Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadia Ananda
"Andrografolid merupakan senyawa bahan alam dari Andrographis paniculata (Burm. F) Ness yang menunjukkan aktivitas antivirus. Andrografolid memiliki kelarutan air yang buruk dan bioavailabilitas yang rendah, sehingga dapat membatasi distribusi dan akumulasi dalam tubuh setelah pemberian. Nanoemulsi merupakan sistem dispersi berupa emulsi yang dapat meningkatkan kelarutan obat yang sukar larut dalam air. Nanoemulsi memiliki stabilitas jangka panjang dan kemampuan penetrasi yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan nanoemulsi dengan bahan aktif andrografolid menggunakan minyak kelapa sawit dan Medium Chain Triglyceride (MCT) coconut oil sebagai fase minyak yang ditujukan untuk rute parenteral sehingga dapat langsung menuju ke sistemik. Nanoemulsi dibuat dengan memvariasikan konsentrasi lesitin yang digunakan yaitu 1%, 1,5%, dan 3%. Metode pembuatan dengan ultrasonikasi kemudian dilakukan evaluasi stabilitas fisik selama 12 minggu penyimpanan pada suhu ruang (30 ± 2°C), suhu rendah (5 ± 2°C), dan suhu tinggi (40 ± 2°C). Hasil uji morfologi nanoemulsi yang diamati dengan transmission electron microscope memiliki bentuk yang sferis. Nilai ukuran globul yang dihasilkan 452,3±8,17 nm dengan indeks polidispersitas 0,129±0,01.  Hasil uji sentrifugasi pada 3800 rpm selama 30 menit dan cycling test selama 12 hari menunjukkan sediaan yang stabil dan tidak terdapat pemisahan fase. Hasil pengujian kadar diperoleh sebesar 98,91%. Penelitian ini menunjukkan bahwa sediaan nanoemulsi andrografolid dengan konsentrasi lesitin 3% memiliki kestabilitan fisik yang baik selama 12 minggu penyimpanan.

Andrographolide is a natural compound from Andrographis paniculata (Burm. F) Ness which exhibits antiviral activity. Andrographolide has poor water solubility and low bioavailability, so it can limit the distribution and accumulation in the body after administration. Nanoemulsion is a dispersion system in the form of an emulsion that can increase the solubility of drugs that are less soluble in water. Nanoemulsion has long-term stability and good penetration ability. This study aims to formulate a nanoemulsion with the active pharmaceutical ingredient andrographolide using palm oil and Medium Chain Triglyceride (MCT) coconut oil as the oil phase intended for the parenteral route so that it can enter to the blood circulation directly. Nanoemulsions were made by varying the concentration of lecithin used, namely 1%, 1.5%, and 3%. Nanoemulsion were made using the ultrasonication method and then studied for physical stability for 12 weeks of storage at room temperature (30 ± 2°C), low temperature (5 ± 2°C), and high temperature (40 ± 2°C). The nanoemulsion as observed under transmission electron microscope were found to be spherical in shape. The resulted of globule size value was 452.3±8.17 nm with a polydispersity index of 0.129±0.01. Centrifugation test at 3800 rpm for 30 minutes and the cycling test for 12 days showed that the preparation was stable and there was no phase separation. The result of the drug content determination was 98.91%. This study showed that the andrographolide nanoemulsion preparation with 3% lecithin concentration had good physical stability for 12 weeks of storage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Ananda
