Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anne Suwan Djaja
"Latar Belakang: Normal saline adalah cairan yang selama ini digunakan dan terbukti memiliki efek samping yang merugikan yaitu asidosis metabolik hiperkloremik. Balanced Electrolyte Solution (BES) merupakan cairan kristaloid isotonus yang memiliki kandungan lebih menyerupai plasma darah dan memiliki kandungan klorida lebih rendah.
Tujuan: Membandingkan rerata SBE pasien ketoasidosis diabetikum (KAD) yang diresusitasi dengan menggunakan normal saline dan balanced electrolyte solution (BES).
Metode: Tiga puluh subyek KAD, usia 18-65 tahun, yang sesuai dengan kriteria inklusi dan tidak dieksklusi, secara berturut-turut dimasukan menjadi sampel penelitian. Pembagian kelompok ditentukan secara acak berdasarkan undian. Sampel dikelompokan menjadi dua, yaitu kelompok kontrol (normal saline) dan kelompok perlakuan (BES). Kedua kelompok kecuali dalam hal jenis cairan resusitasi. Pemeriksaan kesadaran, gula darah sewaktu, dan tanda-tanda vital dilakukan setiap jam selama enam jam pertama, dan setiap 12 jam hingga jam ke 48. Pemeriksaan analisa gas darah, laktat dan elektrolit dilakukan setiap dua jam selama enam jam pertama, dan setiap 12 jam hingga jam ke 48. Pemeriksaan keton dilakukan setiap enam jam hingga jam ke 48. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental terbuka consecutive sampling.
Hasil: rerata SBE kelompok BES selalu lebih tinggi daripada kelopok NS. Rerata SBE kelompok BES lebih tinggi bermakna daripada rerata SBE kelompok NS pada jam ke 24 dan 48. SID kelompok BES selalu lebih tinggi secara bermakna di setiap jam yang diukur daripada kelompok NS.
Kesimpulan: SBE kelompok BES lebih mendekati normal daripada kelompok NS di setiap jam yang diukur.

Background: Normal saline is the resuscitation solution which is regularly used in diabetic ketoacidosis management. This solution has negative side effect causes hyperchloremic acidosis. Balanced Electrolyte Solution (BES) is isotoniccrystaloid solution, more resembling plasma than normal saline, and it has less chloride than normal saline.
Objectives: This study compares the SBE mean in diabetic ketoacidosis, using normal saline and BES.
Methods: Thirty diabetic ketoacidosis patients, 18-65 years age, who full filled the inclusion criteria and were not excluded, were consecutively enrolled to this study. Group was determined by tossed. Both groups received the same treatment except the kind of resuscitation fluid. The consciousness, blood sugar, and vital sign were recorded every hour until first six hour and every 12 hour until 48 hour. the blood gas analysis, lactate, and electrolyte were recorded every two hour until six hour, and every 12 hour until 48 hour. Blood ketones ware recorded every six hour until 48 hour. This is an open experimental consecutive study.
Result: Mean SBE value in BES group was higher in every record. Mean SBE value in 24th and 48th hour were significantly higher in BES group than in NS group.
Conclusion: SBE in BES group were closer to normal limit than in NS group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58922
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Nia Novianti
"Latar Belakang. Mortalitas KAD sebagai komplikasi akut DM di negara berkembang seperti Indonesia masih tinggi. Karena itu, diperlukan model prediksi untuk menapis pasien-pasien KAD yang memiliki risiko mortalitas tinggi.
Tujuan. Mendapatkan model prediksi mortalitas 72 jam pasien KAD di IGD RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Metode. Penelitian dengan desain kohort retrospektif menggunakan rekam medik pasien KAD di IGD RSUPN Cipto Mangunkusumo periode Januari 2011 - Juni 2017 dengan metode sampling konsekutif. Hubungan mortalitas 72 jam dengan prediktor yaitu, usia, tingkat kesadaran, jenis DM, riwayat KAD, jumlah komorbid dan parameter laboratorium kadar bikarbonat, kalium, anion gap, ?-hidroksibutirat, laktat dan fungsi ginjal akan dinilai dan dilanjutkan dengan pembuatan model prediksi. Seluruh analisis dilakukan menggunakan program SPSS Statistics 20.0.
Hasil. Sebanyak 86 subjek 28,57 dari 301 subjek yang dianalisis meninggal dalam waktu 72 jam. Prediktor yang berhubungan bermakna dengan mortalitas pada analisis multivariat p 4 mmol/L HR 5,585; IK 95 2,966 - 10,519 . Keempat prediktor dilanjutkan ke dalam sistem skor dan didapatkan model prediksi mortalitas 72 jam pasien KAD RSCM yang memiliki performa baik dengan probabilitas mortalitas sebesar 15,41 untuk skor 0 - 2, 78,01 untuk total skor 3 - 4 dan 98,22 untuk total skor 5 - 6.
Simpulan. Mortalitas 72 jam pasien KAD di RSUPN Cipto Mangunkusumo adalah 28,57 . Model prediksi mortalitas memiliki performa yang baik dan terdiri dari komorbid, riwayat KAD, tingkat kesadaran, dan kadar laktat.Kata Kunci. Model Prediksi, Mortalitas, Ketoasidosis Diabetikum.

