Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104676 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jae, Kang Min
"Setiap hari, teknologi sains semakin maju dan menjadi lebih rumit dari sebelumnya. Hal ini akan menuntut lebih banyak elektronik dan menghasilkan lebih banyak panas sebagai hasil dari teknologi yang disempurnakan. Manajemen termal yang tidak efektif dapat menyebabkan penurunan kinerja, kegagalan komponen penting, dan interaksi pengguna-perangkat yang tidak nyaman (P. Gelsinger dkk, 2003). Thermal Energy Storage (TES), sebuah teknik alternatif, adalah metode pendinginan pasif. Ada banyak bentuk penyimpanan energi termal, dan Phase Change Material (PCM) adalah salah satunya. Solid-Solid Phase Change Material (SS-PCM) diciptakan sebagai pengganti Solid- Liquid Phase Change Material (SL-PCM) untuk mengatasi kelemahan ini. Dibandingkan dengan SL-PCM, SS-PCM (Solid-Liquid Phase Change Material) selalu memiliki fase padat, oleh karena itu tidak ada masalah kebocoran. Ini juga memiliki lebih sedikit pemisahan fase. Dalam penelitian ini, SS-PCM berbasis ikatan uretan akan digunakan sebagai analog untuk perangkat listrik dalam eksperimen dengan ditempatkan pada permukaan elemen pemanas. Selain itu, percobaan ini akan menilai kemampuan SS-PCM dan kinerja dalam masalah termal, serta melihat seberapa baik kerjanya untuk masalah termal pada peralatan listrik. Hasilnya, dalam mode dengan lebih sedikit dinyalakan dan dimatikan, SS-PCM dengan minyak jarak memiliki kinerja pendinginan yang lebih baik, dan SS-PCM tanpa minyak jarak memiliki hasil yang lebih baik dalam proses pemanasan pada 25W. Jika membandingkan masing-masing SS-PCM, SS-PCM tanpa minyak jarak dapat menahan peningkatan suhu permukaan pemanas 799 detik (hampir 13 menit) lebih lama daripada SS-PCM dengan minyak jarak. Performa SS-PCM dengan minyak jarak lebih unggul dibandingkan dengan SS-PCM tanpa minyak jarak dan juga heatsink dengan kenaikan suhu sebesar 0.02°C ~ 0.35°C setelah menyalakan kembali pelat pemanas pada mode satu 15W. Dari hasil uji DSC, ikatan kimia SS-PCM dengan minyak jarak lebih baik daripada SS-PCM tanpa ikatan kimia minyak jarak.

Every day, science's technology advances and becomes more intricate than ever before. It will demand more electronics and generate more heat as a result of enhanced technologies. Ineffective thermal management can lead to performance degradation, the failure of critical components, and uncomfortable user-device interactions (P. Gelsinger et al, 2003). Thermal Energy Storage (TES), an alternate technique, is a passive cooling method. There are numerous forms of thermal energy storage, and Phase Change Material (PCM) is one of them. The Solid-Solid Phase Change Material (SS-PCM) was created as a replacement for Solid- Liquid Phase Change Material (SL-PCM) to address these drawbacks. Compared to SL-PCM, the SS-PCM (Solid-Liquid Phase Change Material) always has a solid phase, hence there is no leakage issue. It also has less phase segregation. In this study, urethane bond-based SS- PCM will be used as an analog for electrical devices in the experiments by being placed on the surface of the heating element. Additionally, this experiment will assess the capability of SS-PCM and performance in thermal issues, as well as look at how well it works for thermal issues with electrical equipment. As a result, in mode with less turned on and off, SS-PCM with castor oil has better cooling performance, and SS-PCM without castor oil has better results in the heating process at 25W. When comparing each SS-PCM, the SS-PCM without castor oil can resist an increase in heater surface temperature of 799 seconds (nearly 13 minutes) more than the SS-PCM with castor oil. The performance of SS-PCM with castor oil is superior to that of SS-PCM without castor oil and also heatsink with 0.02°C ~ 0.35°C after turning on the heater plate once more in mode one 15W. From the result DSC test, the chemical bonds of SS-PCM with castor oil are better than SS-PCM without castor oil chemical bonds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhri Hawari Muhammad
