Ditemukan 511 dokumen yang sesuai dengan query
"Naskah ini menceritakan sejarah Babad Mangkubumi"
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
GS 21-SJ.7
Naskah Universitas Indonesia Library
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981
899.22 IND b
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Mayang Wahyu Agustin
"Setiap pemimpin menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda antara satu dan lainnya. Jenis kepemimpinan yang populer di Jawa adalah Astha Brata. Konsep kepemimpinan Astha Brata kemudian digunakan untuk melihat etika kepemimpinan seorang tokoh bernama Pangeran Mangkubumi dalam Babad Giyanti. Pemilihan konsep Astha Brata didasari oleh ciri kepemimpinan Jawa yang bersifat sinkretis. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan laku atau etika kepemimpinan Pangeran Mangkubumi serta melihat konsepsi dan relevansi kepemimpinan Astha Brata hingga masa kini. Kerangka teori yang digunakan antara lain konseptual kepemimpinan Astha Brata dalam Serat Ajipamasa, kepemimpinan etis Gary Yukl, dan teori etika perspektif filsafat dari Franz Magnis Suseno. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif dari Abrams dalam buku Pengkajian Sastra: Teori dan Aplikasi dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data yang digunakan berasal dari hasil transliterasi naskah Babad Giyanti yang diterbitkan oleh Balai Pustaka. Hasilnya, Pangeran Mangkubumi memiliki semua sifat Astha Brata yang menunjukkan keseimbangan Pangeran Mangkubumi sebagai seorang pemimpin. Keberhasilan penerapan konsep Astha Brata dalam Pangeran Mangkubumi menunjukkan bahwa Astha Brata dapat menciptakan pemimpin yang ideal dan etis bagi manusia Jawa. Adapun kepemimpinan Astha Brata masih eksis dan relevan untuk digunakan hingga saat ini.
Every leader has a leadership style that is different from one another. One of the more popular leadership type in Java is Astha Brata. Astha Brata's leadership concept is then applied to analyze the leadership ethics of a character named Pangeran Mangkubumi in Babad Giyanti. The choice of the Astha Brata concept was based on the syncretic characteristics of Javanese leadership. This research aims to reveal Pangeran Mangkubumi's leadership behavior or ethics, as well as to look at the conception and relevance of Astha Brata's leadership in the present. The leadership conceptual framework used is Astha Brata in Serat Ajipamasa, also leadership ethics from Gary Yukl. This research employs Abrams’ objective approach based from the book Pengkajian Sastra: Teori dan Aplikasi with descriptive and qualitative methods. This research employs a framework of ethical theory from the philosophical perspective Franz Magnis Suseno. The data used comes from the transliteration of the Babad Giyanti manuscript published by Balai Pustaka. This research has shown that Pangeran Mangkubumi has all the characteristics of Astha Brata which shows Pangeran Mangkubumi's balance as a leader. This successful application of the Astha Brata concept in Pangeran Mangkubumi shows that Astha Brata can create ideal and ethical leaders for Javanese people. Astha Brata's leadership archetype is still relevant until the present."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
"Naskah ini berisi cuplikan bait awal dan akhir setiap pupuh dari naskah induk milik J.L. Moens di Yogyakarta, berciri no. 6 dalam koleksi pribadinya (bukan naskah KBG Moens no. 6, yang sekarang berkode KBG 921). Disusun maupun disalin pada tahun 1927, oleh Moens atau stafiiya, mungkin atas permintaan Pigeaud. Teks yang diringkas di sini adalah salah satu versi Babad Dipanagara yang ternyata lain daripada versi-versi yang pernah diuraikan oleh Carey. Lihat deskripsi naskah KBG 5 untuk keterangan umum tentang versi-versi Babad Dipanagara yang ada. Peristiwa yang diriwayatkan dalam teks ini berkaitan dengan masa pemerintahan Sultan HB III, yaitu 1810 sampai dengan 1814. Kemungkinan naskah FSUI/SJ.57 merupakan sambungan naskah ini, yang melanjutkan cerita sampai ke masa HB IV dan HBV."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SJ.56-L 23.01
Naskah Universitas Indonesia Library
