Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmi
"ABSTRAK
Harga diri akademis memainkan peran penting di dalam
prestasi akademis. Hubungan antara harga diri akademis
dengan prestasi akadamis bersifat resiprok. Artinya anak
yang berprastasi di sekolah akan mengembangkan harga diri
akademis yang tinggi dan anak yang memiliki harga diri
akademis yang tinggi memiliki kepercayaan diri untuk menca-
pai kesuksesan. Sebagai akibatnya harga diri akademis yang
tinggi akan menghasilkan prestasi akademis yang baik. Harga
diri akademis berkembang sebagai hasil interaksi dengan
orang-orang yang bermakna di dalam kehidupan individu.
Setelah memasuki usia sekolah guru dan taman sebaya mempan-
garuhi persepsi anak terhadap dirinya. Di dalam kelas tradi-
sional, guru berperan sebagai otoritas tunggal dalam hal
menentukan hegiatan belajar dan penyampaian pengetahuan. Hal
ini menyebabkan anak didik menjadi pasif dan kurang mendapat
pengalaman belajar yang menarik. Untuk itu perlu diadakan
perubahan metode mengajar agar siswa tertantang untuk bela-
jar dan memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan.
Banyak ahli yang menawarkan Metode Belajar Kolaboratif
sebagai satu metode belajar yang akan memberi dampak positif
pada pembelajaran siswa. Metode Belajar Kolaboratif memberi
siswa kesempatan untuk saling berbagi pengetahuan, keteram-
pilan dan tanggung jawab di antara siswa sendiri maupun
dengan guru. Situasi belajar kolaboratif memungkinkan siswa
untuk terlibat aktif di dalam pengkonstruksian pengetahuan
dan mempeouleh pengalaman berhasil mengerjakan suatu tugas.
Dengan demikian siswa akan termotivasi untuk belajar dan
mengembangkan rasa kompeten di dalam dirinya.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh Metode
Belajar Kolaboratif terhadap harga diri akademis anak usia
15-18 tahun. Subyek penelitian adalah 15 anak usia 15-18
tahun yang berada pada tahap perkembangan formal operasio-
nal. Mereka adalah siswa kelas I SMU Islam Dian Ilmu. Untuk
mengetahui apakah metode belajar kolaboratif mempengaruhi
harga diri akademis subyek, sebelum dan sesudah mengikuti
kegiatan belajar kolaboratif subyek diminta untuk mengisi
Skala Harga Diri Akademis. Gain Scare diolah dengan teknik
statistik non parametrik.
Dari penelitian diperoleh hasil bahwa Metode Belajar
Kolaboratif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
harga diri akademis subyak. Secara keseluruhan tidak ada
peningkatan skor karena pengaruh metode belajar kolaboratif
tetapi dengan melihat skor harga diri akademis masing-masing
subyek terlihat adanya peningkatan skor yang dihubungkan
dengan jumlah sessi kehadiran subyek. Subyek yang selalu
hadir memperoleh kesempatan untuk mengkunstruksi pengetahuan
dan saling memberi penjelasan. Hal ini berpengaruh terhadap
peningkatan harga diriakademis. Sedangkan subyek yang tidak
mengikuti keseluruhan kegiatan belajar kolaboratif tidak
memperoleh keterampilan-keterampilan yang akan menimbulkan
perasaan kpmpeten di bidang akademis. Selain itu diperoleh
hasil bahwa kehadiran subyek di dalam kegiatan belajar
kolaboratif tidak akan meningkatkan harga diri akademis bila
subyek tidak terlibat aktif di dalamnya misalnya hanya
memainkan peran sebagai pencatat.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
memberikan sumbangan-sumbangan teoritis bagi peneliti lain
yang ingin melakukan penelitian mengenai harga diri akademis
terutama di dalam situasi belajar yang menggunakan Metode
Belajar Kolaboratif. Dari segi praktis, diharapkan hasil
penelitian ini memberikan informasi khususnya bagi guru
mengenai Metode Belajar Kolaboratif agar guru dapat
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan anak akan
termotivasi untuk belajar. Dengan demikian mereka menunjuk-
kan prestasinya secara optimal."