"Perangkat elektronik menghasilkan sejumlah kalor dari proses kerjanya, sehingga dibutuhkan upaya mengatasi permasalahan kalor tersebut. Salah satu caranya adalah dengan pendinginan pasif menggunakan thermal energy storage berupa phase change material (PCM). Salah satu jenis PCM adalah solid-solid PCM (SS-PCM) yang memiliki kelebihan tidak memerlukan enkapsulasi dan ekspansi volume yang lebih rendah jika dibandingkan dengan PCM jenis solid-liquid yang umum digunakan. Penelitian ini menyajikan kemampuan SS-PCM dalam mendinginkan perangkat elektronik yang akan dibandingkan dengan heatsink. Eksperimen dilakukan dengan menggunakan SS-PCM berbasis ikatan urethane yang diletakkan pada permukaan elemen pemanas sebagai representasi perangkat elektronik. Kemudian temperatur permukaan elemen pemanas diukur selama eksperimen berlangsung dan hasilnya dibandingkan satu sama lain. Hasilnya, SS-PCM hanya mampu lebih baik dari heatsink pada kondisi perangkat elektronik (sumber kalor) dalam keadaan mati. Ketika perangkat elektronik bekerja (terdapat fluks kalor), heatsink masih mampu menahan laju kenaikan temperatur perangkat elektronik lebih baik dibandingkan SS-PCM. Nilai perbedaan kemampuan SS-PCM dengan heatsink dalam mendinginkan perangkat elektronik disajikan pada skripsi ini.

Electronic devices generate the amount of heat from their working process, so efforts are needed to overcome these heat problems. One way is by passive cooling using thermal energy storage with phase change material (PCM). One type of PCM is solid-solid PCM (SS-PCM) which is not requiring encapsulation and lower volume expansion compared to the commonly used solid-liquid PCM. This study presents the capabilities of SS-PCM in cooling of electronic devices that will be compared with heatsink. Experiments were carried out using SS-PCM based on urethane bonds placed on the surface of the heating element as a representation of the electronic device. Then the heater's surface temperature was recorded during the experiment and the result compared to each other. As a result, the SS-PCM only better than the heatsink when the electronic device (heat source) is turned off. When the electronic device is working (there is heat flux), the heatsink is better to withstand the temperature rise of the electronic device than SS-PCM. The value of differences in the ability of SS-PCM with heatsink in cooling electronic devices is presented in this thesis.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini mengkaji kinerja termal bangunan tradisional Sao Ria di desa Ngalupolo dan Nggela, Nusa Tenggara Timur. Analisis dilakukan dengan membandingkan perbedaan suhu yang terjadi sebagai indicator kenyamanan ruang dalam. Hasilnya dikomparasi dengan pengukuran respon thermal penghuni terhadap kondisi ruang yang terjadi. Ditemukan bahwa meskipun kondisi kelembapan >80% dengan kecepatan angina 0,1-1 m, namun kinerja kedua Sao Ria menunjukkan bahwa suhu ruang dalam mampu lebih hangat pada musim hujan dan juga sebaliknya. Hal ini menunjukkan termal statis sebanding dengan respon termal. Temuan ini dapat menjadi dasar pembelajaran dalam hal pengembangan desain bangunan masa kini dengan mengadopsi sistem kinerja bangunan Sao Ria tersebut."
