Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 219681 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budi Setiawan
"Keberhasilan pengobatan Tuberkulosis Resistan Obat (TBC RO) di DKI Jakarta masih sebesar 58% dari target 80%, beberapa faktor risiko sering dihubungkan dengan tingkat keberhasilan pengobatan. Penetitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan dan riwayat pengobatan terhadap keberhasilan pengobatan TBC RO dengan paduan jangka pendek 9-11 bulan. Metode penelitian yang dilakukan adalah kohort retrospektif untuk membandingkan kelompok terpapar dan tidak terpapar (rasio risiko/RR) terhadap tiingkat keberhasilan pengobatan. Sebanyak 364 pasien dengan keberhasilan pengobatan 62,36%, 59,07% patuh pengobatan dan 51,65% ada riwayat pengobatan. Kepatuhan pengobatan memiliki RR 9,14 (95%CI: 5,50-15,20,  p=<0,001) sedangkan riwayat pengobatan memiliki RR 1,06 (95%CI: 0,9-1,24, p=0,48) terhadap keberhasilan pengobatan. Analisis stratifikasi dan multivariat model kausal dengan metode backward menghasilkan umur, jenis kelamin, status bekerja, status gizi, dan koinfeksi HIV tidak terbukti sebagai variabel perancu maupun interaksi. Diperlukan penambahan jumlah sampel untuk bisa menunjukkan hubungan variabel kovariat dengan lebih jelas. Kepatuhan pengobatan menjadi salah satu kunci dalam peningkatan keberhasilan pengobatan TBC RO di DKI Jakarta.

The success rate of drug-resistant tuberculosis (DR-TB) treatment in DKI Jakarta is currently 58% of the 80% target, and various risk factors are often associated with treatment outcomes. The aim of this study was to determine the relationship between adherence and treatment history to the success of treatment of DR-TB with a short-term regimen of 9-11 months. The research method used was a retrospective cohort to compare exposed and unexposed groups (risk ratio/RR) on treatment success rate. A total of 364 patients with 62.36% treatment success, 59.07% were treatment adherent and 51.65% had a history of treatment. Treatment adherence had an RR of 9.14 (95%CI: 5.50-15.20, p=<0.001) while treatment history had an RR of 1.06 (95%CI: 0.9-1.24, p=0.48) on treatment success. Stratification and multivariate analysis of causal models using the backward method resulted in age, gender, working status, nutritional status, and HIV co-infection not being proven as confounding or interaction variables. An increase in sample size is needed to show the relationship between covariates more clearly. Treatment adherence is one of the keys to improving the success of DR-TB treatment in DKI Jakarta."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiza Hatim
"Latar belakang: Tuberkulosis (TB) hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia dan merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian di dunia. Sesuai dengan rekomendasi WHO tahun 2020, pengobatan TB RO di Indonesia saat ini menggunakan paduan tanpa obat injeksi yang terbagi menjadi dua, yaitu paduan pengobatan jangka pendek (9-11 bulan) dan jangka panjang (18-20 bulan). Penelitian ini dilakukan untuk mengindentifikasi luaran penggunaan regimen pengobatan jangka pendek pada TB RO di RSUP Persahabatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi luaran. Metode : Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif yang dilakukan sejak Agustus 2019 – Januari 2021 dengan consecutive sampling pada pasien TB RO yang berobat ke Poli TB RO RSUP Persahabatan. Pasien yang telah memenuhi kriteria pengobatan jangka pendek akan diberikan pengobatan standar dan akan dievaluasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor yang dinilai pada penelitian ini antara lain usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, faktor komorbid, BTA awal pengobatan, luas lesi foto toraks, merokok, riwayat pengobatan TB, desentralisasi, lama konversi, dan pola resistan. Hasil akhir pengobatan yang dievaluasi pada penelitian ini adalah sembuh, gagal pengobatan, meninggal, putus berobat, dan pindah.