1998
S2513
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi
"Skripsi ini bertujuan untuk mengidentifikasi program kegiatan pendukung preservasi dalam memenuhi kebutuhan perpustakaan umum pasca bencana gempa bumi dan Tsunami di Jepang tahun 2011 dan menganalisis perilaku dan pandangan budaya setempat dalam menghadapi pasca bencana. Kegiatan pendukung tersebut dilakukan oleh National Diet Library (NDL), Japan Library Association (JLA) dan saveMLAK (save Museum, Library, Archives, and Kominkans) yang masing-masing institusi merupakan perwakilan dari perpustakaan nasional, organisasi profesional dan kelompok sukarela. Kegiatan pendukung termasuk tahap tanggap dalam manajemen bencana.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang berbentuk studi kasus.Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah dengan observasi, wawancara dan kajian pustaka. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa peran NDL adalah sebagai referensi untuk anggota Diet untuk pemulihan dan penanganan daerah bencana, JLA sebagai pengelola bantuan internasional. saveMLAKsebagai pengumpul informasi mengenai kerusakan pada fasilitas-fasilitas terkait di daerah bencana, dan mempublikasikan permintaan bantuan dari para korban.

The purpose of this study is to identify supporting activities preservation program to fulfill public libraries’ needs after the great east Japan earthquake and tsunami in Japan 2011 and to analyze local culture view and behavior when they faced a disaster. There are major supporting activities from National Diet Library (NDL), Japan Library Association (JLA) and saveMLAK (save Museum, Library, Archives, and Kominkans) as representatives of national library, professional organization and voluntary group respectively. Supporting activities are include on one of disaster management phases.
This research is qualitative descriptive research in the form of case studies. The methods that used in data collection are observations, interviews and literature research. Results of this research showed that there are differences of their roles and supporting activities in the Earthquake. NDL's role is as references for Diet members for recovery and handling on disaster area. JLA's role is as international finance assistance administrator. SaveMLAK role is as information collector related to damage facilities in disaster area and publish support inquiries from victims.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S45566
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi
"[ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk memahami pengaruh normative belief
(peer influence) terhadap behavioral belief (usefulness, ease of use, enjoyment),
normative belief lain (self-congruence), attitude, serta intention untuk memiliki
smartphone mewah pada remaja. Model konseptual merujuk kepada teori
Technology Acceptance Model. Penelitian dilakukan dengan menggunakan desain
penelitian deskriptif single cross-sectional untuk menguji hubungan antar
variabel. Data dikumpulkan menggunakan metode survey self-administered
questionnaire dengan memanfaatkan siswa Sekolah Menengah Atas sebagai
responden. Obyek yang diteliti adalah iPhone. Hipotesis diuji menggunakan
Structural Equation Modeling.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa suatu belief ternyata mampu
mempengaruhi belief lainnya, selain pengaruhnya terhadap attitude dan intention
to own. Peer influence terbukti signifikan mempengaruhi usefulness, ease of use,
enjoyment, self-congruence, dan attitude, namun tidak berpengaruh signifikan
terhadap intention to own. Perceived enjoyment muncul sebagai determinan
terkuat dalam pembentukan attitude dan intention to own pada remaja
menandakan menonjolnya nilai hedonis iPhone. Attitude terbukti masih
memegang peranan penting dalam pembentukan intention. Usefulness tidak
berpengaruh terhadap attitude dan intention, demikian pula ease of use tidak
berpengaruh terhadap attitude yang menunjukkan remaja belum mampu
melakukan penalaran kognisi yang kuat, masih dalam proses perkembangan
emosional dan masih belum dapat berpikir secara rasional.

ABSTRACT
The purpose of this study is to understand the normative belief (peer
influence's effect towards teenager's behavioral beliefs (usefulness, ease of use,
enjoyment), other normative belief (self-congruence), attitude, and intention to
own luxury smartphone. Conceptual model refers to Technology Acceptance
Model. The research is conducted using single cross-sectional descriptive research
design to test relationships between variables. The data is collected using survey
method (self-administerred questionnaire) with senior high school?s students as
respondents. Research object is iPhone. Hypotheses are tested using Structural
Equation Modeling.
The result shows that a belief can influence other beliefs, attitude, and
intention to own. Peer influence significantly influences usefulness, ease of use,
enjoyment, self-congruence, and attitude, but does not affect intention to own.
Perceived enjoyment emerges as the strongest attitude?s determinant and also
intention to own?s determinant which reflects the salience of iPhone?s hedonic
value. Attitude still plays important role in forming intention. Usefulness does not
affect attitude and intention to own as well as ease of use does not affect attitude,
these reflects teenager?s inability to perform complex cognitive appraisal, process
of emotional development, and inability to think rational., The purpose of this study is to understand the normative belief (peer
influence)’s effect towards teenager’s behavioral beliefs (usefulness, ease of use,
enjoyment), other normative belief (self-congruence), attitude, and intention to
own luxury smartphone. Conceptual model refers to Technology Acceptance
Model. The research is conducted using single cross-sectional descriptive research
design to test relationships between variables. The data is collected using survey
method (self-administerred questionnaire) with senior high school’s students as
respondents. Research object is iPhone. Hypotheses are tested using Structural
Equation Modeling.