JURPEM 8:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Danurwendho Fikri Hekmatsyar
"Ikan merupakan salah satu produk unggulan di Indonesia yang mana hampir seluruh rakyatnya akan mengonsumsi produk tersebut, disamping itu ikan juga merupakan produk yang rentan terhadap kebusukan. Cold storage berbasis ice slurry dapat dijadikan media penyimpanan ikan agar dapat menjaga kesegaran dan meningkatkan lifetime produk dari penangkapan sampai kepada konsumen. Tujuan penelitian ini dapat merancang cold storage ikan dan thermal energy storage untuk ice slurry dan juga mengetahui pengaruh putaran scrapper terhadap production rate ice slurry. Parameter penelitian ini adalah production rate ice slurry dan daya ice slurry generator dengan putaran pompa konstan 1800 RPM terhadap variasi scrapper 2400 RPM hingga 2640 RPM dan salinitas yang digunakan sebesar 10 ppt. Perancangan cold storage dengan menempatkan di daerah Sulawesi Selatan sebagai model yang digunakan untuk menyimpan ikan Tuna Cakalang berkapasitas 40 ton dan perancangan thermal energy storage untuk ice slurry yang terintegrasi dengan ice slurry generator sebagai media pendukung pendingininan ikan pada cold storage. Production rate ice slurry terbaik pada penelitian ini adalah 0.18984 ton/12hr pada putaran pompa konstan 1800 RPM dan putaran scrapper 2640 RPM dengan salinitas 10 ppt. Cooling load perancangan cold storage dengan kapasitas ikan Tuna Cakalang 40 ton didapatkan sebesar 21 TR dan perancangan thermal energy storage didapatkan dimensi 25.5 x 25.5 x 5 meter dengan kapasitas penyimpanan 3001.73 ton ice slurry dan ketahanan es terjaga selama 3.6 jam juga perbandingan linear model ice slurry generator lab dengan kebutuhan perancangan dibutuhkan sebanyak 19 unit. Kebutuhan ice slurry terhadap 1 ekor ikan Tuna berbobot 80 kg sebanyak 7.38 kg ice slurry.

Fish is one of the excellent products in Indonesia where almost all people will consume these products, besides fish is also a product that is vulnerable to decay. Cold storage based ice slurry can be used as a fish storage media in order to maintain freshness and increase product lifetime from catching to the consumer. The purpose of this research is to design cold storage fish and thermal energy storage for ice slurry and also to know the effect of scrapper rotation to production rate ice slurry. The parameters of this research are production rate ice slurry and power of ice slurry generator with 1800 RPM constant pump rotation to 2400 RPM scrapper variation up to 2640 RPM and salinity used 10 ppt. The design of cold storage by locating in South Sulawesi area as a model used to store Tuna skipjack with 40 ton capacity and design of thermal energy storage for ice slurry which integrated with ice slurry generator as supporting media of fish cooling in cold storage. The best Production rate of ice slurry in this study was 0.18984 ton 12hr at constant pump speed 1800 RPM and scrapper rotation 2640 RPM with 10 ppt salinity. Cooling load design of cold storage with skipjack Tuna 40 tons capacity was obtained by 21 TR and design of thermal energy storage got dimension 25.5x25.5x5 meter with storage capacity 3001.73 ton ice slurry and ice can stand for 3.6 hours also comparison linear model ice slurry generator lab with requirement of design it takes 19 unit. Ice slurry needs for 1 Tuna with weight 80 kg as much as 7.38 kg ice slurry."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sunjarianto P.
"ABSTRACT
Air conditioning system merupakan bagian sistem gedung yang memakai
Iistrik terbesar, mencapai 40% hingga 60% dari total konsumsi energi listrik untuk
gedung. Dengan keluarnya kebijakan pemerintah untuk mencabut subsidi atas biaya
penggunaan listrik secara berangsur-angsur hingga nol persen mengakibatkan
semakin meningkatnya biaya listrik. Dalam situasi persaingan yang menuntut
ditingkatkannya efisiensi di segala sektor, thermal storage merupakan salah ,satu
alternatif untuk menekan biaya pendinginan gedung.
