Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95330 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Akhyar Amin
"Cilegon merupakan kota industri yang terletak di ujung paling barat Pulau Jawa. Beragam kelompok etnis yang memiliki keyakinan agama berbeda-beda datang untuk bekerja maupun menempuh pendidikan di kota ini seperti etnis Tionghoa, Jawa, Batak, Minang, Manado, dan sebagainya. Walaupun demikian, di Kota Cilegon hanya berdiri rumah ibadah umat muslim (masjid atau musholla), dengan kata lain tidak ada satupun rumah ibadah seperti gereja, vihara, dan pura. 7 September 2022, publik dihebohkan dengan berita Walikota Cilegon, Helldy Agustian menandatangani petisi penolakan pendirian gereja HKBP Maranatha Cilegon. Walikota Cilegon menyebut alasan dirinya menandatangani petisi penolakan tersebut untuk menerima aspirasi sebagian besar warga Cilegon (umat muslim) dan menjaga kondusivitas masyarakat Cilegon. Tulisan ini mengkaji konflik pendirian rumah ibadah melalui perspektif hegemony dan counter-hegemony. Melalui perspektif hegemoni, kita bisa melihat sosok dan peran kelompok elit Cilegon (kyai dan jawara) dan tindakan mereka menggagalkan pendirian rumah ibadah (gereja) demi menjaga marwah kota Cilegon sebagai kota santri. Kultur kota santri ini merupakan embrio dari peristiwa sejarah Geger Cilegon 1888, saat para kiai dan santri melakukan pemberontakan melawan kolonial Belanda. Seperti yang kita ketahui, sosok kyai dan jawara di Banten, khususnya Cilegon memiliki kedudukan khusus dalam perjalanan sosio-historis sejak masa kesultanan hingga masa kini. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan etnografi melalui teknik pengamatan terlibat dan wawancara mendalam dengan beberapa subyek. Selain catatan etnografi sebagai data primer, penulis juga menggunakan sumber dari jurnal penelitian, berita media massa, podcast di youtube sebagai data sekunder untuk mendukung data utama penelitian.

Cilegon is an industrial city situated at the westernmost tip of Java Island. It attracts various ethnic groups with diverse religious beliefs who come to work and study, including the Chinese, Javanese, Batak, Minang, Manadonese, and others. However, the city only has Muslim houses of worship, such as mosques or prayer rooms, and lacks churches, monasteries, or temples. On September 7, 2022, the public was shocked by news that the Mayor of Cilegon, Helldy Agustian, signed a petition rejecting the establishment of the HKBP Maranatha Cilegon church. Mayor Agustian stated that he signed the rejection petition to honor the aspirations of the majority of Cilegon residents (who are Muslims) and to preserve the harmony of Cilegon society. This research explores the conflict surrounding the establishment of places of worship from the perspectives of hegemony and counter-hegemony.Through a hegemonic perspective, I observed the role and influence of the elite group in Cilegon (including kyai and jawara) and their efforts to prevent the establishment of places of worship (specifically churches) to uphold the prestige of Cilegon as a city known for kota santri. This culture of kota santri traces back to the historical event of Geger Cilegon in 1888 when kyai and students from Islamic boarding schools rebelled against Dutch colonialism. Notably, kyai and jawara in Banten, especially Cilegon, hold a significant position in the socio-historical journey from the sultanate era to the present day. The approach used in this research is an ethnographic approach using involved observation techniques and in-depth interviews with several subjects. Apart from ethnographic notes as primary data, the author also uses sources from research journals, mass media news, and podcasts on YouTube as secondary data to support the main research data."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ajeng Ayu Amala Maharani
"Maskulinitas hegemonis mencerminkan dominasi sosial melalui maskulinitas, seringkali diasosiasikan dengan olahraga sebagai penyalurnya. Hal ini menjadi menarik ketika kita melihat olahraga seperti cheerleading yang didominasi oleh perempuan, bahkan digambarkan sebagai emphasized femininity. Cheerleading hari ini sudah bukan lagi konsep rok pendek dan penyorak di pinggir lapangan, kini cheerleading menjadi sebuah olahraga kompetisi ekstrem yang juga diikuti sebagian laki-laki. Maka dari itu, tulisan ini mengeksplorasi identitas gender melalui bentuk-bentuk maskulinitas hegemonis dalam olahraga cheerleading yang didominasi perempuan, serta performativity dari cheerleader laki-laki. Melalui studi pustaka, ditemukan bahwa bentuk maskulinitas sebagai dominasi sosial terbagi menjadi dua yaitu ortodoks dan inklusif. Terakhir, performativity yang ditemukan adalah dalam bentuk skill tertentu, unggahan media sosial yang dipilah, dan attitude yang dijaga sebagai cheerleader.