The result shows that a belief can influence other beliefs, attitude, and
intention to own. Peer influence significantly influences usefulness, ease of use,
enjoyment, self-congruence, and attitude, but does not affect intention to own.
Perceived enjoyment emerges as the strongest attitude’s determinant and also
intention to own’s determinant which reflects the salience of iPhone’s hedonic
value. Attitude still plays important role in forming intention. Usefulness does not
affect attitude and intention to own as well as ease of use does not affect attitude,
these reflects teenager’s inability to perform complex cognitive appraisal, process
of emotional development, and inability to think rational.]"
2015
T43557
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi
"ABSTRAK
Latar Belakang: Prediksi kedalaman rongga epidural pada pediatrik untuk
menghindari komplikasi tertusuknya dura. Rumus Bosenberg 1 mm/kgbb
merupakan rumus yang sering digunakan untuk menentukan jarak kulit ke rongga
epidural (loss of resistance) pada pasien pediatrik pada ras Kaukasia. Terdapat
perbedaan anatomi antara ras Asia dan Kaukasia, sehingga menimbulkan
pertanyaan apakah rumus Bosenberg 1 mm/kgbb tepat digunakan untuk
menentukan jarak kulit ke rongga epidural pada pasien pediatrik ras Melayu dan
faktor apa saja yang berhubungan untuk menentukan kedalaman rongga epidural.
Metode : Penelitian ini adalah uji Bland Altman dan analisis regresi dengan
pengambilan data dari rekam medis pasien pediatrik ras Melayu yang menjalani
tindakan anestesia epidural pada bulan Januari 2011-Juli 2015 di RSUPN Cipto
Mangunkusumo. Sebanyak 67 subjek yang menjalani tindakan anestesia epidural.
Data yang diolah berupa usia, berat badan, tinggi badan dan loss of resistance
(LOR). Dengan menggunakan SPSS 22, dilakukan uji Bland Altman terhadap
LOR aktual dan LOR yang didapat berdasarkan rumus Bosenberg. Analisis
regresi linear digunakan pada variabel usia, berat badan dan tinggi badan untuk
menentukan hubungan antara ketiga variabel ini terhadap LOR.
Hasil : Empat belas subjek dikeluarkan dalam penelitian karena data tidak
lengkap dan terdapat kriteria ekslusi pada subjek. Tersisa 53 subjek yang masuk
dalam penelitian ini. Uji Bland Altman menghasilkan rentang nilai limit of
agreement -4,41 sampai 3,15. Nilai ini mempunyai rentang yang cukup lebar dari
nilai limit of agreement yang diharapkan (-1,25 dan 1,25). Pada analisis bivariat
diperoleh korelasi sangat kuat terhadap usia (r= 0,809), berat badan (r=0,966), dan
tinggi badan (r=0,906). Analisis regresi linear menghasilkan tiga persamaan dari
tiap-tiap variabel dengan nilai R
2
tertinggi adalah berat badan (92,7%) diikuti
tinggi badan (75,9%) dan usia (57%).
Simpulan: Rumus 1 mm/kgbb tidak tepat digunakan untuk menentukan jarak
kulit ke rongga epidural pada pasien pediatrik ras Melayu di RSUPN Cipto
Mangunkusumo. Terdapat hubungan antara usia, berat badan, dan tinggi badan terhadap jarak kulit ke rongga epidural.

ABSTRACT
Background : Skin-epidural distance prediction on pediatric patient undergoing
procedure is necessary to prevent complication. Bosenberg prediction formula of
1 mm/kg of body weight is widely used in Caucasian pediatric patient. However,
there is anatomical variation between Caucasian and Asian which created question
on the accuracy of Bosenberg prediction formula if used on Malayan pediatric
population and factors related to skin-epidural distance in these population.
Methods : This study use cross-sectional design in which the data from medical
record was used to collect information about age, weight, height and skin-epidural
distance from pediatric (loss of resistance) patient undergoing epidural procedure.