Pada sistem pendinginan konvensional, semua peralatan AC dan pemipaan
dirancang untuk memenuhi beban puncak pendinginan. Sistem konvensional bekerja
pada beban puncak selama sistem bekerja. Beban puncak tersebut sesuai dengan
beban pendinginan maksimum pada rancangan untuk keamanan terpenuhinya beban
pendinginan yang sedang dibutuhkan. Konsep thermal storage yang dipakai pada
sistem pendinginan adalah sebagai salah satu alternatif dalam penggunaan peralatan
AC yang dirancang untuk memenuhi beban puncak, dengan memakai sistem yang
lebih kecil. Sistem ini akan beroperasi sepanjang hari menyimpan kelebihan
kapasitas pendinginan selama periode bukan beban puncak (off-peak periods) dan
menggunakan kapasitas pendinginan yang disimpan tersebut selama periode beban
puncak (on-peak periods).

"
1999
S36886
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Nyoman Titin Trisnadewi
"Penelitian ini memiliki tujuan untuk menghasilkan Phase Change Material (PCM) organik berbasis natural wax dan aplikasinya pada manajemen termal bangunan. Selain itu untuk mengetahui pengaruh nanopartikel, yaitu grafena dan MAXene dalam komposit PCM yang dihasilkan melalui metode impregnasi basah. Natural wax yang digunakan adalah soy wax, paraffin wax dan palm wax. Nanopartikel grafena dan MAXene (Ti3AlC2) ditambahkan sebesar 0,1 – 1 wt.% ke dalam PCM untuk meningkatkan konduktivitas termal dan stabilitas termal komposit nano-PCM. Uji siklus termal (500 – 5000 siklus) dan aplikasi manajemen termal hanya dilakukan pada PCM soy wax murni yang memiliki performa terbaik berbanding natural wax yang lain. Alat uji siklus termal berbasis termoelektrik, penambahan 4 modul, desain sederhana, sistem kerja otomatis dan simultan juga dirancang untuk meningkatkan efisiensi waktu pengujian. Nano-PCM dikarakterisasi menggunakan Scanning Electron Microscope- Energy Dispersive X – Ray Spectroscopy (SEM-EDS), Differential Scanning Calorimetry (DSC), Fourier-transform infrared spectroscopy (FTIR) dan konduktivitas termal. Hasil konduktivitas termal komposit nano-PCM soy wax-grafena dan soy wax-MAXene masing-masing adalah 0,88 W/mK dan 0,85 W/mK pada 1 wt%. Konduktivitas termal pure soy wax (0,18 W/mK) meningkat sebesar 6,01% untuk soy wax+grafena dan 5,71% untuk soy wax+MAXene. Hasil DSC menunjukkan soy wax dengan penambahan masing-masing grafena dan MXene 0,1 wt% memiliki kenaikan titik leleh sebesar 15% dan 16% serta penurunan titik beku sebesar 14% dan 13%. Hasil uji siklus termal menggunakan pure soy wax dengan alat thermal cycle yang didesign menghasilkan 13 siklus dalam waktu sangat efisien hanya 1 jam pengujian dan setelah 5000 siklus mengalami penurunan ΔH sebesar 60%. Uji performa PCM pada prototipe model dinding bangunan ukuran 101 x 50 x 80 cm untuk skala 1:5 mengunakan polywood dilakukan dengan mengenkapsulasi pure soy wax dalam kantong aluminium foil sebesar 250 g dan ketebalan 1 cm dan pengujian dilakukan selama 24 jam. Aplikasi manajemen termal menunjukkan pure soy wax pack menghasilkan penyerapan panas sebesar 10% dari 41oC menjadi 37oC dibandingkan dengan prototipe bangunan tanpa lapisan soy wax pack. Material maju PCM berbasis pure soy wax memiliki potensi sebagai material manajemen termal pada aplikasi bangunan dan mengoptimalkan penggunaan energi untuk sistem pendinginan pada bangunan.