"Pelayanan kefarmasian di apotek merupakan salah satu elemen penting dalam pelayanan kesehatan. Salah satu aspek utama dalam manajemen perbekalan farmasi adalah perencanaan pengadaan obat, yang bertujuan untuk memastikan ketersediaan obat yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Metode Pareto ABC telah terbukti efektif dalam mengelola stok barang di apotek. Namun, pada penelitian ini metode Pareto ABC dilakukan dengan pendekatan yang berbeda, yaitu menganalisis dokter penulis resep. Resep-obat menjadi sumber pendapatan utama bagi apotek, dan analisis Pareto terhadap dokter penulis resep dapat membantu mengidentifikasi kontributor utama dalam penjualan obat. Penelitian ini menganalisis data transaksi peresepan obat selama bulan November 2022 di Apotek Kimia Farma 382. Hasil analisis diperoleh: Kelompok Pareto A terdiri dari 24 dokter dengan kontribusi terbesar, menyumbang sekitar 69,623% dari total transaksi senilai Rp34.007.080. Kelompok Pareto B dengan 31 dokter dan 20,226% dari total transaksi senilai Rp9.879.297. Sementara Kelompok Pareto C terdiri dari 54 dokter (49,541%) dengan nilai transaksi Rp4.957.695. Kelompok dokter penulis resep dalam Kelompok Pareto A memiliki kontribusi terbesar terhadap pendapatan apotek. Oleh karena itu, perencanaan pengadaan obat harus memberikan prioritas pada obat-obat yang sering diresepkan oleh dokter dalam kelompok ini untuk meningkatkan profitabilitas dan kerjasama dengan dokter-dokter dalam kelompok tersebut sehingga dapat mendukung peningkatan pelayanan kefarmasian yang lebih baik.

Pharmaceutical services in pharmacies are a critical element in healthcare. One of the primary aspects of pharmaceutical supply management is drug procurement planning, which aims to ensure the availability of drugs that meet the needs of the community. The Pareto ABC method has proven to be effective in managing inventory in pharmacies. However, in this study, the Pareto ABC method is approached differently by analysing the prescribing doctors. Prescription drugs are the main source of income for pharmacies, and Pareto analysis of prescribing doctors can help identify the major contributors to drug sales. This research analysed prescription drug transaction data for November 2022 at Apotek Kimia Farma 382. The analysis results are as follows: Pareto Group A consists of 24 doctors with the highest contribution, accounting for approximately 69.623% of the total transactions amounting to Rp34,007,080. Pareto Group B includes 31 doctors, contributing 20.226% of the total transactions valued at Rp9,879,297. Meanwhile, Pareto Group C comprises 54 doctors (49.541%) with a transaction value of Rp4,957,695. Doctors in the Prescribing Doctor Group A make the most significant contribution to the pharmacy's revenue. Therefore, drug procurement planning should prioritize drugs frequently prescribed by doctors in this group to enhance profitability and collaboration with doctors in that group, thereby supporting improved pharmaceutical services."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Ananda
"Pentingnya menjaga kualitas obat dan alat kesehatan selama distribusi adalah prioritas utama dalam industri farmasi. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas produk adalah suhu di ruang pengemasan. Pemetaan suhu, proses yang digunakan untuk memahami fluktuasi suhu, adalah langkah kunci dalam memastikan produk farmasi tetap stabil. Penelitian ini difokuskan pada pemetaan suhu di ruang pengemasan dingin (15-25°C) di gudang B PT Enseval Putera Megatrading Tbk. Pemetaan suhu dilakukan dengan menggunakan Thermometer Data Logger. Hasil pemetaan suhu menunjukkan bahwa ruang pengemasan dingin gudang B tidak memenuhi standar suhu yang diharuskan dengan suhu tertinggi melebihi 25°C. Dalam pemetaan suhu ruang pengemasan dingin gudang B, ditemukan bahwa suhu tertinggi terletak pada posisi thermometer 1 dan 4, yaitu 29.40°C. Oleh karena itu, data ini tidak dapat dijadikan sebagai acuan untuk pemantauan suhu. Perlu dilakukan pemetaan suhu ulang dengan pendingin ruangan (AC) yang aktif selama 3x24 jam, serta pemetaan secara berkala dan kalibrasi thermometer secara teratur untuk memastikan akurasi dan konsistensi pengukuran. Tindakan ini diperlukan untuk menjaga stabilitas produk selama penyimpanan dan distribusi.

