Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 196802 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mahadevintha Luberizky
"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara kompetensi dan kompensasi dengan kinerja guru. Pelayanan kualitas kinerja guru di sekolah berpengaruh pada mutu pendidikan sekolah tersebut karena guru sebagai frontline worker yang bekerja dan berinteraksi secara langsung dalam proses pembelajaran siswa dan hasil hidup mereka. Salah satu faktor yang berkaitan dengan tinggi rendahnya kinerja guru tergantung pada faktor internal, yakni kompetensi diri dan faktor eksternal, yaitu kompensasi yang diterima. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Februari 2024 dengan total responden 42 guru mata pelajaran yang aktif mengajar di SMP dan SMA Vianney melalui instrumen kuesioner dalam bentuk Google Form. Hasil penelitian melalui uji korelasi Kendall’s tau-b dari nilai correlation coefficient kedua variabel tersebut menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan di tingkat kekuatan sedang antara kompetensi (T = 0.468, p < 0.05) dan kompensasi (T = 0.412, p < 0.05) pada kinerja guru. Maka semakin tinggi kompetensi guru maka kinerja guru juga tinggi. Sedangkan itu, kompensasi juga memiliki hubungan positif dengan kinerja guru, yang bekerja sebagai faktor motivasi bagi guru untuk meningkatkan kinerjanya.

This study aims to describe the relationship between competence and compensation with teacher performance. The quality of teacher performance services in schools affects the quality of education at the school because teachers are frontline workers who work and interact directly in the student learning process and their life outcomes. One of the factors related to the high or low performance of teachers depends on internal factors, namely self-competence, and external factors, namely the compensation received. The research uses a quantitative approach with a descriptive type of research. Data collection was carried out in February 2024 with a total of 42 subject teachers actively teaching at Vianney Junior High and Senior High Schools through a questionnaire instrument in the form of a Google Form. The research findings, using Kendall’s tau-b correlation test, with the correlation coefficient values for the two variables, indicate a significant positive relationship of moderate strength between competence (T = 0.468, p < 0.05) and compensation (T = 0.412, p < 0.05) on teacher performance. Thus, the higher the teacher's competence, the higher the teacher's performance. Similarly, compensation also has a positive relationship with teacher performance, serving as a motivational factor for teachers to improve their performance."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sony Setyanto Wibowo
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara teacher efficacy kepuasan kerja pada guru SD Negeri inklusi. Partisipan penelitian ini adalah guru SD Negeri inklusi yang berada di wilayah JABODETABEK sebanyak 77 orang. Kepuasan kerja diukur dengan menggunakan alat ukur yang dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan instrumen JSS (Job Satisfaction Survey) yang dikembangkan oleh Paul E. Spector (1985) yang terdiri atas sembilan aspek kepuasan kerja seperti gaji, kenaikan pangkat, atasan, imbalan, penghargaan, kondisi operasi kerja, Rekan kerja, pekerjaan itu sendiri dan komunikasi. Teacher efficacy diukur dengan menggunakan alat ukur yang dimodifikasi oleh Winafaisal (2010) berdasarkan instrumen OSTES (Ohio State Teacher Efficacy Sense) yang dikembangkan oleh Tschannen-Moran & Woolfolk Hoy (2001) dengan tiga dimensi yakni Efficacy in Student Engagement, Efficacy in Instructional Strategies dan Efficacy in Classroom.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dan teacher efficacy mengunakan teknik korelasi pearson (r = 0.249). Aspek nature of work pada kepuasan kerja juga memiliki korelasi positif dengan teacher efficacy (korelasi parsial = 0,336). Implikasi dari penelitian ini penting bagi pengembangan dunia pendidikan inklusi di Indonesia khususnya yang berkaitan dengan teacher efficacy dan kepuasan kerja bagi guru sekolah dasar negeri inklusi.

The purpose of this study is to find out whether there is any between teacher efficacy and job satisfaction among public inclusive elementary school teachers. Participants of this study are inclusive public elementary school teacher located around JABODETABEK. Job satisfaction was measured by instrument modified by researcher based on JSS (Job Satisfaction Survey) which originally developed by Paul E. Spector (1985) with nine aspect of job satisfaction (Pay, Promotion, Supervision, Fringe Benefit, Contingen reward, Operating condition, Co-worker, Nature of work and Communication). Teacher efficacy was measured by instrument modified by Winafaisal (2010) based on OSTES (Ohio State Teacher Efficacy Sense) originally developed by Tschannen-Moran & Woolfolk Hoy (2001) with three dimention (Efficacy in Student Engagement, Efficacy in Instructional Strategies and Efficacy in Classroom Management).