This study aims to produce an organic Phase Change Material (PCM) based on natural wax and its application to the thermal management of buildings. In addition, graphene and MAXene in PCM composites were produced through the wet impregnation method to determine the effect of nanoparticles. Natural wax used is soy wax, paraffin wax, and palm wax. Graphene and MAXene (Ti3AlC2) nanoparticles were added at 0.1-1 wt.% to the PCM to increase the thermal conductivity and thermal stability of the nano-PCM composite. Thermal cycle tests (500-5000 cycles) and thermal management applications are only carried out on pure PCM soy wax which has the best performance compared to other natural waxes. Thermoelectric-based thermal cycle test equipment, the addition of 4 modules, a simple design, and an automatic and simultaneous working system are also designed to increase the efficiency of testing time. Nano-PCM was characterized using Scanning Electron Microscope- Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (SEM-EDS), Differential Scanning Calorimetry (DSC), Fourier-transform infrared spectroscopy (FTIR), and thermal conductivity. The thermal conductivity of soy wax-graphene and soy wax-MAXene nano-PCM composites were 0.88 W/mK and 0.85 W/mK at 1 wt%, respectively. The thermal conductivity of pure soy wax (0.18 W/mK) increased by 6.01% for soy wax+graphene and 5.71% for soy wax+MAXene. DSC results showed that soy wax with the addition of graphene and MXene 0.1 wt%, respectively, had a melting point increase of 15% and 16% and a freezing point depression of 14% and 13%, respectively. The results of the thermal cycle test using pure soy wax with a thermal cycle tool designed to produce 13 cycles in a very efficient time of only 1 hour of testing and after 5000 cycles the H decreased by 60%. PCM performance test on a prototype building wall model measuring 101 x 50 x 80 cm for a scale of 1:5 using polywood was carried out by encapsulating pure soy wax in an aluminum foil bag of 250 g and a thickness of 1 cm and the test was carried out for 24 hours. Thermal management application shows that pure soy wax pack produces 10% heat absorption from 41oC to 37oC compared to building prototype without soy wax pack coating. Advanced PCM materials based on pure soy wax have potential as thermal management materials in building applications and optimize energy use for cooling systems in buildings."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Muhammad Iqbal Iftikar
"Sektor pendingin udara merupakan konsumsi energi terbesar di Indonesia. Kebutuhan kenyamanan ruangan harus diimbangi dengan kemampuan untuk konservasi energi. Phase Change Material (PCM) merupakan potensi yang menjanjikan untuk mengurangi konsumsi energi dengan mengurangi jumlah laju perpindahan panas yang masuk ke dalam bangunan melalui dinding. Bata beton ringan dipilih sebagai material konstruksi berdasarkan tingkat penggunaannya yang meningkat. Penelitian ini akan menggunakan studi eksperimental untuk menginvestigasi performa termal PCM hasil manufaktur Rubitherm Technologies GmbH model RT 26 yang diintegrasikan dengan bahan konstruksi bata ringan (hebel) sebagai bahan dinding. Percobaan divariasikan berdasarkan penempatan dan ketebalan PCM. Dinding yang dipadukan dengan PCM terbukti memiliki performa termal yang lebih baik daripada dinding tanpa PCM. Performa termal meningkat sebanding dengan ketebalan PCM yang digunakan. Pada suhu rendah-menengah, PCM yang diletakkan di bagian luar dinding memiliki performa termal yang lebih optimal. Sedangkan pada temperatur tinggi, PCM yang diletakkan di bagian dalam dinding memiliki performa termal yang lebih optimal. Konduktivitas termal hebel dan PCM yang didapat masing-masing adalah 24,71 W / m.K dan 0,39 W / m.K.