The importance of maintaining the quality of pharmaceuticals and medical devices during distribution is a top priority in the pharmaceutical industry. One crucial factor that affects product quality is the temperature within the packaging area. Temperature mapping, a process used to understand temperature fluctuations, is a key step in ensuring the stability of pharmaceutical products. This research focuses on temperature mapping in the cold packaging area (15-25°C) at Warehouse B of PT Enseval Putera Megatrading Tbk. Temperature mapping was carried out using a Thermometer Data Logger. The results of temperature mapping showed that the cold packaging area in Warehouse B did not meet the required temperature standards, with the highest temperature exceeding 25°C. In the temperature mapping of the cold packaging area in Warehouse B, it was found that the highest temperature was recorded at positions of thermometers 1 and 4, which were 29.40°C. Therefore, this data cannot be used as a reference for temperature monitoring. It is necessary to conduct a re-mapping of the temperature with active room cooling (AC) for 3x24 hours, as well as periodic temperature mapping and regular thermometer calibration to ensure measurement accuracy and consistency. These actions are required to maintain product stability during storage and distribution."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Ananda
"Pentingnya menjaga kualitas obat dan alat kesehatan selama distribusi adalah prioritas utama dalam industri farmasi. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas produk adalah suhu di ruang pengemasan. Pemetaan suhu, proses yang digunakan untuk memahami fluktuasi suhu, adalah langkah kunci dalam memastikan produk farmasi tetap stabil. Penelitian ini difokuskan pada pemetaan suhu di ruang pengemasan dingin (15-25°C) di gudang B PT Enseval Putera Megatrading Tbk. Pemetaan suhu dilakukan dengan menggunakan Thermometer Data Logger. Hasil pemetaan suhu menunjukkan bahwa ruang pengemasan dingin gudang B tidak memenuhi standar suhu yang diharuskan dengan suhu tertinggi melebihi 25°C. Dalam pemetaan suhu ruang pengemasan dingin gudang B, ditemukan bahwa suhu tertinggi terletak pada posisi thermometer 1 dan 4, yaitu 29.40°C. Oleh karena itu, data ini tidak dapat dijadikan sebagai acuan untuk pemantauan suhu. Perlu dilakukan pemetaan suhu ulang dengan pendingin ruangan (AC) yang aktif selama 3x24 jam, serta pemetaan secara berkala dan kalibrasi thermometer secara teratur untuk memastikan akurasi dan konsistensi pengukuran. Tindakan ini diperlukan untuk menjaga stabilitas produk selama penyimpanan dan distribusi.

The importance of maintaining the quality of pharmaceuticals and medical devices during distribution is a top priority in the pharmaceutical industry. One crucial factor that affects product quality is the temperature within the packaging area. Temperature mapping, a process used to understand temperature fluctuations, is a key step in ensuring the stability of pharmaceutical products. This research focuses on temperature mapping in the cold packaging area (15-25°C) at Warehouse B of PT Enseval Putera Megatrading Tbk. Temperature mapping was carried out using a Thermometer Data Logger. The results of temperature mapping showed that the cold packaging area in Warehouse B did not meet the required temperature standards, with the highest temperature exceeding 25°C. In the temperature mapping of the cold packaging area in Warehouse B, it was found that the highest temperature was recorded at positions of thermometers 1 and 4, which were 29.40°C. Therefore, this data cannot be used as a reference for temperature monitoring. It is necessary to conduct a re-mapping of the temperature with active room cooling (AC) for 3x24 hours, as well as periodic temperature mapping and regular thermometer calibration to ensure measurement accuracy and consistency. These actions are required to maintain product stability during storage and distribution."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Ananda
"Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 72 Tahun 2016 menegaskan pentingnya layanan farmasi di rumah sakit dalam sistem perawatan berorientasi pada pasien. Akses obat yang aman dan terjangkau krusial dalam meningkatkan kualitas kesehatan. Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) berupaya memastikan akses kesehatan bagi semua, dengan panduan Formularium Nasional (Fornas) sebagai rujukan obat. Metode penelitian melibatkan pengumpulan dan analisis data obat-obatan di RSUPN Cipto Mangunkusomo. Hasilnya menunjukkan pembaruan batasan obat resep JKN: 12 item obat (0.941%) mengikuti Fornas 2021, 1,233 item (96.706%) tetap sesuai dengan Fornas 2021, dan 30 item (2.353%) tidak termasuk dalam Fornas. Evaluasi ini menggarisbawahi perlunya penyesuaian berkala terhadap restriksi peresepan obat, khususnya untuk pasien JKN, sesuai dengan perubahan Fornas, guna memastikan akses obat yang aman, efektif, dan ekonomis, serta peningkatan kualitas kesehatan.

