Pentingnya menjaga kualitas obat dan alat kesehatan selama distribusi adalah prioritas utama dalam industri farmasi. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas produk adalah suhu di ruang pengemasan. Pemetaan suhu, proses yang digunakan untuk memahami fluktuasi suhu, adalah langkah kunci dalam memastikan produk farmasi tetap stabil. Penelitian ini difokuskan pada pemetaan suhu di ruang pengemasan dingin (15-25°C) di gudang B PT Enseval Putera Megatrading Tbk. Pemetaan suhu dilakukan dengan menggunakan Thermometer Data Logger. Hasil pemetaan suhu menunjukkan bahwa ruang pengemasan dingin gudang B tidak memenuhi standar suhu yang diharuskan dengan suhu tertinggi melebihi 25°C. Dalam pemetaan suhu ruang pengemasan dingin gudang B, ditemukan bahwa suhu tertinggi terletak pada posisi thermometer 1 dan 4, yaitu 29.40°C. Oleh karena itu, data ini tidak dapat dijadikan sebagai acuan untuk pemantauan suhu. Perlu dilakukan pemetaan suhu ulang dengan pendingin ruangan (AC) yang aktif selama 3x24 jam, serta pemetaan secara berkala dan kalibrasi thermometer secara teratur untuk memastikan akurasi dan konsistensi pengukuran. Tindakan ini diperlukan untuk menjaga stabilitas produk selama penyimpanan dan distribusi.
The importance of maintaining the quality of pharmaceuticals and medical devices during distribution is a top priority in the pharmaceutical industry. One crucial factor that affects product quality is the temperature within the packaging area. Temperature mapping, a process used to understand temperature fluctuations, is a key step in ensuring the stability of pharmaceutical products. This research focuses on temperature mapping in the cold packaging area (15-25°C) at Warehouse B of PT Enseval Putera Megatrading Tbk. Temperature mapping was carried out using a Thermometer Data Logger. The results of temperature mapping showed that the cold packaging area in Warehouse B did not meet the required temperature standards, with the highest temperature exceeding 25°C. In the temperature mapping of the cold packaging area in Warehouse B, it was found that the highest temperature was recorded at positions of thermometers 1 and 4, which were 29.40°C. Therefore, this data cannot be used as a reference for temperature monitoring. It is necessary to conduct a re-mapping of the temperature with active room cooling (AC) for 3x24 hours, as well as periodic temperature mapping and regular thermometer calibration to ensure measurement accuracy and consistency. These actions are required to maintain product stability during storage and distribution.