Hegemonic masculinity reflects social domination through masculinity, often associated with sport as the channel for it. This becomes interesting when we investigate a female-dominated sport like cheerleading, even described as emphasized femininity. Cheerleading today is not just short skirts cheering on the sideline anymore, now cheerleading is an extreme competitive sport that also participated by some men. Thus, this article explores gender identity through constructions of hegemonic masculinity in cheerleading as a female-dominated sport, and performativity of male cheerleaders, through literature study. Through literature study, it is found that masculinity as a form of social domination is divided into two groups which are orthodox and inclusive. Lastly, the performativity is found in the form of certain skills, sorted social media post, and maintained attitude as cheerleader."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hutabarat, Harry Dolly
"Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang memiliki keberagaman suku bangsa, bahasa, budaya, bahasa dan agama, dimana pada masa lalu keberagaman ini menjadi perekat dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah dan juga menjadi dasar negara (Bhinneka Tunggal Ika) didalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Namun saat ini, terutama pasca reformasi, dalam realitas kehidupan sehari-hari, keberagaman ini bukannya menjadi perekat diantara warga negara Indonesia didalam membangun negara dan bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik,justru keberagaman ini menimbulkan benturan yang berujung kepada konflik, seperti misalnya konflik antar suku, etnis, dan konflik antar umat beragama,yang lambat laun dapat menimbulkan dampak terpecahnya rasa persatuan dan kesatuan bangsa serta berdampak bagi Ketahanan Nasional. Konflik antar umat beragama yang terjadi banyak dipicu oleh perbedaan pandangan, konsep, dan juga masalah tempat ibadah, semakin tahun semakin mengalami peningkatan baik secara kuantitas maupun kualitas.
Pada dasarnya setiap agama idealnya memiliki tempat dan ruang untuk melakukan ritual peribadahan, dimana wilayah transedental menjadi tujuan utama mengapa masing-masing agama memerlukan tempat ibadah sebagai sarana untuk menghubungkan spiritualis manusia dengan Tuhan, namun yang terjadi adalah ketika tempat ibadah menjadi urusan negara dan urusan publik, maka perlahan-lahan fenomena tempat ibadah menjadi hal yang sangat rentan dengan konflik antar umat beragama terutama ketika dilihat dari sudut pandang kelompok mayoritas dan minoritas.
Dalam tesis ini, peneliti mencoba meneliti konflik antar umat beragama yang pernah terjadi dengan tema "Pengaruh Fanatisme Beragama Terhadap Kegiatan Kebebasan Beragama Dan Beribadah Sesuai Agama Dan Kepercayaan Yang Dianutnya, Dan Dampaknya Bagi Ketahanan Nasional" dengan Studi Kasus : Penolakan Keberadaan Tempat Ibadah Gereja HKBP di Perumahan Pondok Timur Indah Kota Bekasi dan Penolakan Pendirian Tempat Ibadah Gereja GKI di Taman Yasmin Kota Bogor.
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan memanfaatkan sumber data primer, sumber data sekunder, serta studi kepustakaan yang berkaitan dengan bahan penelitian.

Republic of Indonesia is a country that has ethnic diversity, language, culture, language and religion, where in the past this diversity into the adhesive in freedom from the hands of the invaders and also the basis of the State (Bhinneka Tunggal Ika) in maintaining unity and the unity of the nation.