This current study shows that there is a significant correlation between job satisfaction and teacher efficacy using Pearson Correlation (r=0,249). The nature of work aspect in job satisfaction also has positive correlation with instructional engagement aspect in teacher efficacy (partial correlation= 0,336). This study has important implications for the development of inclusive education in Indonesia, particularly those related to teacher efficacy and job satisfaction for public inclusive elementary school teachers."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S44869
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widadi Ambar Saputra
"Penelitian Ini dilaksanakan di SMP Islam Terpadu Ihsanul Fikri sebagai salah satu Sekolah Standar Nasional di kabupaten Magelang, yang mempunyai sistem pembelajaran terpadu antara pembelajaran regular dan pembelajaran pesantren. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemetaan faktor-faktor kompetisi guru dan mengetahui kompetensi guru mana saja yang tidak signifikan. Empat kompetisi yaitu: (1) Kompetisi Pedagogik , (2) Kompetisi Kepribadian, (3) Kompetisi Sosial, (4) Kompetisi Profesional. Penelitian ini menggunakan metode sampling acak sederhana dengan ukuruan sampel 41 guru. Data dikumpulkan menggunakan metode pengisian kuesioner yang telah disediakan dan metode wawancara dengan sampel 10 orang guru.
Berdasarkan hasil pengujian validitas dan reliabilitas, keempat variabel dinyatakan valid dan reliabel sehingga bisa dijadikan alat ukur untuk penelitian ini. Pengujian hipotesis dengan analisis faktor menunjukkan bahwa kompetensi yang paling siginifikan berpengaruh terhadap kompetensi guru di SMP Islam Terpadu Ihsanul Fikri adalah kompetisi pedagogik (X1), selanjutnya kompetensi kepribadian (X2), kompetensi sosial (X3) dan kompetensi Profesional (X4).

This research was conducted at Junior High Islamic School 'Ihsanul Fikri' as a national standard school (SSN) in Magelang district, which has an integrated learning system between the regular lesson and boarding school learning. This study aims to know the teacher‟s mapping competence factors and to know which teachers are not significant. Four competencies are: (1) Competence of Pedagogy, (2) Competence of Personality, (3) Competence of Social, (4) Competence of Professional. This study used simple random sampling method with sample size 41 teachers. Data were collected using the questionnaire and interviews method that has been provided with a sample of 10 teachers.
Based on the results of testing the validity and reliability, the four variables declared valid and reliable so that the indicators can be used as a measuring tool for this research. Testing hypotheses with factor analysis showed that the competence of the most significant influence on the performance of junior high school 'Ihsanul Fikri' is a Pedagogy Competence (X1), then Personality Competence (X2), Social Competence (X3) and Professional Competence (X4).
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
T28929
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Qibtya
"1. Tugas akhir ini berisi rekomendasi mengenai cara mengatasi permasalahan yang dialami oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sehubungan dengan adanya tuntutan guru-guru agama yang mengajar pada sekolah-sekolah negeri dilingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar mendapat tunjangan yang sama dengan guru-guru DKI lainnya, mengingat tunjangan hanya diberikan pada guru-guru dengan status pegawai DKI Jakarta.
2. Tuntutan mereka didasarkan pada persepsi bahwa mereka memberikan kontribusi dan mempunyai tanggung jawab yang sama yaitu mencerdaskan anak bangsa namun tidak memperoleh tunjangan kesra sebagaimana yang diterima guru-guru lainnya.
3. Berdasarkan teori kepuasan kerja adanya tuntutan di atas merupakan bentuk ketidakpuasan yang diungkapkan dengan menyuarakan untuk merubah kondisi kerja yang ada. Adanya ketidakpuasan kerja bisa berakibat pada menurunnya motivasi kerja, sehingga harus diusahakan agar ketidakpuasan tidak mengakibatkan dampak yang lebih luas.
4. Menurut teori motivasi, kebutuhan yang belum dipuaskan merupakan kondisi yang menimbulkan ketegangan yang mendorong seseorang untuk mengurangi/menghilangkannya. Cara mengurangi/menghilangkannya ketegangan tersebut dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan saat ini dan meningkatkan motivasi.
