a good quality of life. Among the four quality of life domains, the physical domain had the lowest quality of life score, followed by the psychological domain, and then the environmental and social relationships domains, which had the highest scores. Chi-square analysis revealed no significant relationship between the type of transportation mode, travel conditions, marital status, and travel time with the overall quality of life of commuters at institution X. However, the analysis of the relationship between marital status and the physical quality of life domain indicated a significant relationship, suggesting that employees who are married or have been married are at a higher risk of having lower physical domain scores compared to those who are single. Independent t-test results showed no differences in the quality of life levels among the variables of transportation mode, travel conditions, marital status, and travel time for employees at institution X."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hilda Triany
"Dalam beberapa tahun terakhir, pencapaian pendidikan dan partisipasi angkatan kerja perempuan meningkat cukup pesat di Indonesia. Seiring dengan meningkatnya peran perempuan dalam pasar kerja menjadikan rumah tangga dengan pasangan menikah yang keduanya bekerja juga meningkat (dual worker). Rumah tangga dual-worker yang bekerja di lokasi yang berbeda akan memilih lokasi tempat tinggal yang dapat memaksimalkan potensi pendapatan bersama. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi waktu tempuh mobilitas ulang-alik suami dan istri dalam rumah tangga yang keduanya bekerja, dan khususnya mempertimbangkan pendapatan yang berdampak pada waktu mobilitas ulang-alik dari pasangan suami istri yang merupakan kepala rumah tangga dan pasangannya. Penelitian ini menggunakan data Survei Angkatan Kerja Nasional 2018 dan data pendukung dari hasil Survei Sosial dan Ekonomi Nasional 2018. Dengan menggunakan regresi logistik multinomial, penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan waktu tempuh komuter dalam rumah tangga dual-worker dipengaruhi secara signifikan oleh perbedaan pendapatan, perbedaan jam kerja, perbedaan status pekerjaan, dan status migrasi.

In recent years, educational attainment and female labor force participation have increased rapidly in Indonesia. Along with the increasing role of women in the labor market making households with married couples who both work also increase (dual workers). Dual-worker households who work in different locations will choose residential locations that can maximize the potential income together. This study aims to explore the commute time of husbands and wives in households that both work, and in particular considering income that affects the time of shuttle mobility of a married couple and their spouse. This study uses 2018 National Labor Force Survey data and supporting data from the results of the 2018 National Economic and Social Survey. Using multinomial logistic regression, this study shows that commuter time differences in dual-worker households are significantly affected by differences in income, rental prices home, differences in working hours, differences in employment status, and migration."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53526
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Yuniar Tantri
"Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara kelayakan kota yang dirasakan dan waktu komuting individu di 26 kota di Indonesia. Penelitian ini dipicu oleh tingginya tingkat urbanisasi di Indonesia, dengan perkiraan 66,6% populasi diperkirakan tinggal di daerah perkotaan pada tahun 2035. Dengan pertambahan populasi, ada potensi penurunan kelayakan kota dan waktu komuting yang lebih lama bagi individu. Lama waktu komuting dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan dan lingkungan. Menggunakan regresi logistik, penelitian ini menemukan bahwa setiap perbaikan pada tingkat kelayakan kota berhubungan negatif dengan penurunan 0,3% probabilitas individu berkomuting selama lebih dari 60 menit. Namun, jika urbanisasi yang cepat, berlanjut tanpa perbaikan pada kelayakan kota, kemungkinan besar akan meningkatkan probabilitas individu berkomuting dalam waktu lebih lama. Temuan ini menegaskan perlunya perbaikan dalam lingkungan perkotaan, seperti pengembangan compact city, dengan penyediaan aksesibilitas yang baik.