The Republic of Indonesia Mininstry of Health Regulation No. 72 of 2016 highlights the importance of pharmacy services within patient-oriented healthcare systems in hospitals. Access to safe and affordable medications is crucial for enhancing the quality of healthcare. The National Health Insurance Program (JKN) strives to ensure healthcare access for all patient, with the National Formulary (Fornas) as a drug reference. The research method includes the collection and analysis of medication data at RSUPN Cipto Mangunkusomo. The results indicate there are some updates on JKN prescription drug restrictions: 12 drug items (0.941%) align with the 2021 Fornas Addendum, 1,233 items (96.706%) remain in accordance with the 2021 Fornas, and 30 items (2.353%) are not included in Fornas. This evaluation emphasizes the necesarry of periodic adjustments on prescription medicine restrictions, especially for JKN patients, in line with Fornas revisions, to ensure access to safe, effective, and cost-effective medications, as well as to enhance the quality of healthcare."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Ananda
"Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 72 Tahun 2016 menegaskan pentingnya layanan farmasi di rumah sakit dalam sistem perawatan berorientasi pada pasien. Akses obat yang aman dan terjangkau krusial dalam meningkatkan kualitas kesehatan. Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) berupaya memastikan akses kesehatan bagi semua, dengan panduan Formularium Nasional (Fornas) sebagai rujukan obat. Metode penelitian melibatkan pengumpulan dan analisis data obat-obatan di RSUPN Cipto Mangunkusomo. Hasilnya menunjukkan pembaruan batasan obat resep JKN: 12 item obat (0.941%) mengikuti Fornas 2021, 1,233 item (96.706%) tetap sesuai dengan Fornas 2021, dan 30 item (2.353%) tidak termasuk dalam Fornas. Evaluasi ini menggarisbawahi perlunya penyesuaian berkala terhadap restriksi peresepan obat, khususnya untuk pasien JKN, sesuai dengan perubahan Fornas, guna memastikan akses obat yang aman, efektif, dan ekonomis, serta peningkatan kualitas kesehatan.

The Republic of Indonesia Mininstry of Health Regulation No. 72 of 2016 highlights the importance of pharmacy services within patient-oriented healthcare systems in hospitals. Access to safe and affordable medications is crucial for enhancing the quality of healthcare. The National Health Insurance Program (JKN) strives to ensure healthcare access for all patient, with the National Formulary (Fornas) as a drug reference. The research method includes the collection and analysis of medication data at RSUPN Cipto Mangunkusomo. The results indicate there are some updates on JKN prescription drug restrictions: 12 drug items (0.941%) align with the 2021 Fornas Addendum, 1,233 items (96.706%) remain in accordance with the 2021 Fornas, and 30 items (2.353%) are not included in Fornas. This evaluation emphasizes the necesarry of periodic adjustments on prescription medicine restrictions, especially for JKN patients, in line with Fornas revisions, to ensure access to safe, effective, and cost-effective medications, as well as to enhance the quality of healthcare."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Ananda
"Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) berperan sebagai fasilitas penting yang menyediakan layanan kesehatan, termasuk pelayanan farmasi klinik. Kesehatan masyarakat membutuhkan pemahaman dan penerapan yang baik terutama dalam penggunaan obat yang rasional dan aman. Hipertensi, masalah kesehatan global yang serius, sering kali memerlukan penanganan dengan obat antihipertensi yang biasanya dikombinasikan dengan obat lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi resep obat antihipertensi di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo pada Oktober 