5. Berdasarkan hal tersebut maka solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan ketidakpuasan guru agama yang tidak mendapat tunjangan kesra adalah :
a. Alih jenis kepegawaian
b. Pencatatan
c. Melaksanakan sosialisasi
6. Mempertimbangkan kondisi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saat ini, maka alternatif yang dipilih adalah alternatif c yaitu melaksanakan sosialisasi. Dengan sosialisasi diharapkan guru agama memahami segala ketentuan yang berlaku, sehingga mereka punya pilihan alternatif yang akan diambil tanpa mengurangi kinerja mereka dan proses belajar-mengajar."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18285
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arita Marini
"ABSTRAK
Penelitian ini memfokuskan pada pengaruh jenis pekerjaan, imbalan, kondisi kerja dan teman sekerja sebagai variabel independen terhadap kepuasan kerja dosen pegawai negeri sipil perguruan tinggi swasta di lingkungan Kopertis Wilayah III DKI Jakarta sebagai variabel dependen. Tingkat pekerjaan yang ditentukan berdasarkan jabatan akademik yang dimiliki digunakan sebagai variabel moderasi yang mempengaruhi hubungan antara jenis pekerjaan, imbalan, kondisi kerja dan teman sekerja dengan kepuasan kerja. Dan dengan tingkat pekerjaan bawah adalah dosen dengan jabatan akademik Asisten Ahli Madya, Asisten Ahli, Lektor Muda dan Lektor Madya, sedangkan dosen dengan tingkat pekerjaan atas adalah dosen dengan jabatan akademik Lektor, Lektor Kepala Madya, Lektor Kepala, Guru Besar Madya dan Guru Besar.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jenis pekerjaan, imbalan, kondisi kerja dan teman sekerja terhadap kepuasan kerja dosen pegawai negeri sipil perguruan tinggi swasta dengan tingkat pekerjaan bawah dan atas di lingkungan Kopertis Wilayah III DKI Jakarta. Sejalan dengan itu, maka penelitian ini menggunakan sampel acak stratifikasi sesuai dengan jumlah populasi dosen pada setiap jabatan akademik yang berbeda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan individu tidak terdapat pada dosen dengan tingkat pekerjaan bawah dan atas dikaitkan dengan pengaruh jenis pekerjaan, imbalan atau teman sekerja terhadap kepuasan kerja.
Antara desen dengan tingkat pekerjaan bawah dan atas tidak terdapat perbedaan individu yang berarti, sehingga respon yang diberikan mengenai jenis pekerjaan, imbalan atau teman sekerja terhadap kepuasan kerja juga tidak terdapat perbedaan.
Jenis pekerjaan dan imbalan tidak berpengaruh secara positif terhadap kepuasan kerja dosen dengan tingkat pekerjaan bawah dan atas. Selain itu juga dapat dinyatakan bahwa pengaruh variabel jenis pekerjaan dan imbalan terhadap kepuasan kerja dosen dengan tingkat pekerjaan bawah dan atas tidak dapat dijelaskan melalui persamaan regresi linear. Sedangkan teman sekerja berpengaruh secara positif terhadap kepuasan kerja dosen dengan tingkat pekerjaan bawah dan atas. Griffin dan Moorhead menyatakan teman sekerja merupakan faktor kelompok yang mempengaruhi kepuasan kerja. Herzberg melalui Teori Dua Faktornya menyatakan bahwa teman sekerja merupakan faktor higiene yang juga mempengaruhi tingkat kepuasan kerja. Dikaitkan dengan Hierarki Kebutuhan Maslow bahwa teman sekerja merupakan faktor organisasi yang dapat memuaskan adanya defisiensi kebutuhan harga din dan kebutuhan merailiki.
Perbedaan individu terdapat pads dosen dengan tingkat pekerjaan bawah dan atas mengenai pengaruh kondisi kerja terhadap kepuasan kerja yang menyebabkan respon yang diberikan juga berbeda. Dosen dengan tingkat pekerjaan bawah lebih memperhatikan kondisi kerja dibandingkan dosen dengan tingkat pekerjaan atas. Lebih tingginya motivasi yang terdapat pada dosen dengan tingkat pekerjaan bawah dalam usaha meningkatkan jabatan akademik menyebabkan tingkat keberadaan dosen dengan tingkat pekerjaan bawah pada perguruan tinggi yang menjadi institusi tetapnya lebih tinggi dibandingkan dosen dengan tingkat
pekerjaan atas: Sedangkan dosen dengan tingkat pekerjaan atas tidak begitu memperhatikan kondisi kerja bahkan pengaruhnya negatif Hal ini disebabkan karena ada faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap kepuasan kerja yang dicari oleh dosen dengan tingkat pekerjaan atas yang digunakan untuk memuaskan defisiensi kebutuhan yang sudah lebih tinggi diband.ingkan dosen dengan tingkat pekerjaan bawah.