The air conditioning sector is largest energy consumption in Indonesia. The need for room comfort must be balanced with the ability to conserve energy. Phase change material (PCM) is a promising potential to reduce energy consumption by reducing the amount of heat transfer rate that enters the building through the walls. Lightweight concrete brick was chosen as a construction material based on its increasing use. This research will use experimental studies to investigate the thermal performance of PCM manufactured by Rubitherm Technologies GmbH RT 26 model which is integrated with lightweight concrete brick (hebel) construction materials as wall material. Experiments were varied by the placement and the thickness of PCM. Walls combined with PCM are shown to have better thermal performance than those without PCM. The thermal performance increases proportional to the thickness of the PCM used. At low-to-medium temperatures, PCM that is placed on the outside of the wall has a more optimal thermal performance. Whereas at high temperatures, PCM that is placed on the inside of the wall has a more optimal thermal performance. The thermal conductivity of hebel and PCM was found to be 24,71 W / m.K and 0,39 W / m.K, respectively"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Pradipta Arsyad
"ABSTRAK

Penyimpanan energi panas sistem adsorpsi memiliki reaksi bolak-balik dimana terjadi reaksi eksotermik ketika proses adsorpsi dan reaksi endotermik ketika proses desorpsi. Sistem ini memungkinkan penyimpanan panas untuk sumber energi yang tidak kontinu seperti sumber energi matahari dan sisa panas buang industri. Ketika proses adsorpsi berlangsung, panas dilepaskan dari adsorben dan dihitung sebagai jumlah panas adsorpsi yang dapat disimpan. Zeolite alam merupakan adsorben dengan potensi yang cukup besar mengingat panas adsorpsi yang cukup tinggi, karakteristiknya yang berporos, luas permukaan yang besar, dan kemampuannya untuk meng-adsorp molekul yang sangat kecil seperti air. Selain itu, zeolite alam merupakan bahan alami yang potensi sumber dayanya cukup besar di Indonesia. Dalam penelitian ini, dilakukan analisis terhadap kemampuan penyimpanan panas sistem adsorpsi menggunakan pasangan zeolite alam-air sebagai adsorben-adsorbat untuk temperature pemanasan 160°C dengan variasi temperature adsorber dan evaporator (30°C, 35°C, 40°C). Didapatkan bahwa densitas energi paling besar didapatkan pada temperature 40°C sebesar 69.65 kWh/m3. Terlebih lagi, zeolite alam dapat terus dikembangkan untuk meningkatkan kemampuannya mengadsorp air dan menyimpan panas lebih banyak.


ABSTRACT
Adsorption thermal energy storage has reversible reaction which are exothermic in adsorption reaction and endothermic in desorption reaction. This system is a promising technology for the storage of intermittent energy, such as solar power and industrial waste heat. During the adsorption reaction, heats are released and calculated as the amount of energy that can be stored. Natural zeolite is a potential adsorbent due to its high heat of adsorption, porous structure, high surface area and ability to adsorb small molecule such as water. Moreover, Indonesia has quite a lot of zeolite resourches. In this research, we analyze the storage performance of adsorption thermal energy storage using natural zeolite-water as a pair for charging temperature of 160°C at different evaporator and adsorber temperature ranges (30°C, 35°C, 40°C). As the result, the highest energy density reached at temperature 40°C with 69.65 kWh/m3. Furthermore, natural zeolite can be developed as it can be modified to enhance its ability to adsorb water.