This study aims to explore the relationship between perceived city livability and individual commuting time in 26 cities in Indonesia. The research is motivated by the rapid urbanization in Indonesia, with an estimated 66.6% of the population projected to live in urban areas by 2035. With the increasing population, there is a potential for a decrease in city livability and longer commuting time for individuals. The length of commuting time can lead to various health and environmental issues. Using logistic regression, the study found that every improvement in city livability is negatively associated with a 0.3% decrease in the probability of individuals commuting for more than 60 minutes. However, if rapid urbanization continues without improvements in city livability, it is likely to increase the probability of individuals commuting for longer durations. These findings emphasize the need for improvements in urban environments, such as the development of compact cities, with the provision of good accessibility"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Widiastika
"Kesenjangan upah bagi penyandang disabilitas adalah masalah yang terus berlanjut dalam mencapai kesetaraan upah. Penelitian ini memperkenalkan waktu tempuh ke tempat kerja sebagai faktor potensial yang mempengaruhi kesenjangan upah ini. Meskipun perjalanan menuju tempat kerja yang panjang umumnya dikaitkan dengan upah yang lebih tinggi, pekerja dengan disabilitas di Indonesia biasanya memiliki perjalanan yang lebih pendek, yang mungkin sebagian menjelaskan ketimpangan upah yang terus berlanjut. Menggunakan regresi ordinary least squares dan analisis SUEST, studi ini menemukan bahwa meskipun pekerja dengan disabilitas menghadapi kesenjangan upah yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja tanpa disabilitas ketika melakukan perjalanan yang lebih panjang, waktu tempuh tidak mempengaruhi kesenjangan upah ini. Namun, adanya kesenjangan upah tersebut mungkin terjadi secara tidak langsung karena perbedaan premi upah dari perjalanan kerja yang lebih Panjang bagi pekerja dengan dan tanpa disabilitias, di samping faktor lain yang belum teramati. Penelitian ini menekankan perlunya kebijakan yang mengatasi tantangan perjalanan komuter bagi pekerja dengan disabilitas, dan menyarankan adanya aturan kerja yang fleksibel untuk memitigasi kesenjangan upah. Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan untuk mengeksplorasi langkah-langkah dukungan tambahan dan akomodasi untuk mengembangkan solusi yang komprehensif.

Disability wage gaps are a persisting issue in the face of wage equity. This research introduces commuting time as a potential factor influencing these wage gaps. While longer commutes are generally associated with higher wages, workers with disabilities in Indonesia typically have shorter commutes, which might partly explain persistent wage disparities. Employing ordinary least squares (OLS) regression and SUEST analysis, this study finds that although workers with disabilities face a higher wage gap to workers without disabilities when having longer commutes, commuting time does not contribute to this widening wage gap. However, the existence of such a wage gap might indirectly occur due to uneven wage premiums between disabled and non-disabled workers, in addition to possible other unobserved factors. The study underscores the need for policies that address commuting challenges for workers with disabilities, suggesting flexible working arrangements to mitigate wage disparities. Further research is essential to explore additional supportive measures and accommodations to develop comprehensive solutions."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghania Nurizzati
"Penelitian ini secara garis besar dilakukan untuk mengetahui pengaruh commuting mental effort terhadap job performance pada karyawan penglaju Commuter Line B (Jalur Bogor – Jakarta Kota). Dengan menggunakan pendekatan structural equation modelling (SEM), beberapa temuan dihasilkan dari data yang telah terkumpul dari 387 responden yang dipilih dari total 435 responden setelah melakukan penyaringan untuk memastikan kualitas data. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa emotional exhaustion memiliki pengaruh yang signifikan terhadap job burnout dan job burnout memiliki pengaruh yang signifikan terhadap job performance pada karyawan penglaju Commuter Line B. Selain itu, commuting mental effort ditemukan berpengaruh signifikan secara negatif terhadap job performance. Sementara itu, commuting mental effort tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap emotional exhaustion, emotional exhaustion tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap job performance, dan adanya positive commuting cognitive appraisal yang dimiliki karyawan tidak dapat memediasi pengaruh antara commuting mental effort dan emotional exhaustion.