Hasil : Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi penelitian sebanyak 68 orang dengan karakteristik rerata usia 42,03 (13,22) tahun. Pada kelompok jenis kelamin laki- laki (66,7%), gizi obese (71,4%), riwayat merokok indeks berat (81,8%), riwayat gagal kategori 2 sebelumnya (100%), gambaran foto toraks lesi luas (66,7%), tidak desentralisasi (59%), konversi BTA > 3 bulan, BTA awal pengobatan 3+ (66,7%), dan poliresistan (80%) akan mengalami luaran tidak berhasil lebih cepat dibandingkan kelompok lainnya. Hasil akhir pengobatan pada penelitian ini didapatkan angka kesembuhan sebesar 42,6%, gagal pengobatan sebesar 17,6%, meninggal sebesar 8,8%, putus berobat sebesar 27,9% dan transfer out sebesar 2,9%.
Kesimpulan : Pada penelitian ini tidak didapatkan perbedaan bermakna antara faktor- faktor yang mempengaruhi luaran pengobatan TB RO dengan regimen jangka pendek (STR).

Background: Tuberculosis (TB) remains a major health problem and one of the top ten causes of death in the world. According to WHO recommendations in 2020, drug- resistant TB (DR-TB) treatment in Indonesia currently uses an injection-free drug combination which was divided into short-term (nine to eleven months) and long term (eighteen to twenty months) treatments. The aim of this study is to identify the outcome of using a short-term treatment regimen (STR) for DR-TB in patients treated at Persahabatan Hospital, Jakarta, Indonesia and factors that influence their clinical outcomes.
Methods: This study was a prospective cohort study conducted from August 2019 until January 2021 in Persahabatan Hospital, Jakarta, Indonesia. All DR-TB patients were evaluated whether they met criteria for the STR treatment. Outcomes evaluated in this study were cured, treatment failure, death, loss to follow up, and transferred out. Factors assessed in this study included age, sex, body mass index, comorbid factors, bacterial load, chest x-ray lesions, smoking, TB treatment history, decentralization, time-to- conversion, and resistance pattern.
Results: Sixty eight subjects were included in this study. Mean age was 42.03 (+ 13.22) years. Males, obese, heavy smoking index, history of second category treatment failure, extensive lesion in chest x ray, decentralisation, acid fast baccili (AFB) conversion by >3 months, AFB stain at pre-treatment of +3, and poly-drug-resistance were more likely to have an unfavourable outcome. However, the results were not statistically significant (p>0.05). The treatment result of this study showed a cure rate of 42.6%, with treatment failure was 17.6%, death was 8.8%, loss to follow up was 27.9%, and transferred out was 2.9%.
Conclusion: In this study, there were no significant differences between the factors that influenced the outcome of DR-TB receiving STR.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Wulandari
"Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu dari 4 Provinsi di Indonesia yang menjadi tempat implementasi awal dari penerapan penggunaan paduan BPaL (Bedaquiline, Pretomanid, Linezolid) untuk pengobatan TB RO dalam tatanan penelitian operasional. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan keberhasilan pengobatan pasien TB RO pada penggunaan Bedaquiline dalam paduan pengobatan dengan keberhasilan pengobatan pasien TB RO tanpa Bedaquiline dalam paduan pengobatan. Penelitian menggunakan rancangan kohort retrospektif dan analisis datanya dengan analisis survival dari data Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) Provinsi DKI Jakarta tahun 2020 – 2023. Hasil penelitian: Pada pola resistansi Monoresistan, Rifampisin Resistan, Poliresistan dan Multidrugs Resistant keberhasilan paduan pengobatan yang menggunakan Bedaquiline tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan keberhasilan pengobatan menggunakan paduan tanpa Bedaquiline setelah dikontrol oleh variabel jenis paduan pengobatan (HR 1,01; 95% CI 0,79 -1,29; p-value= 0,939). Pada pola resistansi pre-Extensively Drug Resistant dan Extensively Drug Resistant, keberhasilan paduan pengobatan menggunakan Bedaquiline juga tidak berbeda bermakna bila dibandingkan keberhasilan paduan pengobatan tanpa Bedaquiline dengan mempertimbangkan jenis paduan pengobatan (HR 1,14; 95% CI 0,34 – 3,82; p-value= 0,835). Diharapkan tenaga kesehatan tetap memberikan edukasi pentingnya kepatuhan regimen pengobatan dan dukungan sosial serta psikologis kepada pasien untuk menbantu pasien tetap konsisten menjalani pengobatan.