But this time, especially after the Reformation, in the reality of everyday life, this diversity instead of being adhesive between the citizens of Indonesia in building the country and people of Indonesia towards the better, thus this diversity gives rise to conflicts which led to conflicts, such as conflicts between the tribes, the ethnic and religious conflicts, which can gradually cause the impact of splitting the unity and the unity of the nation and affects National Security.
Thus this diversity gives rise to conflicts which led to conflicts, such as conflicts between the tribes, the ethnic and religious conflicts, which can gradually cause the impact of splitting the unity and the unity of the nation and affects National Security. Conflicts between believers which happen many triggered by differences of view, concept, and also the problem of places of worship, the more years the experience increased both in quantity and quality.
Basically every religion should ideally have a place and space to perform the ritual of religious, where the main purpose of the transedental why each religion requires places of worship as a means to connect the man to the spiritualist God, yet what happens is when a place of worship become Affairs of State and public affairs, then slowly a phenomenon a place of worship is very vulnerable with conflicts between religious especially when viewed from the perspective of the majority and minority groups.
In this thesis, the researchers tried to examine the religious conflicts that have occurred with the theme of " The Influence of Religious Fanaticism Against Freedom of Religion And Worship According To Religion And Beliefs Adhered, And The Impact of The National Security " with Case Studies: Denial of The Existence of a Place of Worship Church HKBP Pondok Timur Indah of Bekasi City And Rejection of The Establishment of Places of Worship, Church GKI Taman Yasmin of Bogor City.
This research was conducted using qualitative research methods to take advantage of primary data source, secondary data sources, as well as studies related to library research materials."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Kenvaleriano Syahputra
"Maskulinitas Toksik adalah istilah yang mulai digunakan pada tahun 1980-an untuk menggambarkan sikap dan perilaku yang diharapkan dari pria yang dapat berdampak negatif pada diri mereka sendiri dan masyarakat. Di dunia media sosial saat ini, terdapat banyak pengaruh yang memiliki pandangan yang bervariasi, dengan beberapa yang mempromosikan maskulinitas beracun. Sifat dari pengaruh media sosial adalah ide-ide mereka dapat ditransmisikan kepada audiens yang luas dan mungkin mempengaruhi pandangan dunia dan pengambilan keputusan sejumlah orang dalam audiens tersebut. Salah satunya adalah Andrew Tate, seorang guru bimbingan diri, motivator, dan pengaruh yang mendapatkan ketenaran melalui TikTok dan YouTube. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji pandangan Andrew Tate tentang maskulinitas dan bagaimana ia menyusun pesannya untuk mempengaruhi pengikutnya. Studi kasusnya adalah Andrew Tate, seorang pria yang mendapatkan ketenaran dari TikTok dan kemudian diundang ke sejumlah podcast yang penuh dengan pernyataan yang mengafirmasi maskulinitas beracun. Data yang akan dianalisis diambil dari podcast Standout.TV, PBD Podcast, dan Adin Ross yang mengundang Andrew Tate untuk berpartisipasi dalam segmen mereka. Temuan penelitian menunjukkan pandangan misoginis Andrew Tate tentang maskulinitas dan bagaimana ia menyusun pesannya untuk mendapatkan ketenaran dan keuntungan dari pengikutnya

Toxic masculinity is a phrase that started being used in the 1980’s to describe the attitudes and behaviors that are expected from men that could have a negative impact on men themselves and society. In today’s world of social media, there are a lot of influencers that have varying views, with some that promotes toxic masculinity. It is the nature of social media influencers that their ideas can be transmitted over a large audience and possibly influence the worldview and decision making of a number of people in that audience. One of whom is Andrew Tate, a self-help guru/ motivator/ influencer that reached fame through TikTok and YouTube. This article aims to examine Andrew Tate’s view on masculinity and how he constructs his message to influence his followers. The case study will be Andrew Tate, a man who found fame from TikTok and later was invited to a number of podcasts filled with statements that affirm toxic masculinity. The data that will be analyzed is taken from the podcast from Standout.TV, PBD Podcast, and Adin Ross that invited Andrew Tate to take part in their segment. Research findings show Andrew Tate’s misogynistic views on masculinity and how he constructs his message assertively, rationalizing his rebuttals and gaining fame and profit from his followers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Johana Rotua