2022. Melalui pendekatan retrospektif, data resep pasien hipertensi dianalisis untuk mengidentifikasi obat yang sering dikombinasikan dengan obat antihipertensi. Hasil analisis menunjukkan bahwa amlodipin merupakan obat antihipertensi yang paling sering diresepkan. Kombinasi paling umum amlodipin adalah dengan simvastatin 20 mg, vitamin B12, dan parasetamol. Persentase tertinggi kombinasi amlodipin dengan simvastatin 20 mg mencapai 27,9%. Perlunya perhatian terhadap kombinasi obat yang sering diresepkan kepada pasien hipertensi. Rekomendasi yang diajukan adalah mempertimbangkan pemberian jeda waktu antar obat guna mengurangi risiko interaksi obat yang mungkin terjadi. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan keselamatan dalam penggunaan obat antihipertensi pada pasien di Puskesmas, serta memberikan kontribusi dalam perbaikan layanan farmasi klinik bagi pasien hipertensi secara umum.

Public Health Centers (Puskesmas) play a crucial role as facilities providing healthcare services, including clinical pharmacy services. Public health requires a sound understanding and application, particularly in the rational and safe use of medications. Hypertension, a serious global health issue, often necessitates treatment with antihypertensive drugs, commonly in combination with other medications. This study aims to evaluate antihypertensive drug prescriptions at the Pasar Rebo Sub-District Public Health Center in October 2022. Through a retrospective approach, prescription data of hypertensive patients were analyzed to identify frequently combined medications with antihypertensive drugs. The analysis revealed that amlodipine was the most prescribed antihypertensive drug. The most frequent combination with amlodipine included simvastatin 20 mg, vitamin B12, and paracetamol. The highest percentage observed was the combination of amlodipine with simvastatin 20 mg, reaching 27.9%. There is a necessity for attention to frequently prescribed drug combinations for hypertensive patients. Recommendations suggest considering intervals between medications to reduce potential drug interactions. This action is expected to enhance safety in the use of antihypertensive drugs for patients at the Public Health Center and contribute to improving clinical pharmacy services for hypertensive patients overall."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Ananda
"Penelitian ini mengeksplorasi karakteristik kaca vial dan rubber stopper yang digunakan dalam kemasan asli serbuk injeksi pantoprazol oleh PT X. Kemasan farmasi sangat penting dalam menjaga keamanan dan stabilitas produk saat didistribusikan dan digunakan. Penelitian ini menggunakan metode standar, termasuk uji hidrolisis permukaan kaca dan analisis spektrum inframerah untuk mengevaluasi tipe kaca vial dan bahan rubber stopper. Hasil karakterisasi menunjukkan penggunaan kaca vial tipe 1 yang dikenal memiliki inertness tertinggi terhadap reaksi kimia. Kaca tipe 1 menawarkan ketahanan optimal terhadap zat kimia, menjaga kekuatan mekanik serta stabilitas produk selama produksi, penyimpanan, dan distribusi. Analisis spektrum juga menegaskan penggunaan bahan bromobutil pada rubber stopper dengan kemiripan 91,4%. Rubber stopper berbahan bromobutil memiliki sifat barier yang sangat baik terhadap kelembaban dan gas, penting dalam melindungi produk dari oksidasi atau kontaminasi yang dapat merusak kualitas produk farmasi. Karakterisasi kaca vial tipe 1 dan rubber stopper berbahan bromobutil pada kemasan serbuk injeksi pantoprazol menjadi kunci dalam menjaga keamanan, stabilitas, dan kualitas produk farmasi. Informasi ini menjadi dasar penting untuk pengembangan produk farmasi baru yang memenuhi standar keamanan dan efektivitas, yang berpotensi meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk farmasi yang dihasilkan.