Mortality rate of DKA as acute complication of DM in Indonesia is still high. Therefore, a mortality prediction model is needed to screen high risk mortality DKA patients.
Aim. To identify prediction model of 72 hours mortality in diabetic ketoacidosis patients at emergency unit Cipto Mangunkusumo General Hospital.
Methods. This was a retrospective cohort study with consecutive sampling method. Subjects were adult DKA patients in emergency unit Cipto Mangunkusumo General Hospital from January 2011 to June 2017. Data were obtained from medical records. Association of predictors age, type of DM, history of DKA, comorbidities, level of consciousness, bicarbonate, potassium, anion gap, lactate, hydroxybutirate and renal function and 72 hours mortality was analyzed and submitted to prediction model. All analysis was done using SPSS Statistics 20.0.
Results. A total of 86 subjects out of 301 subjects did not survive in 72 hours since hospital admission. Comorbidities HR 2,407 95 IC 1,181 - 4.907 , level of consciousness HR 10,345 95 IC 4,860 - 22,019 , history of DKA HR 2,126 95 IC 1,308 - 3,457 and lactate level HR 5,585 95 IC 2,966 - 10,519 were significant predictors and submitted to scoring system. A prediction model was derived with a good performance. Subjects with 0 - 2 points were at 15,41 risk of mortality, 3 - 4 points were 78,01 and 5 - 6 points were 98,22 risk of mortality.
Conclusion. Seventy two hours mortality rate in Cipto Mangunkusumo General Hospital was 28,57. The mortality prediction model had a good performance, consisted of comorbidities, history of DKA, level of consciousness dan lactate level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dunning, Trisha
Melbourne: Blackwell, 2003
616.462 DUN c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Asman Boedisantoso Ranakusuma
Jakarta: UI-Press, 1987
616.462 BOE p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiah Septiana
"Ketoasidosis diabetes melitus tipe 2 dan sepsis merupakan kondisi medis yang kompleks dan seringkali memerlukan perawatan yang intensif dan terapi obat yang tepat. Pasien dengan riwayat stroke juga memerlukan perhatian khusus dalam manajemen kesehatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pentingnya pemantauan terapi obat pada pasien dengan diagnosa ketoasidosis diabetes melitus tipe 2 dan sepsis yang memiliki riwayat stroke. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan wawasan mengenai pemantauan terapi obat dan penerapannya serta memberikan gambaran terkait terapi obat yang telah diberikan pada pasien di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pengambil keputusan medis dalam menentukan rencana terapi yang tepat, mengoptimalkan penggunaan obat, dan mengurangi risiko komplikasi yang mungkin timbul. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari catatan medis pasien yang dirawat di ruang rawat Teratai lantai 6 Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Data yang dikumpulkan mencakup informasi tentang diagnosis medis, riwayat stroke, terapi dan jumlah obat yang diberikan, dosis obat, hasil pengujian laboratorium, dan respons terhadap terapi. Hasil pemantauan terapi obat akan dievaluasi untuk melihat keefektifan pengobatan, kemungkinan interaksi obat, dan efek samping yang mungkin terjadi. Pada pemantauan obat ini, diketahui pasien memiliki 15 permasalahan terkait obat. Permasalahan tersebut meliputi dosis obat yang tidak tepat, rejimen dosis obat yang terlalu sering, durasi pemberian obat terlalu lama, waktu pemberian dosis tidak tepat, instruksi waktu dosis yang salah, dan adanya interaksi antara obat yang digunakan. Pada pemberian antibiotik diketahui terdapat penggunaan dengan dosis yang tidak tepat untuk penggunaan cefotaxime dan durasi pemberian terlalu lama untuk penggunaan meropenem. Untuk itu, diharapkan tenaga kesehatan dapat merancang terapi obat yang lebih efektif dan aman untuk pasien dengan kondisi kesehatan yang kompleks ini. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat mendorong penerapan pemantauan terapi obat secara rutin dan terintegrasi dalam perawatan pasien dengan ketoasidosis diabetes melitus tipe 2 dan sepsis serta riwayat stroke, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan prognosis pasien secara keseluruhan.

Type 2 diabetes mellitus ketoacidosis and sepsis are complex medical conditions and often require intensive care and appropriate drug therapy. Patients with a history of stroke also require special attention in their health management. This study aims to assess the importance of monitoring drug therapy in patients with a diagnosis of type 2 diabetes mellitus ketoacidosis and sepsis who have a history of stroke. The benefit of this research is to increase insight into monitoring drug therapy and its application and to provide an overview of drug therapy that has been given to patients at Fatmawati General Hospital. The results of this study are expected to assist medical decision makers in determining the right therapeutic plan, optimizing drug use, and reducing the risk of complications that may arise. This research was conducted by collecting data from the medical records of patients treated at the Teratai ward on the 6th floor of Fatmawati General Hospital. The data collected includes information about medical diagnosis, history of stroke, therapy and the amount of drug administered, drug dosage, laboratory test results, and response to therapy. The results of drug therapy monitoring will be evaluated to see the effectiveness of treatment, possible drug interactions, and possible side effects. In monitoring this drug, it was found that the patient had 15 drug-related problems. These problems include inappropriate drug dosing, drug dosing regimens that are too frequent, too long duration of drug administration, inappropriate dosing times, wrong dosing time instructions, and interactions between the drugs used. In the administration of antibiotics, it is known that there is the use of inappropriate doses for the use of cefotaxime and the duration of administration is too long for the use of meropenem. For this reason, it is hoped that health workers can design drug therapies that are more effective and safe for patients with this complex health condition. In addition, this research is also expected to encourage the implementation of routine and integrated monitoring of drug therapy in the care of patients with type 2 diabetes mellitus ketoacidosis and sepsis and history of stroke, so as to improve the patient's overall quality of life and prognosis."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library