"Pelecehan seksual merupakan isu persisten yang berkontribusi pada ketidaksetaraan gender. Di Amerika Serikat, meskipun undang-undang pelecehan seksual telah dibentuk sejak tahun 1964, isu pelecehan seksual terus menjadi masalah luas di negara ini. Pelecehan seksual hanya menjadi isu utama dan dianggap serius ketika gerakan #MeToo dimulai dalam gelombang feminisme keempat. Narasi Hollywood pada tahun 2010, seperti Bombshell (2019), menjadi representasi bagi perempuan yang mengalami pelecehan seksual di lingkungan kerja meskipun terdapat ketidakakuratan mengenai peristiwa nyata bagaimana pelecehan seksual dialami oleh Megyn Kelly. Megyn Kelly adalah tokoh terkenal yang pernah bekerja sebagai pembawa berita di Fox News. Ia menjadi terkenal karena kecenderungannya untuk mengatakan pendapatnya sendiri di tengah gerakan #MeToo karena ia berhasil berbicara tentang pelecehan seksual yang dialaminya saat bekerja di Fox News. Ia juga mengungkapkan bagaimana kekuasaan beroperasi di sebuah institusi, khususnya industri media. Artikel ini merefleksikan bagaimana maskulinitas hegemonik berperan dalam mengecualikan perempuan bukan hanya dari akses ke kekuasaan tetapi juga menindas otonomi mereka untuk menyatakan diri. Artikel ini berpendapat bahwa maskulinitas hegemonik digunakan oleh pria berkuasa untuk menindas perempuan melalui strategi kekuasaan. Akibatnya, perempuan merasa perlu membentuk aliansi satu sama lain yang menyerupai essensi persaudaraan di mana perempuan bersatu dalam perasaan saling asing dan diskriminasi dan bekerja bersama untuk membalas dendam terhadap pelaku pelecehan seksual mereka.

Sexual harassment is a persistent issue that contributes to gender inequality. In the United States, despite the establishment of the sexual harassment law in 1964, the issue of sexual harassment continues to be widespread in the country. Sexual harassment only became a prominent issue and was taken seriously when the #MeToo movement began in the fourth wave feminism. Hollywood narrative in the 2010, such as Bombshell (2019), becomes a representation for women who experienced sexual harassment in a work setting despite its inaccuracies of the real events of how sexual harassment occurred to Megyn Kelly. Megyn Kelly is a notable figure who once worked as a news anchor at Fox News. She became prominent due to her penchant for speaking her mind amid the #MeToo movement because she managed to spoke out about the sexual harassment she endured when she worked at Fox News. She also shed light on how power works in an institution, specifically the media industry. This article reflects on how hegemonic masculinity plays a part in excluding women not only from access to power but also repress their autonomy to express themselves. This article contends that, hegemonic masculinity is employed by men in power to subordinate women through power strategies. As a result, women felt the need to form an alliance with each other that resembles the essence of sisterhood where women unite under mutual feeling of alienation and discrimination and work together to retaliate against their sexual harassment perpetrators."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhlurrahman
"Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana hegemoni maskulinitas muncul dan mengopresi perempuan dalam seluruh lapisan kehidupan perempuan untuk meneguhkan dominasi laki-laki dengan cara membentuk seksualitas perempuan dan mitos kecantikan. Penulisan ini menggunakan metode penulisan unobtrusive melalui pendekatan analisis wacana. Berdasarkan hasil tinjauan penulis, hegemoni maskulinitas terjadi dalam seluruh lapisan wilayah hubungan sosial perempuan. Baik dari bagian
terkecil yaitu keluarga, hingga bagian paling luas yaitu industri hiburan global.