"Naskah ini berisi cuplikan bait awal dan akhir setiap pupuh dari naskah induk milik J.L. Moens di Yogyakarta. Ringkasan ini disusun maupun disalin pada tahun 1929, oleh Moens atau stafiiya, mungkin atas permintaan Pigeaud. Teks yang diringkas di sini adalah salah satu versi Babad Dipanagara yang ternyata lain daripada versi-versi yang pernah diuraikan oleh Carey. Lihat deskripsi naskah KBG 5 untuk keterangan umum tentang versi-versi Babad Dipanagara yang ada. Kemungkinan naskah ini merupakan lanjutan dari FSUI/SJ.56. Mengisahkan tentang masa pemerintahan Sultan HB IV dan V. Pada koleksi FSUI dijumpai dua eksemplar salinan ketikan ini yaitu berciri L 14.05a-b. Hanya ketikan asli (a) yang dimikrofilm."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SJ.57-L 14.05a
Naskah Universitas Indonesia Library
Komari
Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2010
959.820 22 KOM b
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Raden Adipati Cakranagara
"Naskah ini berisi teks Babad Dipanagara dengan jumlah pupuh 74 buah. Pupuh 1-17 sama dengan beberapa pupuh pada teks Babad Dipanagara karangan R. Adipati Cakranagara (LOr 2115, KBG 5). Tentang teks ini, yang juga dikenal dengan judul Buku Kedhung Kebo, lihat Carey 1974,1981. Teks diawali dengan cerita tentang keadaan Kraton Ngayogyakarta menjelang kelahiran Pangeran Dipanagara. Secara garis besar naskah bercerita tentang perjuangan Pangeran Dipanagara ketika melawan bala tentara Belanda, beliau baru bisa ditaklukkan melalui siasat Gubernur Jenderal De Kock yang menginginkan perundingan empat mata di Magelang. Dalam menghadiri perundingan tersebut, sebagai hasil tipu muslihat De Kock, Dipanagara berhasil ditangkap tanpa perlawanan. Tidak ditemukan keterangan tentang penyalinan naskah ini, tetapi berdasarkan gaya tulisan dan jenis kertas, dapat diperkirakan bahwa naskah disalin di Kraton Surakarta sekitar tahun 1870an (?), semasa pemerintahan Pakubuwana DC. Pigeaud memperoleh naskah ini di Surakarta pada tahun 1930. Tahun 1932 dibuatkan daftar pupuhnya, yang sekarang disimpan bersama naskah induk di FSUI. Daftar pupuh ini dimikrofilm bersama naskah induk."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SJ.52-NR 218
Naskah Universitas Indonesia Library
"Naskah ini berisi catatan tentang teks Babad Dipanagara yang termuat pada naskah KBG 283. Terdiri atas cuplikan awal dan akhir teks, daftar pupuh (43 buah), catatan umum, serta ringkasan alur cerita pupuh per pupuh. Catatan dibuat oleh R.Ng. Poerbatjaraka (atau stafiiya) di Batavia. Naskah diterima Pigeaud pada bulan Desember 1931. Naskah diawali dengan cerita tentang Sunan Ampeldenta, Ki Ageng Tarub di Majapait, R Patah di Demak, Jaka Tinggkir di Pajang hingga Ki Ageng Mataram, kemudian menginjak pada cerita inti tentang perlawanan P. Dipanagara terhadap penjajahan Belanda."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
SJ.55-L 6.04
Naskah Universitas Indonesia Library
Baha` Uddin
"
ABSTRAKPenelitian ini membahas tentang awal terbentuknya Kota Yogyakarta yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I. Artikel ini disusun dengan menggunakan studi pustaka dan artefak tinggalan sejarah yang menjadi simbol-simbol kota sebagai sumber data. Hasil penelitian menunjukkan, Pangeran Mangkubumi membangun Kota Yogyakarta dengan pertimbangan geografis, sosial-budaya, pertahanan dan politis, serta kota yang penuh makna filosofi. Kota dibuat berdasar fungsi-fungsi yang mewadahi aktivitas warga masyarakat, seperti yang terwujud dalam artefak yang sampai sekarang masih dapat dilihat dan menjadi urban heritage di Yogyakarta. Bangunan-bangunan itu adalah kraton itu sendiri yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan; masjid gedhe Kauman sebagai ruang religi dan moral; Pasar Beringharjo sebagai ruang ekonomi dan Alun-alun sebagai ruang publik. Untuk menghasilkan narasi dalam artikel ini memakai metode sejarah dari pengumpulan sumber hingga penulisan."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta, 2018
959 PATRA 19:1 (2018)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Bogaerts, Els
"Representation of Javanese history in performance plays an important role in the self-characterization of the Special Region of Yogyakarta. It legitimizes the power of the rulers and strengthens the identity of the city and its inhabitants. The audiences know the stories and this is part of the fun. In the study of oral traditions it is essential to take these performances into accounts. In the stories featuring famous political figures from the history "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
909 UI-WACANA 17:3 (2016)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library