Jenis pekerjaan, imbalan dan kondisi kerja yang merupakan faktor-faktor organisasi serta teman sekerja yang merupakan faktor kelompok secara bersama-sama mempengaruhi kepuasan kerja. Fred Herzberg melalui Teori Dua Faktor menyatakan bahwa jenis pekerjaan yang merupakan faktor motivasi; imbalan, kondisi kerja dan teman sekerja yang merupakan faktor-faktor higiene secara bersama-sama mempengaiuhi tingkat kepuasan kerja. Dikaitkan dengan Hierarki Maslow, jenis pekerjaan yang merupakan faktor organisasi dapat memuaskan adanya defisiensi kebutuhan aktualisasi diri. Imbalan dan kondisi kerja yang merupakan faktor organisasi dapat memuaskan adanya defisiensi kebutuhan fisiologi. Teman sekerja yang merupakan faktor kelompok dapat memuaskan adanya defisiensi kebutuhan memiliki dan kebutuhan harga diri.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shelly Agustin
"Latar Belakang: Teacher Stress Inventory (TSI) merupakan sebuah instrumen untuk menilai stressor kerja pada guru. Penelitian ini bertujuan untuk menerjemahkan instrumen agar bisa digunakan di Indonesia, lalu menilai validitas dan reliabilitasnya.
Metode. Penelitian ini dilakukan dengan metode adaptasi transkultural 10 langkah dari ISPOR diikuti dengan uji validitas butir serta uji reliabilitas terhadap 147 guru di Jakarta dan Bogor.
Hasil. Didapatkan kuesioner TSI versi Bahasa Indonesia yang terdiri atas 20 butir dimana semuanya dinyatakan valid dengan nilai r 0,577 hingga 0,852. Nilai a-Cronbach TSI versi Bahasa Indonesia pada saat tes adalah 0,957 dan uji Intra-class correlation terhadap total skor tes dan retes didapatkan hasil r 0,901 (p<0,05). 
Kesimpulan. TSI versi Bahasa Indonesia terbukti memiliki validitas, reliabilitas, dan stabilitas internal yang baik sebagai instrumen penilaian stres kerja pada guru di Indonesia.

Background : The Teacher Stress Inventory (TSI) is an instrument for measuring occupational stressor in teachers, and has been widely used in many countries. This study aimed to translate and adapt it for use in Indonesia, and to assess its reliability and validity.
Methods : Was used for adaptation of the original version of TSI using the 10-step methods of ISPOR (International Society for Pharmocoeconomics and Outcomes Research) followed by a validity test of items as well as a reliability test. The test was conducted into 147 teachers in Jakarta and Bogor.
Results : The result of ISPOR in this research, there were some adjustment of idioms in Indonesian Language. All of 20 items the TSI questionnaire Indonesian Version were all valid (r= 0.577-0.852). The results of reliability test using a-Cronbachis 0,957, and the score of Intra-Class Correlation is 0,901 which means TSI Indonesian version has an acceptable internal stability.
Conclusion : TSI Indonesian Version is valid, reliable and has good internal stability. This instrument can be used to assess stressor at work among Indonesian teachers.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melius Mau Loko
"Siswa berkebutuhan khusus merupakan kategori murid di kelas yang menjadi perhatian para guru karena keistimewaan mereka yang jauh dari kondisi normal anak seusianya. Karakteristik anak berkebutuhan khusus yang tidak dipahami oleh guru dengan metode terbaik dalam proses belajar mengajar di kelas akan berdampak stres pada guru dan menimbulkan masalah psikologis pada guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat stres guru sekolah dasar inklusif dengan guru sekolah dasar non-inklusif yang tidak mengajar siswa berkebutuhan khusus. Penelitian ini menggunakan desain analitik komparatif pada 60 responden guru sekolah dasar inklusif dan sekolah dasar non-inklusif di kota Depok yang diambil dengan metode purposive sampling. Tingkat stres diukur menggunakan instrument Wilson Stress Profile for Teacher WSPT , dan dianalisis menggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan tingkat stres antara guru sekolah dasar inklusif dengan guru sekolah dasar non-inklusif p > 0,05 . Perawat kesehatan sekolah perlu melakukan pengkajian terkait kondisi psikososial guru yang belum mengikuti pelatihan tentang siswa berkebutuhan khusus dan guru mengajar siswa berkebutuhan khusus lebih dari 1 siswa di kelas.

