Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prima Ovalina Wisman
"Latar Belakang: Infertilitas merupakan salah satu permasalahan pasangan suami istri yang cukup sering ditemui dengan prevalensi berkisar pada 13-15%. Permasalahan infertilitas apabila tidak segera ditangani, dapat berakibat pada berbagai permasalahan seperti ekonomi, psikologis, maupun masalah medis. Diantara faktor penyebab infertilitas, 40% diantaranya berasal dari wanita dengan faktor terbanyak berupa faktor tuba. Sampai saat ini, jenis pemeriksaan yang sering digunakan untuk mengevaluasi tuba adalah histerosalpingografi (HSG) karena cara pengerjaan mudah, harganya yang lebih terjangkau dan masih dapat memberikan angka sensitivitas yang cukup baik. Meskipun demikian, pemeriksaan dengan HSG ini memiliki banyak kekurangan yakni metode yang invasif, menimbulkan rasa kurang nyaman, beresiko infeksi atau alergi, serta akurasi yang lebih rendah dibanding baku emas pemeriksaan faktor tuba yaitu laparoskopi. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan penilaian akurasi pemeriksaan HSG dalam menilai faktor tuba jika dibandingkan dengan baku emasnya yakni laparoskopi yang data menilai faktor tuba dan temuan patologi organik lainnya pada perempuan infertil.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi Ciptomangunkusumo (RSCM) dan rumah sakit YPK Menteng Jakarta dengan sampel berupa 93 wanita infertil yang diduga memiliki faktor tuba serta menjalani pemeriksaan HSG dan laparoskopi selama Juli 2014 sampai dengan Juni 2016. Pengambilan sampel dilakukan dengan melihat data rekam medis dari pasien yang telah menyetujui menjadi subjek penelitian yang dilakukan pemeriksaan oleh peneliti. Penilaian akurasi HSG dalam menilai faktor tuba dilakukan dengan melihat nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, serta nilai prediksi negatif dari HSG jika dibandingkan dengan baku emasnya yakni laparoskopi, dan data dianalisis dengan analisis bivariat (crosstab) untuk menentukan signifikasi.
Hasil: Dari hasil analisis statistik didapatkan skor kappa adalah 0,484 (0,306-0,662, Cl 95%), yang berarti konsistensi hasil dari dua alat pemeriksaan dalam perhitungan moderat. Evaluasi patensi tuba menggunakan HSG dan laparaskopi memiliki sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, serta nilai prediksi negatif HSG secara berturut-turut 72,92%, 75,56%, 76,09%, dan 72,34%. Dengan nilai akurasi menggunakan HSG untuk mengevaluasi patensi tuba adalah 74,19% (64,08%-82,71%, CL 95%).
Diskusi: Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemeriksaan HSG memiliki tingkat akurasi yang baik, dan HSG dapat masih digunakan sebagai pilihan pertama untuk mengevaluasi patensi tuba dan pasien infertil. PDari hasil penelitian ini penggunaan HSG tidak disarankan pada pasien usia 31-40 tahun menginat hasil statistik yang kurang mendukung.

Introduction: Infertility is of reproductive problems which is quite often encountered with a prevalence at 13-15%. Infertility which is not handled immediately can lead to various problems such as economic, psychological, or medical problems. Among the factors causing infertility, 40% of it came with the most factor of tubal factor. Until now, the type of examination used to diagnose tubal patency is hysterosalfingography (HSG) due to its affordable price. However, HSG examination has several shorthage such as invasive, painful sensation, risk of allergy, and low sensitivity compared to laparoscopy as the gold standard examination for tubal patency. Therefore, in this study the accuracy assessment carried out the ability of HSG information in view of tubal factors and other organic pathology findings in infertile women when compared with the gold standard is laparoscopy.
Methods: This study was a cross-sectional study obtained from Departement of Obatetrics and Gynecology of Ciptomangunkusumo (RSCM) and YPK Menteng Hospital with sample of 93 infertile women with tubal factors and underwent HSG and laparoscopic examination during the period July 2014 through June 2015. Taking the sample is done by looking at medical record data patients who have agreed to bet he subject of research conducted by the investigator. Assessment and measurement of HSG in tubal factor was performed by looking at sensitivity, specificity, positive predictive value, and negative predictive value of HSG when compared with laparoscopy as the gold standard. In addition, bivariate trials were conducted using chi-square to see whether or not any signifficant difference between examination of tubal patency using HSG and laparoscopy, and data were analyzed by variate analysis (crosstab) to determine the significance.