This research focuses on characterizing the glass vial and rubber stopper used in the original packaging of pantoprazole injection powder by PT X. Pharmaceutical packaging is crucial for product safety and stability during distribution and use. The study employed standard methods, including surface hydrolysis testing for glass and infrared spectrum analysis to evaluate the glass vial type and rubber stopper material. Characterization results indicated the use of type 1 glass vials known for their highest inertness to chemical reactions. Type 1 glass offers optimal resistance to chemical substances, ensuring mechanical strength and product stability during production, storage, and distribution. Additionally, spectral analysis confirmed the use of bromobutyl material for the rubber stoppers, showing a 91.4% similarity. Bromobutyl rubber stoppers exhibit excellent barrier properties against moisture and gases, essential in protecting the product from oxidation or contamination that could compromise pharmaceutical integrity. The characterization of type 1 glass vials and bromobutyl rubber stoppers in the original pantoprazole injection powder packaging is vital in maintaining pharmaceutical product safety, stability, and quality. This information serves as a critical foundation for developing new pharmaceutical products that meet safety and effectiveness standards, potentially bolstering consumer trust in the resulting pharmaceutical products."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Ananda
"Penelitian ini mengeksplorasi karakteristik kaca vial dan rubber stopper yang digunakan dalam kemasan asli serbuk injeksi pantoprazol oleh PT X. Kemasan farmasi sangat penting dalam menjaga keamanan dan stabilitas produk saat didistribusikan dan digunakan. Penelitian ini menggunakan metode standar, termasuk uji hidrolisis permukaan kaca dan analisis spektrum inframerah untuk mengevaluasi tipe kaca vial dan bahan rubber stopper. Hasil karakterisasi menunjukkan penggunaan kaca vial tipe 1 yang dikenal memiliki inertness tertinggi terhadap reaksi kimia. Kaca tipe 1 menawarkan ketahanan optimal terhadap zat kimia, menjaga kekuatan mekanik serta stabilitas produk selama produksi, penyimpanan, dan distribusi. Analisis spektrum juga menegaskan penggunaan bahan bromobutil pada rubber stopper dengan kemiripan 91,4%. Rubber stopper berbahan bromobutil memiliki sifat barier yang sangat baik terhadap kelembaban dan gas, penting dalam melindungi produk dari oksidasi atau kontaminasi yang dapat merusak kualitas produk farmasi. Karakterisasi kaca vial tipe 1 dan rubber stopper berbahan bromobutil pada kemasan serbuk injeksi pantoprazol menjadi kunci dalam menjaga keamanan, stabilitas, dan kualitas produk farmasi. Informasi ini menjadi dasar penting untuk pengembangan produk farmasi baru yang memenuhi standar keamanan dan efektivitas, yang berpotensi meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk farmasi yang dihasilkan.

This research focuses on characterizing the glass vial and rubber stopper used in the original packaging of pantoprazole injection powder by PT X. Pharmaceutical packaging is crucial for product safety and stability during distribution and use. The study employed standard methods, including surface hydrolysis testing for glass and infrared spectrum analysis to evaluate the glass vial type and rubber stopper material. Characterization results indicated the use of type 1 glass vials known for their highest inertness to chemical reactions. Type 1 glass offers optimal resistance to chemical substances, ensuring mechanical strength and product stability during production, storage, and distribution. Additionally, spectral analysis confirmed the use of bromobutyl material for the rubber stoppers, showing a 91.4% similarity. Bromobutyl rubber stoppers exhibit excellent barrier properties against moisture and gases, essential in protecting the product from oxidation or contamination that could compromise pharmaceutical integrity. The characterization of type 1 glass vials and bromobutyl rubber stoppers in the original pantoprazole injection powder packaging is vital in maintaining pharmaceutical product safety, stability, and quality. This information serves as a critical foundation for developing new pharmaceutical products that meet safety and effectiveness standards, potentially bolstering consumer trust in the resulting pharmaceutical products."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library