Students with special needs in the classroom require a significant amount of teacher attention and effort due to the nature of their illness or condition. Teachers, particularly at the elementary level, recognise they need to find the best method to cater to the students rsquo needs while also managing their time efficiently and effectively, so as to not create a heavier workload and psychological problems. This study aims to determine the difference in stress levels experienced by inclusive elementary school teachers who teach students with special needs and non inclusive elementary school teachers who do not teach students with special needs. There were 60 teachers who participated in the comparative study who were selected from inclusive and non inclusive elementary schools in Depok. These participants were selected based on certain criteria established in the research purposive sampling method . The stress level is known using the Wilson Stress Profile for Teacher WSPT instrument, and bivariate analysis using chi square statistical tests. The results of this study shows that there is no significant difference in stress level between inclusive elementary school teachers and non inclusive elementary school teachers p 0,05 . School health nurses need to undertake an assessment of the psychosocial condition of teachers who have not attended prior training on students with special needs. Teachers are also recommended to undergo the assessment should they have more than one student with special needs in their class."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68069
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ine Rahmawati
"Tesis ini membahas tentang peta kompetensi yang dimiliki oleh tenaga perpustakaan Sekolah Dasar kategori Sekolah Standar Nasional (SSN) dan analisis kebutuhan pelatihan dengan merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Tenaga Perpustakaan Sekolah. Penelitian ini menggunakan analisis data dengan metode Importance Performance Analysis yang melihat kesenjangan antara kemampuan aktual dan kemampuan ideal.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa kesenjangan antara kemampuan aktual dan kemampuan ideal terjadi pada semua kompetensi. Guna mengatasi kesenjangan tersebut diperlukan pelatihan. Kompetensi manajerial, kompetensi pengelolaan informasi, dan kompetensi kependidikan berada pada kuadran tiga. Artinya, tenaga perpustakaan sekolah dasar memiliki kebutuhan pelatihan kritis untuk kategori tiga kompetensi tersebut. Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial berada pada kuadran dua. Hal ini berarti bahwa tenaga perpustakaan sekolah dasar memerlukan pelatihan untuk pengembangan sebagai penguatan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai tenaga perpustakaan sekolah. Kompetensi pengembangan profesi berada pada kuadran satu. Untuk jenis kompetensi ini, tenaga perpustakaan sekolah dasar memiliki kebutuhan pelatihan cukup."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T26797
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Meinaldy
"Penelitian korelasional ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara attributional feedback yang diberikan guru dan creative selfefficacy pada pelajar sekolah menengah pertama. Attributional feedback didefinisikan sebagai umpan balik yang menghubungkan kesuksesan atau kegagalan dengan satu atau lebih penyebab (Schunk, 1987), sedangkan creative self-efficacy didefinisikan sebagai keyakinan yang bersifat sementara pada individu mengenai kemampuannya untuk melakukan tugas spesifik yang membutuhkan produksi solusi-solusi baru, orisinal, dan sesuai (Abbott, 2010). Pengukuran teacher attributional feedback dilakukan dengan alat ukur Teacher Feedback Scale (Burnett, 2002) dan pengukuran creative self-efficacy dilakukan dengan alat ukur Revised Model CTSE & CPSE II (Abbott, 2010). Data didapat dari 154 orang partisipan pelajar sekolah menengah pertama di Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif signifikan antara teacher effort feedback (r = 0,549) maupun teacher ability feedback (r = 0,542) dan creative thinking self-efficacy serta antara teacher effort feedback (r = 0,495) maupun teacher ability feedback (r = 0,489) dan creative performance self-efficacy, seluruhnya pada L.o.S. 0,01. Berdasar pada hasil penelitian, peneliti menyarankan pihak guru dan sekolah untuk berupaya memberikan attributional feedback yang tepat dan sesuai kepada pelajar sekolah menengah pertama dalam rangka mengembangkan creative self-efficacy pelajar untuk menghasilkan lulusan yang kreatif.