DKI Jakarta Province is one of 4 Provinces in Indonesia for the initial implementation site of the BPaL (Bedaquiline, Pretomanid, Linezolid) combination for treating DR-TB (Drug Resistant Tuberculosis) in an operational research order. The study aimed to compare the success of treatment of TB RO patients with the use of Bedaquiline in the treatment combination with the success of treatment of TB RO patients without Bedaquiline in the treatment combination. The study used a retrospective cohort design and data analysis with survival analysis from the Tuberculosis Information System (SITB) data of DKI Jakarta Province in 2020 – 2023. Results of the study shows that in Monoresistant, Rifampicin Resistant, Polyresistant and Multidrugs Resistant resistance patterns, the success of treatment combination using Bedaquiline did not show a significant difference with the success of treatment combination without using Bedaquiline after being controlled by treatment combination type variable (HR 1.01; 95% CI 0.79 -1.29; p-value = 0.939). In pre-Extensively Drug Resistant and Extensively Drug Resistant resistance patterns, the success of treatment combination using Bedaquiline was also not significantly different when compared to the success of the treatment combination without Bedaquiline after being controlled by treatment combination type variable (HR 1.14; 95% CI 0.34 – 3.82; p-value = 0.835). Health workers are expected to continue providing education on the importance of compliance with treatment regimens and giving social and psychological support to patients in order to maintain patient’s consistency in undergoing treatment."
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Afni Afifah
"ABSTRAK
Nama : Raisa Afni AfifahProgram Studi : Magister Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Determinan Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis Resistan Obat diDKI Jakarta Tahun 2014-2015Pembimbing : Dr. Artha Prabawa, SKM, S.Kom, M.SiIndonesia saat ini menempati peringkat ke-2 sebagai negara dengan beban kasus TBterbesar di dunia, termasuk TB resistan obat. Pengobatan TB resistan obat memilikiperiode yang lebih lama dan efek samping yang lebih berat. Keberhasilan pengobatanTB resistan obat di Indonesia juga masih belum optimal yaitu 51 pada tahun 2016.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan keberhasilan pengobatan TBresistan obat di DKI Jakarta tahun 2014-2015. Desain studi penelitian ini adalah kohortretrospektif dengan sumber data utama yaitu e-TB manager Dinas Kesehatan DKIJakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis fasilitas layanan kesehatan danketeraturan pengobatan merupakan determinan keberhasilan pengobatan TB resistanobat di DKI Jakarta. Upaya peningkatan keberhasilan pengobatan TB resistan obat perludidukung dengan memperluas layanan pengobatan dan memperkuat kordinasi antarafasyankes rujukan dan satelit.Kata kunci:tuberkulosis; tuberkulosis resistan obat; keberhasilan pengobatan.

ABSTRACT
Name Raisa Afni AfifahStudy Program Master of Public HealthTitle Determinants of Successful Treatment of Drug ResistanceTuberculosis in Jakarta in 2014 2015Counsellor Dr. Artha Prabawa, SKM, S.Kom, M.SiIndonesia is currently at 2nd rank as the country with the largest burden of TB cases inthe world, including drug resistant TB. Treatment of drug resistant TB has a longerperiod and more severe side effects. The success rate of drug resistant TB treatment alsostill quite low 51 in 2016. This study aims to determine the determinants ofsuccessful treatment of drug resistant TB in Jakarta in 2014 2015. The study design ofthis study is a retrospective cohort with the main data source is e TB manager of DKIJakarta Health Office. The results showed that the type of health care facility and theregularity of treatment is the determinant of the success of drug resistant TB treatmentin DKI Jakarta. Efforts to improve the success of TB drug resistant treatment should besupported by expanding treatment services and strengthening coordination betweenreferral and satellite facilities.Key words tuberculosis drug resistant tuberculosis successful treatment"
2018
T50654
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Zhafirah Rahmita
"Tuberkulosis Resisten Obat (TB RO) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang sudah resisten terhadap obat lini pertama. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan di dunia karena penularannya sangat cepat dan morbiditasnya cukup tinggi. Banyaknya obat yang digunakan dalam pengobatan TB RO menyebabkan kemungkinan munculnya reaksi obat tidak diinginkan (ROTD). ROTD dapat menjadi salah satu faktor penyebab ketidakpatuhan pasien dan pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil pengobatan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara ROTD dengan kepatuhan dan hasil pengobatan TB RO. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan data dari rekam medis pasien di RS UI periode 1 April 2022–28 Februari 2023. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Dari 65 pasien ditemukan pasien yang mengalami ROTD sebanyak 62 pasien yang didominasi oleh pasien laki-laki, usia produktif, tidak memiliki penyakit penyerta, serta pasien yang menggunakan paduan pengobatan jangka panjang. Hasil Uji Chi Square untuk ROTD dengan kepatuhan menunjukkan nilai p=0.373 (p>0.05) dan untuk ROTD dengan hasil pengobatan didapatkan nilai p=0.120 (p>0.05). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara ROTD dengan kepatuhan dan hasil pengobatan pasien tuberkulosis resisten obat di Rumah Sakit Universitas Indonesia.