Results: From the statistical analysis, the kappa score wa 0,484 (0,306-0,662, CL 95%), which means consistensy of result from two checking devices in moderate calculations. Evaluation of tubal patency, calculation of sensitivity, specificity, positive predictive value, and negative predictive value of HSG 72,92%, 75,56%, 76,09%, and 72,34%. respectively. With accuracy values using HSG to evaluate tubal patency was 74,19% (64,08%-82,71%, CL 95%).
Discussion: This research shows that the sensitivity, specificity, and positive values of HSG are low while negative score is high enough. This shows that the data of HSG in the number of tubal factors in this study is still relatively low compared with the standard standard of laparoscopy. A further search with a larger sample quantity to do can be more accurate predictive value from HSG."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58611
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nessyah Fatahan
"Latar Belakang : Karena rumitnya etiologinya, infertilitas merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi yang paling sering diabaikan. Menurut penelitian epidemiologi, penyakit tuba fallopi menyumbang 40% dari kasus infertilitas, sehingga pemeriksaan tuba fallopi menjadi langkah wajib dalam pemeriksaan subfertilitas. Karena kemampuannya untuk melihat dan menangani patologi intrakaviter, histeroskopi di klinik menjadi kebutuhan dalam pemeriksaan subfertilitas tingkat lanjut. Beberapa penelitian telah menunjukkan bukti bahwa prosedur ini mampu menilai patensi tuba dengan akurasi yang tidak konsisten. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan histeroskopi di klinik dalam penilaian patensi tuba dibandingkan dengan histerosalpingografi.
Tujuan: Untuk mengevaluasi akurasi office histeroskopi dalam penilaian patensi tuba
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang yang dilakukan dari Januari 2021 hingga Mei 2023, melibatkan 26 subjek yang menjalani prosedur histeroskopi untuk pemeriksaan subfertilitas. Patensi tuba dievaluasi dengan uji gelembung (uji Parryscope) dan pengukuran perubahan jumlah cairan di kavum Douglas setelah histeroskopi. Pada semua subjek, histerosalpingografi selanjutnya dilakukan sebagai metode standar. Hasil penilaian patensi tuba dengan histeroskopi dan histerosalpingografi dievaluasi untuk nilai kesesuaian dan kappa, sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan nilai prediksi negatif. Perbandingan tingkat nyeri selama prosedur dan gejala pasca prosedur juga dianalisis.
Hasil : Kesesuaian antara dua modalitas dalam menilai patensi tuba adalah 67% (sedang) dengan nilai kappa 0,28 (cukup). Office histeroskopi menghasilkan lebih sedikit rasa sakit dan insiden nyeri punggung bawah dan perut kembung pasca-prosedur yang lebih kecil.
Kesimpulan: Office Histeroskopi memiliki akurasi yang cukup untuk menilai patensi tuba dibandingkan dengan histerosalpingografi dengan rasa sakit minimal dan tidak ada efek samping yang serius.

Background: Due to the intricacy of its etiology, infertility is one of the most overlooked reproductive health problems. According to an epidemiological research, tubal diseases account for 40% of infertility cases, prompting examination of the fallopian tubes as a mandatory step in subfertility work up. Due to its capacity to see and treat intracavitary pathologies, office hysteroscopy has become a necessity in advanced subfertility work up. Several studies have shown evidence that this procedure is able to assess tubal patency with inconsistence accuracy. This study is aimed to evaluate the use of office hysteroscopy in tubal patency assessment in comparison to hysterosalpingography.
Objective: To evaluate the accuracy of office hysteroscopy in tubal patency assessment
Method: This study is a cross-sectional study that was conducted from January 2021 to May 2023, involving 26 subjects who underwent office hysteroscopy procedure for subfertility work up. Tubal patency was evaluated by bubble test (Parryscope test) and measuring changes in fluid amount in pouch of Douglas after office hysteroscopy. In all subjects, hysterosalpingography was subsequently performed as a standard method. The result of tubal patency assessment by office hysteroscopy and hysterosalpingography was evaluated for their agreement and kappa values, sensitivity, specificity, positive predictive value, and negative predictive value. A comparison of pain level during procedure and post-procedure symptoms was also analyzed.
Results: The concordance between two modalities in assessing tubal patency was 67% (moderate) with a kappa value of 0.28 (sufficient). Office hysteroscopy generated less pain and smaller incidence of post procedure lower back pain and abdominal bloating.
Conclusion: Office hysteroscopy has a sufficient accuracy for assessing tubal patency compared to hysterosalpingography with minimal pain and no serious side effect.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library