SPSS 22 was used to perform statistical calculation on this set of data. Accuracy
of Bosenberg formula was analysed using Bland-Altman test in which the skinepidural
distance measured using loss of resistance (LOR) compared with
prediction from Bosenberg formula. Linear regression analysis was used to
identify predictor variable for skin-epidural distance.
Result : 67 subject was recruited for the study in which 14 was not included in
analysis because the exclusion criteria. Bland-altman test reveal limit of
agreement between -4,41 and 3.15 which is significantly larger than the expected
limit of agreement (-1,25 to 1.25). There is strong corelation between age, weight
and height to skin-epidural distance. The regression model derived from weight
variable have the strongest power to predict skin-epidural distance (R
value for
weight, height and age based model is 92.7%, 75.9% and 57% respectively.
Conclusion : The Bosenberg prediction formula of 1 mm/kg of body weight is not
accurate to predict skin-epidural distance in Malayan pediatric population. There
is relationship between age, height, and weight to skin-epidural distance in Malayan pediatric patient. "
2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi
"Kajian ini bertujuan untuk mengevaluasi performa elemen ruang publik. Evaluasi ini sebagai usaha dalam memperbaiki ketidaksesuaian fungsi ruang. Dewasa ini, kebutuhan manusia akan ruang menimbulkan banyak ruang negatif berkembang pada ruang publik. Gabungan Revitalisasi indeks, Good Public Space Index dan Public Space Quality Index digunakan untuk mengkaji kawasan Kota Lama Tangerang. Sebanyak 116 pengunjung dilibatkan dalam pengisian kuisioner untuk menilai elemen ruang publik di kawasan Kota Lama Tangerang. Data diolah dengan Pearson Product Moment Correlation Test dan regresi. Kuadran Importance Performance Analysis digunakan dalam memetakan elemen ruang publik untuk menentukan superposisi dan ide penataan. Kajian ini menemukan bahwa bangunan bersejarah, bangunan sekitar, budaya lokal, ruang antar bangunan dan kondisi jalan kecil signifikan terhadap performa Kawasan Kota Lama Tangerang. Penataan kawasan dilakukan dalam bentuk menambahkan ruang publik utama yang dikaitkan dengan Pilgrimage Network, urban drama dan emotional collective. Pilgrimage network digunakan untuk memperbaiki sirkulasi dan memperlihatkan budaya lokal. Urban drama digunakan untuk mengangkat budaya lokal. Sedangkan emotional collective digunakan untuk mengumpulkan elemen signifikan tersebut.

This study aims to evaluate the performance of elements of public space. This evaluation is an attempt to correct the discrepancy in spatial functions. Today, human needs for space cause a lot of negative space to develop in public space. The combination of Revitalization Index, the Good Public Space Index and the Public Space Quality Index were used to evaluate the Kota Lama Kota Performance. A total of 116 visitors were involved in filling out the questionnaire to assess the elements of public space in the Kota Lama Tangerang. Datas were processed with Pearson Product Moment Correlation test and regression. The Importance Performance Analysis Quadrant was used in mapping public space elements to determine superposition and structuring ideas. This study found that historic buildings, surrounding buildings, local culture, inter-building space and small road significantly affected the performance of the Kota Lama Tangerang. The redesign was done in the form of adding the main public space associated with Pilgrimage Network, urban drama and emotional collective. Pilgrimage network was used to improve circulation and show local culture. Urban drama was used to elevate local culture. Whereas emotional collective was used to gather these significant elements."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi
"Pendahuluan Penyakit paru obstruktif kronik merupakan penyakit pernapasan dengan kontribusi signifikan terhadap morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. PPOK mempengaruhi kapasitas latihan dan status kesehatan pasien dari aspek fisik, sosial, dan psikologis. Kecemasan dan dispnea merupakan dua gejala utama pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang berpengaruh pada kualitas hidup. Untuk itu perlu intervensi yang dapat mengurangi kedua gejala ini. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi efektivitas kombinasi ACBT dan PMR terhadap dispnea dan kecemasan pasien PPOK di ruang rawat inap Paru.
Metode Penelitian ini menggunakan design penelitian quasi eksperimen dengan pretest posstest tanpa kelompok kontrol. Jumlah sampel sebanyak 44 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
Hasil Terdapat perbedaan selisih pretest-posttest skor dispnea dan kecemasan pada kelompok kombinasi dan kelompok ACBT, dibuktikan dengan nilai selisih pretest-posttest untuk dispnea pada kelompok kombinasi 2 dan 1 pada kelompok ACBT (p value 0,03), sedangkan untuk kecemasan pada kelompok kombinasi 3 dan 2 pada kelompok ACBT (p value 0,000). Sehingga dapat disimpulkan latihan kombinasi ACBT dan PMR lebih efektif dibanding ACBT dalam menurunkan skor dispnea dan kecemasan pada pasien PPOK (p value < 0,05).