Drug Resistant Tuberculosis is a disease caused by Mycobacterium tuberculosis which is resistant to the first-line drugs. This disease is still a health problem worldwide because of its fast transmission and high morbidity rate. The large number of drugs used to treat Drug Resistant Tuberculosis causes the possibility of Adverse Drug Reactions (ADRs). ADRs can be one of the factors causing patient non-compliance and can ultimately affect treatment outcomes. This study aimed to analyze the relationship between ADRs with adherence and treatment results of Drug Resistant Tuberculosis. The research design used was cross sectional with medical record data of Drug Resistant Tuberculosis patients at University Indonesia Hospital from April 1, 2022, until February 28, 2023. Data analysis used the Chi Square test. From 65 patients, 62 patients with ADRs were found, dominated by male patients, adult patients with no comorbidities, and patients who used long-term combination medication. The results of the Chi Square Test ADRs with adherence showed a value of p=0.373 (p>0.05) and for ROTD with treatment results obtained p=0.120 (p>0.05). From this study, it can be concluded that there is no relationship between ADRs with Adherence and Treatment Result of Drug Resistant Tuberculosis Patients at University of Indonesia Hospital."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Airin Aldiani
"Latar belakang dan tujuan : Semua jenis paduan pengobatan TB RO bukan tanpa efek samping sehingga direkomendasikan implementasi farmakovigilans dan pengawasan serta tata laksana keamanan obat secara aktif terhadap efek samping. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui angka kejadian efek samping yang paling sering yakni efek gastrointestinal (GI) dan efek samping yang dapat berakibat fatal yakni efek kardiovaskular yang terjadi pada pasien TB RO yang mendapatkan paduan jangka pendek (STR) di poliklinik Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan.
Metode : Penelitian ini merupakan studi observasional dengan desain kohort prospektif yang dilakukan bulan Agustus 2019-Januari 2021 dengan metode consecutive sampling pada pasien TB RO yang mendapatkan STR di poliklinik paru RSUP Persahabatan. Pasien dalam pengobatan STR akan diikuti selama masa pengobatan 9-11 bulan untuk evaluasi subjektif dan objektifnya sampai terjadinya luaran pengobatan.
Hasil : Subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 68 orang dengan karakteristik dasar yaitu median usia 37 tahun, laki-laki (67,6%), status gizi kurang (52,9%) dan komorbid diabetes (17,6%). Luaran putus berobat cukup tinggi (26,5%) Hampir seluruh subjek mengalami efek gastrointestinal (95,6%) seluruhnya muncul pada fase intensif dan dominan derajat ringan. Efek samping GI akan semakin menurun setelah fase intensif. Hanya sebagian subjek yang mengalami efek kardiovaskular (41,2%) dan trennya semakin lama kejadiannya semakin meningkat. Terdapat satu subjek dengan luaran meninggal dunia pada efek samping kardio derajat berat. Pada efek samping GI tidak ada kecenderungan faktor yang menyebabkan, sementara durasi pengobatan yang mencapai 9 bulan yang mempengaruhi efek samping kardiovaskular (p=0,001).
Kesimpulan : Pada penelitian ini efek samping GI terjadi pada hampir seluruh pasien namun trennya akan menurun setelah fase intensif. Sementara efek samping kardiovaskular dapat berakibat fatal dan trennya akan meningkat seiring berjalannya pengobatan. Durasi pengobatan yang lebih panjang dapat secara bermakna menyebabkan timbulnya efek samping kardiovaskular.