The purpose of this writing is to explain how hegemonic masculinity occurred and oppressing female in every layers of female’s life to strengthen male’s domination by creating female’s sexuality and beauty myth. This writing used unobtrusive research through discourse analysis approach. Based on results of author’s review, hegemonic masculinity occurred in every female’s life layers. From the smallest area which is family, to the widest area which is global entertainment industry."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tasya Putri Indriyansyah
"Upaya Perlindungan Diri Perempuan dari Pelecehan Seksual Pada Perang Dunia II dalam Film Anonyma: Eine Frau in Berlin Karya Max Färberböck

The issue of sexual harassment against women is an issue that has long been a topic of discussion in the world. Sexual harassment of women is formed from the existence of hegemonic masculinity. According to Gramsci, hegemony is a form of domination and power, in short, hegemonic masculinity can be interpreted as a form of domination and power exercised by men over women. This is common in various social circles, therefore women
fight for their rights and demand gender equality. This research will raise the issue of identity change caused by hegemonic masculinity against the main female character Anonyma in Germany during World War II, through the film Anonyma: Eine Frau in Berlin. This research uses a qualitative approach and literature review through books, journals and scientific articles. The main focus of this research is the actions of the Russian army and the situation in the environment that supports the identity change and struggle of the figures Anonyma. How the surrounding environment can influence the process of forming the identity of Anonyma's character and the struggles he undertakes. This is answered by using the theory place identity and using cinematographic techniques in analyzing scenes in the film. The results of the analysis show that a person's identity can be formed through environmental influences, as well as the struggles that women waged by arranging strategies to protect themselves from sexual violence during World War II.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Haiqa Albitya
"Penelitian ini dilakukan untuk menelaah bagaimana representasi maskulinitas alternatif di tampilkan pada tokoh Yuzuki Hayato dalam anime Yuzuki san Chi no yon Kyoudai serta bagaimana tanggapan masyarakat Jepang dalam anime merespons maskulinitasnya yang tidak sejalan dengan pandangan tradisional masyarakat. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori hegemonic masculinity milik Raewyn Connell. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis film dengan menganalisis narasi, dialog, penokohan, dan elemen visual. Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan, ditemukan bahwa tokoh Yuzuki Hayato menampilkan bentuk maskulinitas yang tidak sejalan dengan maskulinitas tradisional Jepang, yaitu sosok pria yang aktif berurusan dalam ranah domestik dan mengurus anak. Tema laki-laki yang memiliki maskulinitas alternatif pun kini banyak diangkat oleh beberapa judul anime untuk menayangkan bentuk maskulinitas yang tidak kaku. Gambaran respon masyarakat sekitar terhadap maskulinitas Hayato ditanggapi secara positif dan negatif. Melalui respon tersebut, menandakan bahwa potret maskulinitas Yuzuki Hayato menggoncang sekaligus mengukuhkan norma tradisional yang berlaku.

This study aims to examine the representation of alternative masculinity on Yuzuki Hayato from the anime Yuzuki san Chi no yon Kyoudai and how the Japanese society in the anime responds to his masculinity. The theory used in this study is Raewyn Connell’s hegemonic masculinity theory with film analysis method by analyzing narration, dialogue, characterization, and visual element. Based on the analysis, it is found that Yuzuki Hayato displays a form of masculinity that doesn’t align with traditional Japanese masculinity, namely a man who actively deals in the domestic sphere and takes care of children. This theme of anime also seems to be picked up by several anime titles to showcase other forms of alternative masculinities. The response towards Hayato’s masculinity from the people around him are both positive and negative. Suggests that Yuzuki Hayato’s potrayal of masculinity not only challenges, but also reinforces the prevailing of traditional norms."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Salvia Aisha Majdah
"Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan internalisasi maskulinitas hegemonik dalam upaya pencarian makna kebahagiaan pada film Oku Otoko (2018). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori maskulinitas hegemonik oleh R.W. Connell (2005) dan maskulinitas salaryman oleh Romit Dasgupta (2010). Metode penelitian yang digunakan adalah analisis teks dan sinematografi untuk menganalisis dialog dan aspek visual film. Peneliti memfokuskan analisis kepada tokoh utama laki-laki, Kazuo dan tokoh istrinya, Masako. Analisis meliputi aspek-aspek dialog, konflik, penampilan, ekspresi dan sorotan kamera. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa upaya pencarian makna kebahagiaan bagi Kazuo sangat dipengaruhi oleh pandangan materialistis, yang berakar pada internalisasi maskulinitas hegemonik. Film ini juga menggambarkan adanya tekanan dalam rumah tangga yang timbul akibat harapan-harapan terkait dengan maskulinitas hegemonik.