Kesimpulan Terapi kombinasi ACBT dan PMR maupun ACBT saja efektif menurunkan dispnea dan kecemasan pada pasien PPOK. Akan tetapi kombinasi ACBT dan PMR lebih efektif menurunkan dispnea dan kecemasan.

Introduction Chronic obstructive pulmonary disease is a disease with a significant contribution to morbidity and mortality worldwide. COPD affects the patient's exercise capacity and health status from physical, social, and psychological aspects. Anxiety and dyspnea are the two main symptoms in patients with chronic obstructive pulmonary disease (COPD) that affect quality of life. For this reason, interventions are needed that can reduce these two symptoms. This study aims to identify the effectiveness of the combination of ACBT and PMR on dyspnea and anxiety in COPD patients in the pulmonary care unit.
Methods This study used a quasi-experimental research design with a pretest posttest without a control group. The number of samples is 44 respondents who meet the inclusion and exclusion criteria.
Results There were differences in pretest-posttest differences in dyspnea and anxiety scores in the combination group and the ACBT group, as evidenced by the pretest-posttest difference values for dyspnea in combination groups 2 and 1 in the ACBT group (p value 0.03), while for anxiety in the combination group 3 and 2 in the ACBT group (p value 0.000). So it can be concluded that the combination of ACBT and PMR exercises is more effective than ACBT in reducing dyspnea and anxiety scores in COPD patients (p value <0.05).
Conclusion Combination therapy of ACBT and PMR as well as ACBT is effective in reducing dyspnea and anxiety in COPD patients. However, the combination of ACBT and PMR is more effective in reducing dyspnea and anxiety.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi
"Latar Belakang: Prosedur dekompresi dan stabilisasi posterior lumbal berhubungan dengan nyeri hebat pascabedah dan menghasilkan respon stress pembedahan. Blok ESP dan blok TLIP efektif sebagai analgesia perioperatif pada prosedur pembedahan tulang belakang. Penatalaksanaan nyeri pascabedah yang adekuat dapat mengurangi respon stres yang timbul akibat pembedahan.
Tujuan: Membandingkan efektifitas antara blok ESP dan Blok TLIP sebagai analgesia perioperatif pada prosedur dekompresi dan stabilisasi posterior lumbal terhadap skala nyeri, konsumsi total opioid, kestabilan kardiovaskular, kadar IL-6 dan IL-10 perioperatif.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental, uji klinis acak tersamar ganda terhadap 40 subjek yang menjalani pembedahan dekompresi dan stabilisasi posterior lumbal di Instalasi Bedah Pusat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dan RSUD dr Zainoel Abidin Banda Aceh. Subjek dirandomisasi dalam dua kelompok: kelompok blok ESP (n=20) dan kelompok blok TLIP (n=20). Kedua kelompok mendapat bupivakain 0,25% total volume 20 cc setiap sisi. Data yang diolah berupa skala nyeri NRS (Numerical rating scale) pada 1, 6, 12, 24 jam pascabedah, konsumsi morfin dalam 24 jam, jumlah fentanyl intraoperatif, waktu pemberian morfin pertama pascabedah, konsentrasi IL-6 dan IL-10 perioperatif. Analisis data menggunakan Uji t berpasangan dan Mann-Whitney.
Hasil: NRS pada 1, 6, 12, 24 jam pascabedah, konsumsi morfin dalam 24 jam, jumlah fentanyl intraoperatif, konsentrasi IL-6 dan IL-10 perioperatif tidak berbeda bermakna antra blok TLIP dan blok ESP (p>0,05). Waktu pemberian morfin pertama blok TLIP lebih lama bermakna daripada blok ESP (p=0,002).
Simpulan: Keefektifan blok TLIP tidak berbeda dengan blok ESP sebagai analgesia perioperatif pada prosedur dekompresi dan stabilisasi posterior lumbal.

Background: Posterior lumbar decompression and stabilization procedures are related with severe postoperative pain and produce a surgical stress response. ESP block and TLIP block are as effective as perioperative analgesia in spinal surgery procedures. Adequate postoperative pain management can reduce stress response caused by surgery.