Background : All types of drug-resistant (DR) tuberculosis (TB) treatment are not without effects, thus implementation of pharmacovigilance and active drug safety monitoring and management against adverse events are highly recommended. This study was conducted to determine the incidence gastrointestinal (GI) adverse events and cardiovascular adverse events that occur in DR TB outpatients who received short-term regimen (STR) at the Persahabatan General Hospital.
Methods : This study was an observational study with a prospective cohort design that was conducted between August 2019 and January 2021 with consecutive sampling of DR TB outpatients who received STR at Persahabatan General Hospital. Patients on STR treatment will be followed for a 9 to 11 months treatment period for subjective and objective evaluation of treatment outcomes
Result : There were 68 subjects eligible for this study with general characteristics median age of 37 years, male (67.6%), malnutrition status (52.9%), and having diabetes comorbid (17.6%). The default case was quite high in this study (25.6%). Almost all subjects experienced GI adverse events (95.6%) which appeared in the intensive phase with predominant mild degree of GI symptoms. The GI adverse events was decrease after the intensive phase. Only some of the subjects experienced cardiovascular effects (41.2%) and the trend increasing over time. There was one death as treatment outcome in a sever cardiovascular adverse events. In GI adverse events, there was no trend of causal factors, while the treatment duration of up to 9 months correlated with cardiovascular side effects (p = 0.001).
Results : In this study, it was found that GI adverse events were common but its occurrence decreased over time after intensive phase. The cardiovascular adverse events could be fatal and tis occurrence showed to be increase as treatment progresses.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhan Dwi Yulianto
"Proporsi keberhasilan pengobatan pada pasien TBC yang diobati di Jakarta Barat trend-nya mengalami penurunan sebesar 83,40% (tahun 2020), 79,36% (2021), dan 77,18% (tahun 2022) (ketidakberhasilannya 22,82%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan pengobatan, co-infeksi HIV, dan riwayat pengobatan sebelumnya dengan dengan kesintasan pasien TBC SO terhadap ketidakberhasilan pengobatan di Kota Jakarta Barat tahun 2022. Desain studi penelitian ini yaitu kohort retrospektif dengan data bersumber dari laporan TB03.SO Sistem Informasi Tuberkulosis (TBC SO) Kota Jakarta Barat periode Januari-Desember 2022. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif, survival dengan menggunakan Kaplan Meier, dan multivariat dengan menggunakan cox regression. Dari 2116 pasien yang eligible pada penelitian ini terdapat 1846 pasien yang menjadi sampel penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa insiden rate kumulatif sebesar 4,9/1000 orang-minggu dengan probabilitas survival kumulatif 70,5%. pada kelompok negatif DM, pada saat pasien TBC SO tidak patuh minum obat HR: 47,78 kali (95% CI: 32,59-70,03; p-value: <0,001) setelah dikontrol variabel jenis kelamin. Hasil analisis multivariat menunjukkan pada kelompok tidak ada riwayat pengobatan, pada saat pasien TBC SO tidak patuh minum obat memiliki HR: 65,65 kali (95% CI: 43,09-100,03; p-value: <0,001) setelah dikontrol variabel jenis kelamin. Pada kelompok ada riwayat pengobatan, pada saat pasien TBC SO tidak patuh minum obat memiliki HR: 26,28 kali (95% CI: 12,54-55,03; p-value: <0,001) setelah dikontrol variabel jenis kelamin. pada kelompok patuh pengobatan, pada saat pasien TBC SO memiliki riwayat pengobatan sebelumnya memiliki HR: 2,3 kali (95% CI: 1,06-5,01; p-value: 0,035). Diharapkan menguatkan koordinasi dengan poli lainnya (Poli HIV/PDP atau Poli Penyakit Dalam) untuk memantau keteraturan minum OAT dan juga obat untuk penyakit penyerta lainnya untuk kasus TBC dengan komorbid misalnya ARV pada pasien HIV dan terapi DM bagi pasien DM. Perlu dilakukan pemantauan efek samping, konsultasi, tatalaksana efek samping sesuai standar, dan juga follow up pengobatan pasien sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pengobatan dan mengurangi angka ketidakberhasilan pengobatan.