 

"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Rizaldy
"Konsumsi energi pada sebagian besar bangunan di Indonesia didominasi oleh pendinginan. Thermal Storage dengan Ice Slurry bisa digunakan untuk mengurangi biaya operasional karena Ice Slurry diproduksi di malam hari saat biaya listrik rendah lalu digunakan di siang hari. Gedung A Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia DTM UI digunakan sebagai model dalam studi ini. Data Primer untuk Kalkulasi didapat dari Ice Slurry Generator generasi ke-7 dengan kecepatan putar motor konstan dan variasi putaran pompa 1800, 1920, dan 2040 RPM. Laju Produksi meningkat dan daya yang dibutuhkan menurun pada percobaan ke-2 dan seiring ditingkatkannya putaran pompa. Cooling Load Gedung A DTM UI dari jam 6 pagi hingga jam 9 malam telah diobservasi . Dimensi Thermal Storage dengan Ice Slurry telah didesain untuk dapat menampung Ice Slurry yang digunakan untuk kebutuhan pendinginan model dengan pengoperasian Daily Partial Storage.

Energy consumption in mostly building in Indonesia is dominated by air conditioning. Thermal Storage with Ice Slurry could be utilized as a decrease in cost because Ice Slurry is produced at night when the tariff is usually low. Building A Department of Mechanical Engineering Universitas Indonesia was used as a model in this study. Primary Data for Calculation were obtained from 7th Generation Ice Slurry Generator with constant Motor Speed and Pump Speed variation at 1800, 1920, and 2040 RPM. Production Rate is increases and Power needed is decreases on second experiment and increase in pump speed. Cooling Load of the model from 6 AM until 9 PM was observed. Dimension of the Thermal Storage with Ice Slurry has been designed to be able to accommodate Ice Slurry used with Daily Partial Storage mode."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Djubaedah
"Adsorption Thermal Energy Storage (ATES) adalah metode penyimpanan energi termal berbasis adsorpsi yang digunakan untuk mengatasi ketidakseimbangan antara supplai dan permintaan energi pada waktu bersamaan. Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan sistem adsorpsi agar menghasilkan energi yang lebih besar dan sistem yang
lebih ekonomis. Disertasi ini menyajikan analisa dari sistem ATES dengan menggunakan adsorben alami berupa zeolit alam asli Indonesia. Pada penelitian ini juga dilakukan modifikasi zeolit alam dengan menggunakan larutan NaCl untuk memperoleh kapasitas adsorpsi yang lebih baik. Adsorben yang digunakan adalah zeolit alam asal Blitar dan air sebagai fluida kerjanya. Pengukuran dilakukan dengan beberapa variasi massa material
adsorben (NZE activated dan zeolit alam hasil modifikasi NaCl). Hasil penelitian menunjukkan bahwa adsorben zeolit alam yang dimodifikasi dengan menggunakan larutan NaCl terbukti meningkat luas permukaannya hingga 38.8% dengan struktur yang tetap stabil, memiliki area gugus H2O yang lebih luas serta mampu menghasilkan beda temperatur yang cukup tinggi yaitu rata-rata hingga 50oC pada saat proses adsorpsi.
Energy Storage Density (ESD) untuk zeolit alam hasil modifikasi lebih besar dibandingkan zeolite alam sebelum modifikasi yaitu hingga 290.6 kWh/m3 dengan nilai efisiensi tertinggi yaitu 41%.

Adsorption Thermal Energy Storage (ATES) is an adsorption-based thermal energy storage method used to address the imbalances between supply and demand of
energy. The purpose of this research is to improve the adsorption system in order to produce a greater energy and a more economical system. This dissertation presents an
assessment of natural zeolite from Blitar, Indonesia that is applied as an adsorbent in the ATES system. To obtain a better adsorption capacity, the natural zeolit was modified using NaCl solution and water as the working fluid. The measurements were made with several mass variations of the adsorbent material (pure natural zeolit and natural zeolit modified by NaCl). The results showed that the natural zeolit adsorbent modified using NaCl solution was shown to have increased surface area until 38.8% with a stable structure, had a wider H2O goup area, and was able to produce a quite high-temperatur difference, which is up to 50oC on average during the adsorption process. The value of Energy Storage Density (ESD) for modified natural zeolitis higher than pure natural zeolit, which is up to 290.6 kWh/m3. The highest efficiency value reaches 41%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>