Objective: To compare the effectiveness of ESP block and TLIP block as perioperative analgesia in posterior lumbar decompression and stabilization procedures and associated pain scale, total opioid consumption, cardiovascular stability, perioperative IL-6 and IL-10 consentrations.
Methods: This study was an experimental, double-blind, randomized controlled trial of 40 subjects who underwent decompression surgery and posterior lumbar stabilization at the Central Surgical Unit of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta and RSUD Dr Zainoel Abidin Banda Aceh. Subjects were randomized into two groups: the ESP block group (n=20) and the TLIP block group (n=20). Both groups received 0.25% bupivacaine with a total volume of 20 cc each side. The data were processed in the form of NRS pain scale (Numerical rating scale) at 1, 6, 12, 24 hours postoperatively, morphine consumption within 24 hours, amount of intraoperative fentanyl, time of first postoperative morphine administration, perioperative IL-6 and IL-10 concentrations. Data analysis used paired t test and Mann-Whitney.
Results: NRS at 1, 6, 12, 24 hours postoperatively, morphine consumption within 24 hours, amount of intraoperative fentanyl, perioperative IL-6 and IL-10 concentrations were not significantly different between TLIP block and ESP block (p>0.05). The time of administering the first morphine on TLIP block was significantly longer than ESP block (p=0.002).
Conclusion: The effectiveness of the TLIP block is no different from the ESP block as perioperative analgesia in decompression and posterior lumbar stabilization procedures.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi
"Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) menerbitkan Bibliografi Nasional Indonesia (BNI) yang berfungsi sebagai pengawasan bibliografi nasional. Pengawasan tersebut dilakukan oleh pustakawan baik ditingkat provinsi, kabupaten, dan kota. Oleh karena itu, pemahaman pustakawan di perlukan sebagai evaluasi BNI. Pengumpulan data melalui tinjauan literatur dan survei dengan dua tipe pertanyaan yaitu 30 pilihan ganda yang digunakan untuk melihat pemahaman pustakawan, dan 9 pertanyaan survei deklaratif dengan menjawab ‘ya’ dan‘ tidak’ yang digunakan untuk mengetahui situasi perpustakaan tempat responden bekerja dengan pemanfaatan BNI. Dari 64 responden, hasil penelitian ini menunjukkan pemahaman pustakawan terhadap BNI terbilang rendah dengan pertanyaan yang dapat di jawab oleh responden berkisar antara 20%-78%. 14 dari 64 responden mendapatkan kisaran nilai 66%-80%. Selain itu, hasil penelitian ini tidak menunjukkan pemahaman pustakawan terhadap BNI dengan demografi responden seperti jenjang pendidikan, lama bekerja di perpustakaan, dan lama bekerja di unit saat ini"
Jakarta: Pusat Jasa Perpustakaan dan Informasi, 2020
020 VIS 22:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi
"Praktik keperawatan residensi peminatan sistem respirasi yang dilakukan di Rumah Sakit Persahabatan diharapkan dapat meningkatkan pelayanan keperawatan pada pasien dengan masalah gangguan pernapasan. Selama menjalani proses residensi, residen berperan sebagai clinical nurse specialist yang bertugas sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada pasien, konsultan keperawatan bagi staf keperawatan dan edukator bagi pasien, serta peneliti dalam meningkatkan mutu atau kualitas asuhan keperawatan melalui penerapan Evidence Based Nursing (EBN). Dalam memberikan asuhan keperawatan langsung kepada pasien, residen menerapkan teori keperawatan Calista Roy pada kasus kelolaan utama dengan diagnosa medis kanker paru T4N2M1b dan 30 kasus resume dengan masalah gangguan pernapasan. Pada kasus resume ini didapatkan diagnosa medis terbanyak adalah kanker paru, diagnosa keperawatan terbanyak pola napas tidak efektif dan bersihan jalan napas tidak efektif, dan intervensi keperawatan yang paling banyak adalah manajemen airway. Penerapan model adaptasi Roy menunjukkan peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dalam membantu individu, baik dalam kondisi sakit maupun pada proses penyembuhan dan peningkatan pemeliharaan kesehatan di setiap mode fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen. Selama melakukan asuhan keperawatan, masalah keperawatan yang banyak muncul yaitu pada mode fisiologis berupa masalah gangguan oksigenasi. Hasil analisis praktik residensi keperawatan didapatkan bahwa asuhan keperawatan menggunakan pendekatan model adaptasi Roy bertujuan untuk membantu individu sedini mungkin beradaptasi terhadap stimulus baik stimulus internal maupun stimulus eksternal. Pada penerapan EBN residen melakukan penerapan progressive relaxation exercise untuk mengurangi gejala efek samping kemoterapi pada pasien kanker paru yang menjalani kemoterapi. Hasil penerapan EBN menunjukkan bahwa progressive relaxation exerciseberkontribusi dalam menurunkan gejala efek samping kemoterapi. Selain itu, residen bersama kelompok melakukan inovasi tentang perawatan pasien yang terpasang WSD yang mencakup pada skrinning awal, perawatan sebelum terpasang WSD, perawatan selama terpasang WSD, perawatan saat dan setelah pencabutan WSD. Tujuan dari inovasi ini untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan perawat dalam perawatan pasien yang terpasang WSD dan hasil akhirnya berupa booklet perawatan pasien yang terpasang WSD sebagai panduan dalam memberikan perawatan kepada pasien yang terpasang WSD.