The proportion of successful treatment for TB patients treated in West Jakarta has decreased by 83.40% (2020), 79.36% (2021), and 77.18% (2022) (22.82% failure) . This study aims to determine the relationship between treatment adherence, HIV co-infection, and previous treatment history with TB SO patient survival and treatment failure in West Jakarta City in 2022. The study design of this research is a retrospective cohort with data sourced from the TB03.SO System report. Information on Tuberculosis (TBC SO) for West Jakarta City for the period January-December 2022. The analysis used in this research is descriptive analysis, survival using Kaplan Meier, and multivariate using cox regression. Of the 2116 eligible patients in this study, 1846 patients were included in the research sample. The results showed that the cumulative incidence rate was 4.9/1000 person-weeks with a cumulative survival probability of 70.5%. in the DM negative group, when TB SO patients were non-compliant with taking medication HR: 47.78 times (95% CI: 32.59-70.03; p-value: <0.001) after controlling for the gender variable. The results of the multivariate analysis showed that in the group with no history of treatment, when TB patients did not adhere to taking medication, the HR was: 65.65 times (95% CI: 43.09- 100.03; p-value: <0.001) after controlling for variables gender. In the group with a history of treatment, when TB patients did not comply with taking medication, the HR was 26.28 times (95% CI: 12.54-55.03; p-value: <0.001) after controlling for the gender variable. in the treatment adherent group, when TB SO patients had a history of previous treatment, the HR was: 2.3 times (95% CI: 1.06-5.01; p-value: 0.035). It is hoped that coordination with other polyclinics (HIV/PDP Polyclinic or Internal Medicine Polyclinic) will be strengthened to monitor the regularity of taking OAT and also medication for other comorbidities for TB cases with comorbidities, for example ARVs for HIV patients and DM therapy for DM patients. It is necessary to monitor side effects, consult, manage side effects according to standards, and also follow up on patient treatment so as to increase treatment compliance and reduce the rate of treatment failure."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Agustina
"Kasus TB RO menyebabkan beban pengendalian penyakit TB menjadi bertambah. Adanya penurunan angka keberhasilan pengobatan dari tahun 2010 (67,9%) menjadi 51,1% tahun 2013 dan peningkatan kasus pasien putus berobat mendorong Indonesia menerapkan pengobatan jangka pendek untuk meningkatkan angka keberhasilan pengobatan TB RO dan menurunkan kasus pasien putus berobat. Penelitian ini melihat hasil pengobatan TB RO dan faktor yang berhubungan dengan hasil pengobatan regimen pendek di Indonesia tahun 2017 menggunakan desain penelitian kohort retrospektif. Menggunakan data pasien TB RO yang tercatat dalam e-TB manager berusia ≥15 tahun yang telah menyelesaikan pengobatan regimen pendek maksimal pada bulan November 2018. Didapatkan 223 kasus dengan 46,6% sembuh, 26,5 % putus berobat, 4,9% pengobatan lengkap, 14,2 meninggal, 6,3% gagal dan 1,3% lainnya. Usia, jenis kelamin, riwayat pengobatan sebelumnya, jenis resistensi, status HIV, status diabetes mellitus dan status kavitas paru secara statistik tidak berhubungan dengan hasil pengobatan regimen pendek. Faktor yang berhubungan dengan hasil pengobatan regimen pendek ialah resisten terhadap amikasin (RR 7.4; 95% CI 4.68-17.29), ofloksasin (RR 28; 95% CI 2.8-279.5), dan kanamisin (RR 9; 95% CI 4.68-17.29), dan interval inisiasi pengobatan > 7 hari (RR 0.307; CI 0.09-0.98).