This correlational research was conducter to find the correlation between teacher attributional feedback and creative self-efficacy on junior high school students. Attributional feedback is defined as feedback which links students’ successes and failures with one or more causes (Schunk, 1987). Creative self-efficacy is defined as individual’s state-like belief in his or her own ability to perform specific tasks required to produce novel, original, or appropriate solutions (Abbott, 2010). Teacher attributional feedback was measured using Teacher Feedback Scale (Burnett, 2002) and creative self-efficacy was measured using Revised Model CTSE & CPSE II (Abbott, 2010). Data was collected from 154 junior high school students in Jakarta.
The main result shows that there are significant positive correlations between teacher effort attributional feedback and creative thinking self-efficacy (r = 0,549), between teacher ability attributional feedback and creative thinking self-efficacy (r = 0,542), between teacher effort attributional feedback and creative performance self-efficacy (r = 0,495), and also between teacher ability attributional feedbackand creative performance self-efficacy (r = 0,489) at L.o.S 0,01. Based on this result, it is suggested for teachers and schools to provide proper attributional feedbacks for the students in order to improve students’ creative self-efficacy and students’ creativity as well.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58359
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hening Pratiwi
"Guru berperan penting dalam proses perkembangan suatu masyarakat. Penelitian ini berfokus pada faktor yang mempengaruhi profesionalisme seorang guru yaitu iklim sekolah. Iklim sekolah yang kondusif akan membentuk ability dan motivation bagi profesionalisme guru. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran deskriptif mengenai iklim sekolah, dan profesionalisme guru di SMA 78 dan SMA 112 yang dijelaskan berdasarkan perbedaan tingkat pendidikan, usia, golongan/ kepangkatan dan jenis kelamin. Tujuan khusus penelitian ini untuk menguji apakah ada hubungan yang positif dan berarti antara iklim sekolah dan profesionalisme guru.
Penelitian menggunakan metode deskriptif dan korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Jumlah responden sebanyak 111 orang yang merupakan seluruh guru yang ada di SMA 78 dan SMA 112. Tekhnik analisa data dengan menggunakan analisis Product Moment atau Pearson Correlation, Independent sample T-Test dan one way Anova. Pengolahan data dilakukan dengan Microsoft Office Exell 2007 dan program SPSS versi 17.0 Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa profesionalisme guru mempunyai hubungan yang positif dan signifikan.
Hasil ini memberikan arti bahwa semakin tinggi iklim sekolah maka akan semakin tinggi pula tingkat profesionalisme guru, dan sebaliknya semakin rendah iklim sekolah akan semakin rendah profesionalisme guru. Sedangkan hasil pengujian perbedaan rata-rata antara iklim sekolah dan profesionalisme guru di SMA 78 dan SMA112 menunjukan bahwa rata-rata iklim sekolah dan profesionalisme guru SMA 112 lebih tinggi dari iklim sekolah dan profesionalisme guru SMA 78.

Teachers play an important role in the development of a society. This study focuses on factors that affect the professionalism of a teacher of the school climate. School climate that is conducive to forming ability and motivation for the professionalism of teachers. In general, this study aims to obtain a descriptive overview of the school climate, and the professionalism of teachers in SMA 78 and SMA 112 are described based on differences in educational level, age, class / rank and gender. Specific objectives of this study to test whether there is a positive and meaningful relationship between school climate and teacher professionalism.
Research using descriptive and correlational methods with quantitative approach. The number of respondents as many as 111 people who are all teachers in high school 78 and SMA 112. Techniques of data analysis by using analysis or Pearson Product Moment Correlation, Independent sample T-test and one way Anova. Data processing is done by Microsoft Office Exell 2007 and SPSS version 17.0.
The results of hypothesis testing showed that the professionalism of teachers have a positive and significant relationship. This result gives the sense that the higher the school climate will be the higher the level of teacher professionalism, and conversely the lower the school climate will lower the professionalism of teachers. While the test results mean the difference between school climate and the professionalism of teachers in SMA 78 and SMA 112 showed that the average climate of the school and 112 high school teachers 'professionalism is higher than the climate of schools and 78 high school teachers' professionalism.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T22900
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>