Residency nursing practice specializing in the respiratory system carried out at Persahabatan Hospital is expected can improve nursing care for patients with respiratory problems. During the residency process, residents act as clinical nurse specialists who provide direct nursing care to patients, nursing consultants for nursing staff and educators for patients, as well as researchers in improving the quality of nursing care through the application of Evidence Based Nursing (EBN). In providing direct nursing care to patients, residents apply Roy's adaptation model nursing theory to primary management cases with a medical diagnosis of T4N2M1b lung cancer and 30 resume cases with respiratory problems. In this resume case, the most common medical diagnosis was lung cancer, the most common nursing diagnosis was ineffective breathing patterns and airway clearance is ineffective, and the most common nursing intervention was airway management. The application of Roy's adaptation model shows the role of nurses as providers of nursing care in helping individuals, both in sick conditions and in the healing process and improving health maintenance in every physiological, self-concept, role and interdependent mode. During nursing care, nursing problems that often arise are in the physiological mode in the form of problems with oxygenation disorders. The results of the analysis of nursing residency practice showed that nursing care using the Roy adaptation model approach aims to help individuals adapt as early as possible to stimuli, both internal and external stimuli. In implementing EBN, residents apply progressive relaxation exercise to reduce the symptoms of side effects of chemotherapy in lung cancer patients undergoing chemotherapy. The results of applying EBN show that progressive relaxation exercise contributes to reducing the symptoms of chemotherapy side effects. Apart from that, the resident and the group innovated regarding the care of patients who had a WSD installed, which included initial screening, care before the WSD was installed, care while the WSD was installed, care during and after the WSD was removed. The aim of this innovation is to increase nurses' abilities and knowledge in caring for patients who have WSD installed and the final result is a patient care booklet with WSD installed as a guide in providing care to patients who inserted WSD."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Rahmi
"Rumah Sakit merupakan pusat rujukan. Orang yang datang ke rumah sakit sangat beragam, tetapi ada kesamaan antara mereka, yaitu mereka menginginkan dirinya dilayani dengan pelayanan yang terbaik, dimana kepuasan pasien merupakan tujuan pelayanan.
Rumah Sakit M. Ridwan Meuraksa merupakan Rumah Sakit Kesdam Jaya. Persentase Jumlah Kunjungan Pasien Dinas di Poliklinik RS. TK. II M. Ridwan Meuraksa pada tahun 2001 adalah 75% dan pada tahun 2002 sebanyak 72.17%. Mengingat pelayanan terhadap pasien dinas merupakan tugas utama dan jumlah pasien dinas sangat banyak, serta selama ini belum diketahuinya keterkaitan faktor-faktor karakteristik pasien dinas dengan kepuasannya melalui pengukuran perbedaan (kesesuaian) harapan dan persepsi pasien tersebut, maka untuk itu dirasakan perlu melakukan penelitian ini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis keterkaitan faktor-faktor karakteristik pasien dinas di poliklinik rawat jalan RS. TK. H. M. Ridwan Meuraksa pada tahun 2003 dengan kepuasannya melalui pengukuran perbedaan (kesesuaian) harapan dan persepsi pasien tersebut.