The case of drug-resistant tuberculosis causes the burden of controlling TB disease to increase. The decline in treatment success rates from 2010 (67.9%) to 51.1% in 2013 and an increase in cases of patients dropped out encouraged Indonesia to apply short-term treatment to increase the success rate of DR-TB treatment and reduce cases of patients dropped out. This study aims to look the results of DR-TB treatment and factors related to treatment outcomes for short regimens in Indonesia in 2017 using a retrospective cohort study design. Using data on DR-TB patients recorded in the e-TB manager aged ≥15 years who have completed treatment for the maximum short regimen in November 2018. There were 223 cases with 46.6% cured, 26.5% dropped out, 4.9% completed, 14.2 died, 6.3% failed and 1.3% others. Age, gender, previous treatment history, type of resistance, HIV status, DM status and lung cavity status were not statistically related to the results of treatment of short regimens. Factors related to the results of treatment of short regimens were resistant to amikacin (RR 7.4; 95% CI 4.68-17.29), ofloxacin (RR 28; 95% CI 2.8-279.5), kanamycin (RR 9; 95% CI 4.68-17.29), and treatment initiation interval >7 days (RR 0.307; CI 0.09-0.98).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hera Afidjati
"Latar belakang: Kompleksitas pengobatan TB RO berupa durasi pengobatan yang panjang, penggunaan beberapa obat lini kedua, toksisitas obat, dan interaksi obat akibat multidrug use dapat menyebabkan efek samping pengobatan pada pasien. Hal ini dapat mengurangi efektivitas pengobatan dan memengaruhi luaran pengobatan TB RO. Tujuan: Untuk melihat efek samping obat/kejadian tidak diinginkan terhadap luaran pengobatan TB RO.
Metode: Penelitian observasional dengan desain kohort retrospektif ini dilakukan di RSUP Persahabatan, Jakarta. Sumber data adalah data sekunder dari sistem informasi tuberkulosis (SITB) yang melibatkan pasien TB RO yang menjalani pengobatan di tahun 2021 – 2023. Metode sampling berupa total sampling. Analisis data bivariat antara KTD dengan luaran pengobatan TB RO berupa Cox regresi dan uji Log-Rank, yang kemudian dilanjutkan dengan analisis multivariat menggunakan Extended Cox Regresi.
Hasil: Dari 583 subjek yang diikutsertakan dalam penelitian ini, insidens luaran pengobatan tidak berhasil sebanyak 40,65%. Sebanyak 12,69% pasien mengalami efek samping berat. Sebagian besar efek samping terjadi pada fase intensif pengobatan TB RO (43,57%). Jenis efek samping yang paling sering dialami pada pasien adalah gangguan gastrointestinal (79,25%), gangguan muskuloskeletal (58,32%), dan gangguan saraf (49,40%). Efek samping berupa KTD berat/serius tidak memiliki asosiasi yang signifikan terhadap terjadinya pengobatan tidak berhasil berdasarkan hasil analisis Cox regresi bivariat (HR=0,823; 95% CI: 0,558-1,216; p=0,329) dan analisis multivariat Extended Cox regresi (setelah dikontrol oleh variabel kovariat). Probabilitas survival antara kelompok dengan KTD berat dan kelompok non-KTD berat tidak berbeda bermakna. Kesimpulan: pemantauan efek samping selama pengobatan TB RO berlangsung merupakan hal yang penting untuk menunjang keberhasilan pengobatan.

Background: The complexity of treating drug-resistant tuberculosis (DR TB) involves prolonged treatment duration, the use of several second-line drugs, drug toxicity, and drug interactions due to multidrug use, which can lead to adverse drug reactions in patients. These issues can reduce treatment effectiveness and affect treatment outcomes for DR TB.
Objective: To investigate the impact of adverse drug reactions/adverse events on DR TB treatment outcomes.
Methods: This observational study utilized a retrospective cohort design conducted at RSUP Persahabatan, Jakarta. The data source was secondary data from the tuberculosis information system (SITB) involving DR TB patients who underwent treatment between 2021 and 2023. The sampling method was total sampling. Bivariate data analysis between adverse events and TB RO treatment outcomes involved Cox regression and Log Rank tests, followed by multivariate analysis using Extended Cox Regression.
Results: Among the 583 subjects included in this study, the incidence of unsuccessful treatment outcomes was 40.65%. Severe adverse drug reactions were experienced by 12.69% of patients. Most adverse reactions occurred during the intensive phase of TB RO treatment (43.57%). The most common types of adverse reactions experienced by patients were gastrointestinal disorders (79.25%), musculoskeletal disorders (58.32%), and neurological disorders (49.40%). Severe/serious adverse reactions did not have a significant association with unsuccessful treatment outcomes based on the results of the bivariate Cox regression analysis (HR=0.823; 95% CI: 0.558-1.216; p=0.329) and the multivariate Extended Cox regression analysis (after adjusting for covariate variables). The survival probability between the group with severe adverse reactions and the non- severe adverse reactions group did not differ significantly.