This study explores the internalization of hegemonic masculinity in the pursuit of happiness as depicted in the film Oku Otoko (2018). It draws on R.W. Connell's theories of hegemonic masculinity (2005) and Romit Dasgupta's concept of salaryman masculinity (2010). Using text analysis and cinematography, the research focuses on the main characters, Kazuo and his wife, Masako. Key aspects analyzed include dialogue, conflict, appearance, expression, and camera shots. Findings reveal that Kazuo's pursuit of happiness is heavily influenced by materialistic values rooted in hegemonic masculinity. The film also highlights the domestic pressures stemming from societal expectations related to this form of masculinity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2025
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sabila Bunga Dariana
"Tokyo Sonata merupakan film karya Kiyoshi Kurosawa yang menceritakan tentang keruntuhan keluarga pekerja di Jepang pasca pecahnya gelembung ekonomi. Depresi ekonomi yang terjadi pada saat itu membuat pergeseran peran oleh laki-laki di Jepang untuk membangun identitas maskulin yang dahulunya sebagai militer, berubah menjadi seorang pencari nafkah. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan maskulinitas hegemonik direpresentasikan dalam film Tokyo Sonata karya Kiyoshi Kurosawa serta pesan yang disampaikan mengenai maskulinitas hegemonik dalam film Tokyo Sonata. Data primer diperoleh dari film Tokyo Sonata dengan mengamati dan menghasilkan kesimpulan yang didasari oleh penemuan dari adegan yang dianggap mengandung representasi maskulinitas. Sumber data sekunder diperoleh melalui metode studi pustaka menggunakan artikel jurnal, buku, dan karya ilmiah lainnya. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan teori semiotika Barthes. Penelitian ini menemukan bahwa pada film Tokyo Sonata, maskulinitas hegemonik direpresentasikan dengan tepat oleh Ryuhei sebagai tokoh utama dan para tokoh sampingan lainnya seperti Megumi dan Takashi. Hal ini terlihat dari penampilan dan perilaku para tokoh yang sesuai dengan konsep maskulinitas hegemonik. Maskulinitas hegemonik tersebut dijabarkan lebih lanjut dengan menampilkan konsep maskulinitas subordinat yang ditampilkan oleh Ryuhei ketika ia kehilangan pekerjaannya.

Tokyo Sonata is a film by Kiyoshi Kurosawa that follows the collapse of working families in post-Bubble Economy of Japan. The economic depression that occurred at that time made a role shift by men in Japan to build a masculine identity that used to be military, turning into a breadwinner. Based on this, this research aims to explain the hegemonic masculinity represented in Kiyoshi Kurosawa's Tokyo Sonata and the message conveyed about hegemonic masculinity in Tokyo Sonata. Primary data was obtained from the movie Tokyo Sonata by observing and producing conclusions based on the findings of the scenes considered to contain representations of masculinity. Secondary data sources were obtained through the literature study method using journal articles, books, and other scientific works. The data collected was then analyzed using Barthes' semiotic theory. This study found that in the movie Tokyo Sonata, hegemonic masculinity is appropriately represented by Ryuhei as the main character and other side characters such as Megumi and Takashi. This can be seen from the appearance and behavior of the characters that are in accordance with the concept of hegemonic masculinity. The hegemonic masculinity is further elaborated by displaying the concept of subordinate masculinity displayed by Ryuhei when he loses his job."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>