Penelitian menggunakan desain cross sectional. Data primer melalui pengisian kuesioner oleh pasien dinas yang berobat di poliklinik rawat jalan RS. M. Ridwan Meuraksa sepanjang jam kerja pada bulan Juni 2003 dengan kriteria pasien adalah pasien dinas. Jumlah sampel sebanyak 450 responden. Variabel independen yang dianalisis adalah karakteristik pasien yaitu umur pasien, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status kelompok pasien, dan penghasilan, sedangkan variabel perantara meliputi persepsi dan harapan pasien berdasarkan 5 (lima) dimensi service quality serta variabel dependennya adalah kepuasan pasien. Data yang dikumpulkan diolah secara kuantitatif. Analisa statistik yang digunakan adalah analisa univariat, bivariat (uji Chi-Square) hingga multivariat (korelasi regresi) serta analisa kartesius.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi pasien yang puas seimbang dengan yang tidak puas, yaitu 50%, karakteristik pasien yang lebih banyak adalah umur ≥ 33 tahun (51.1%), laki-laki (54,0%), ≥ SMA (54.9%), Non militer (72,0%) dan penghasilan ≥ 850.000 rupiah (55.1%). Uji Bivariat dengan Chi-Square secara garis besar didapat karakteristik pasien yang berhubungan dengan harapan adalah umur pasien, sedangkan yang berhubungan dengan persepsi adalah umur pasien, status pasien, dan penghasilan. Adapun hasil Uji Chi-Square antara karakteristik pasien dengan tingkat kepuasan pasien didapatkan hubungan yang bermakna pada umur pasien, dan penghasilan. Untuk analisa multivariat didapatkan variabel umur yang paling dominan berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien, Analisa kartesius menempatkan sebagai bagian prioritas utama adalah faktor ketepatan waktu & kesesuaian jadwal dan kepastian dokter & jadwal pelayanan, sebagai bagian pertahankan prestasi adalah faktor tanggapan petugas & kecepatan pelayanan, informatif dan ketersediaan waktu konsultasi, sebagai bagian prioritas rendah adalah faktor kebersihan & kenyamanan dan sebagai bagian yang diberikan secara berlebihan adalah faktor keramahan dan kemudahan prosedur.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada semua pihak yang terkait untuk memperhatikan pasien yang mempunyai harapan tinggi tetapi berpersepsi rendah, dimana hal tersebut menggambarkan tingginya tingkat ketidakpuasan dari pasien.

Hospital is the center of reference. People who come to the hospital are various, but there are similarities between them, they want to get the best services for themselves, where the patient's satisfactions are the main purpose of services.
M. Ridwan Meuraksa Hospital is Kesdam Jaya Hospital. The percentage from total visitors of official patient in Polyclinic RS TK. II M. Ridwan Meuraksa in 2001 is 75% and in 2002 is 72.17%. Considering to the official patient's services is the main duty and the amount of the official patients are so many, so far the connection between official patient?s characteristic and their satisfaction through differential expectation measurement and patient's perception are unknown yet, therefore there is necessary to do this research.
The main purpose of this research is to know the analysis of the connection between official patients?s characteristic in Polyclinic RS Tk. II M. Ridwan Meuraksa in 2003 with their satisfaction through the differential expectation measurement and patients' perception. This research using cross sectional design. Primary data are from questioner by the official medical patient in Polyclinic Rawat Jalan M. Ridwan Meuraksa on all their duty time on June 2003 with patient's criteria is official patient. The amount of the sample is 450 respondents. Independent variable analyzed are patient's characteristic there are patient's age, gender, education background, group of status, and salary, where the mediator variable includes perception and expectation of the patient classified as 5 dimensions service quality with dependent variable is patient's satisfaction. The data that already collected processed in quantity. The statistical analysis is using univariat analysis, bivariat (Chi-square test) to multivariate (regression correlation) and Cartesius analysis.
The final research indicate that satisfied patient's proportion are equal with the unsatisfied, there are 50%, the most patient's characteristic are from age more than 33 years old (51.1%), men (54.0%), more than Senior High School (54.9%), Non-military (72.0%) and salary with more that Rp. 850.000 (55A%). Bivariat test with Chi-square are commonly found patients characteristic that connected with expectations are patient's age, while connected with perception is patient's age, patient's status, and salary. The result of the chi-square test between patients characteristic and patient's satisfaction level found the meaningful connection on patients' age and salary. For multivariate analysis found that the most dominant age variable connected with patients' satisfaction level. Cartesius analysis place as a part of the main priority is accuracy of time & matching of schedule factor and certainty of doctor & schedule of service factor, as a part of achievement maintenance is performance of labor & velocity of service factor, communicate factor and consultation time factor, as a part of low priority is hygiene factor and pleasant factor, and as a part of offered more is familiar factor and simplify factor.
Based on the research, it is suggested to all who might concern to give more attention to patient with high expectation but with low perception, whereas it described the high level of patients' unsatisfaction.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T10919
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>