Conclusion: Monitoring adverse drug reactions during DR TB treatment is crucial to support the success of the treatment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Annisa
"

ABSTRAK

Nama : Nur Annisa
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Judul : Pengaruh Fasilitas Pelayanan Kesehatan Terhadap Keberhasilan
Pengobatan Pasien Tuberkulosis Resisten Obat di Indonesia Tahun
2014 - 2016
Pembimbing : Dr. Sutanto Priyo Hastono., M. Kes
Resistensi obat merupakan masalah baru dalam program eliminasi TB yang disebut TB
resisten obat. Pengobatan TB resisten obat di Indonesia dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan rujukan dan fasilitas pelayanan kesehatan satelit. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh fasilitas pelayanan kesehatan terhadap keberhasilan pengobatan
pasien TB resisten obat di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2019 di
Subdit-TB, Direktorat P2PML, Kementerian Kesehatan RI. Desain studi penelitian ini
adalah kohort restrospektif. Jumlah sampel sebanyak 4288 orang, diseleksi menggunakan
teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang menyelesaikan
pengobatan di fasilitas pelayanan kesehatan satelit sebanyak 97,20% dan di fasilitas
pelayanan kesehatan rujukan sebanyak 2,8%. Proporsi keberhasilan pengobatan sebesar
53,2% dengan kumulatif hazard keberhasilan pengobatan sebesar 5,43 di akhir
pengamatan selama 36 bulan pengamatan. Hazard rate keberhasilan pengobatan
36,42/1000 orang-bulan. Hasil analisis multivariat menggunakan regresi cox timeindependet
menunjukkan bahwa pasien yang menyelesaikan pengobatan di fasilitas
pelayanan kesehatan satelit meningkatkan kecepatan terjadinya keberhasilan pengobatan
sebesar 54% (HR 2,17; 95% CI 1,66 – 2,82) dengan kondisi riwayat pengobatan sama.
Penambahan fasilitas pelayanan kesehatan satelit dan tenaga ahli dibutuhkan untuk
membantu proses pengobatan berjalan lebih baik. Peran serta masyarakat dan kesadaran
pasien perlu ditingkatkan dengan melakukan promosi kesehatan tentang TB resisten obat
secara rutin.
Kata Kunci: Fasilitas Pelayanan Kesehatan; Keberhasilan Pengobatan; TB Resisten
Obat


ABSTRACT

Name : Nur Annisa
Study Program : Public Health
Title : The Effect of Health Care Unit on The Success in Treatment of
Drug Resistant-Tuberculosis Patient in Indonesia, 2014 - 2016
Counsellor : Dr. Sutanto Priyo Hastono., M. Kes
Drug resistant is a new problem in TB elimination program, it’s called Drug-Resistat TB.
Treatment of drug-resistant TB in Indonesia is carried out in rujukan health care and
satelite health care. The aims of this study is increasing the successful treatment of Drug-
Resistant TB patients in Indonesia by health care unit. This research was conducted in
May 2019 at the TB Sub-Directorate, Directorate of P2PML, Ministry of Health of the
Republic of Indonesia. The design of this study is a retrospective cohort. Total sample
were 4288 patient, selected by using total sampling technique. The results showed that
patients who completed treatment in satelit health care were 97.20% and 2.8% in the
rujukan health care. The proportion of treatment success was 53.2% with a cumulative
hazard of treatment success 5.43 at the end of the observation for 36 months observation.
Treatment success rate was 36.42/1000 person-month. The results of multivariate
analysis using cox time-independent regression showed that patients who completed
treatment at satelit health care increased the speed of treatment success 54% (HR 2.17;
95% CI 1.66 - 2.82) with the same treatment history. The addition of satellite health
service facilities and experts is needed to help the treatment process run better.
Community participation and patient awareness need to be improved by conducting
routine health promotion about Drug-Resistant TB.
Key words: Drug-Resistant Tuberculosis; Health Care Unit; Treatment Success.

"
2019
T52798
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>