This study was mainly conducted to determine the effect of commuting mental effort on job performance on commuter Line B (Bogor - Jakarta Kota Line) employees. Utilizing the structural equation modeling (SEM) approach, several findings were derived from the data collected from 387 respondents, selected from a total of 435 respondents after screening to ensure data quality. The findings in this study indicate that emotional exhaustion has a significant influence on job burnout and job burnout has a significant influence on the emergence of job performance in commuter line B employees. In addition, mental commuting was found to have a significant negative effect on job performance. Meanwhile, commuting mental effort has no significant effect on emotional exhaustion, emotional exhaustion has no significant effect on job performance, and the existence of positive commuting cognitive appraisal owned by employees cannot mediate the relationship between commuting mental effort and emotional exhaustion."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Saputra
"Penelitian ini mengkaji pola perjalanan komuter pekerja di wilayah metropolitan Indonesia, dengan fokus pada perbedaan antara pekerja formal dan berusaha sendiri. Menggunakan data dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2018 dan 2019, studi ini menggunakan model regresi logistik biner untuk mengontrol variabel sosio-demografis seperti jenis kelamin, pendidikan, upah, kepemilikan kendaraan, dan lokasi metropolitan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang berusaha sendiri 1,256 kali lebih mungkin melakukan perjalanan ulang-alik lebih dari 30 menit dibandingkan pekerja formal. Pekerja yang berusaha sendiri cenderung memiliki perjalanan ulang-alik yang lebih lama, dipengaruhi oleh faktor seperti fleksibilitas pekerjaan dan struktur perkotaan. Struktur perkotaan di kota-kota utama seperti Jabodetabekpunjur menciptakan tantangan perjalanan yang unik dibandingkan dengan wilayah metropolitan lainnya. Penelitian ini menyoroti perbedaan signifikan antara daerah-daerah tersebut, serta menekankan perlunya kebijakan pemerintah untuk meningkatkan pengalaman perjalanan ulang-alik bagi pekerja metropolitan. Studi ini menunjukkan bahwa perbaikan infrastruktur transportasi umum dapat secara signifikan mempengaruhi waktu perjalanan ulang-alik, menyediakan opsi yang andal dan tepat waktu bagi para komuter, serta mengurangi beban keseluruhan dari perjalanan ulang-alik.

This study examines the commuting patterns of workers in Indonesian metropolitan areas, focusing on the differences between employed and self-employed individuals. Utilizing data from the National Labor Force Survey (Sakernas) for 2018 and 2019, the study employs a binary logistic regression model to control for socio-demographic variables such as gender, education, wage, vehicle ownership, number of children, and metropolitan location. Findings indicate that self-employed workers are 1.256 times more likely to commute for more than 30 minutes compared to employed individuals. Self-employed workers tend to have longer commutes, influenced by factors like job flexibility and urban structure. The urban structure of primate cities like Jabodetabekpunjur creates unique commuting challenges compared to other metropolitan regions. This research underscores significant differences between these areas, highlighting the need for government policies to enhance the commuting experience for metropolitan workers. The study demonstrates that improvements in public transportation infrastructure could significantly influence commuting times, providing reliable and timely options for commuters and reducing the overall burden of commuting.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadila Aurelia
"Keluhan kesehatan kerap kali ditemui para pelaku komuter dan dapat menurunkan produktivitas para pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh moda transportasi utama dan lama perjalanan terhadap keluhan kesehatan pada pekerja komuter menuju DKI Jakarta. Desain studi yaitu potong lintang dengan instrumen Survei Komuter Jabodetabek 2019. Populasi penelitian ini adalah pekerja komuter Jabodetabek yang berkegiatan utama komuter menuju DKI Jakarta yang tercatat dalam Survei Komuter Jabodetabek 2019. Variabel yang dijadikan kandidat confounding adalah usia, jenis kelamin, penghasilan, pendidikan terakhir, serta frekuensi komuter dalam seminggu. Jumlah sampel penelitian yaitu 2112 sampel. Hasil analisis menunjukkan bahwa moda transportasi utama tidak berhubungan signifikan dengan keluhan kesehatan (OR = 1,080 (0,856–1,362)). Lama perjalanan berhubungan signifikan dengan keluhan kesehatan (OR = 1,746 (1,441–2,116)). Usia menjadi variabel lain yang berhubungan signififkan dengan keluhan kesehatan (OR = 1,268 (1,044–1,539)). Tidak ada confounding dalam penelitian ini. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah memisahkan jenis moda transportasi, mempertimbangkan kemacetan dan durasi di tempat kegiatan sebagai variabel, serta melakukan analisis tren. 

Health complaints are commonly found in commuters and have a possibility to reduce workers’ productivity. The study aims to find the impact of main transportation mode and travel time on health complaints among workers commuting to DKI Jakarta. The study design is cross-sectional with Jabodetabek Commuter Survey 2019 as the instrument. The population is commuter workers in Jabodetabek commuting to DKI Jakarta based on the instrument. Confounding variables include age, gender, income, education, and weekly commuting frequency. The sample size is 2112 samples. The analysis shows that the main transportation mode is not significantly associated with health complaints (OR = 1.080 (0.856–1.362)), while travel duration (OR = 1.746 (1.441–2.116)) and age (OR = 1.268 (1.044–1.539)) are significantly associated with health complaints. There are no confounding variables identified in this study. Recommendations for future research include separating types of transportation modes, considering traffic congestion and duration at activity locations as variables, and conducting trend analysis."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>