Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58404 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salsabila
"Penyakit HIV atau penyakit yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus merupakan penyakit menular yang dapat melemahkan kekebalan tubuh manusia. Infeksi virus ini dapat menyebabkan penderita mengalami penurunan kekebalan tubuh sehingga sangat mudah intuk terinfeksi berbagai macam penyakit. HIV tidak dapat disembuhkan, namun pertumbuhan virusnya dapat ditekan dengan terapi pengobatan, sehingga terapi ini harus dijalankan seumur hidup. Untuk itu, pasien yang baru terdeteksi virus HIV dalam tubuhnya perlu introduksi mengenai penyakit yang diderita, parameter penting yang diukur dari hasil laboratorium yang akan dicek secara berkala, dan terapi pengobatannya karena penyakit ini akan mengubah kebiasaan hidup pasien secara keseluruhan. HIV bisa menular dari cairan tubuh manusia, seperti darah, air mani, dan air vagina. Pengobatan antiretroviral atau ARV dimulai di rumah sakit yang sekurangkurangnya kelas C dan dapat dilanjutkan di puskesmas atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang memliki kemampuan pengobatan ARV. Terapi ARV yang dimaksud diantaranya obat golongan penghambat reverse transcriptase, baik nukleosida maupun nonnukleosida. Untuk lini pertama terapi ARV yang wajib diedukasi kepada pasien baru adalah 2NRTI dan 1NNRTI, yaitu tenofovir, lamivudin, dan evafirenz. Pemerintah menyediakan obat kombinasi dosis tetap (KDT) untuk lini pertama pengobatan, sehingga satu tablet obat sudah mengandung tenofovir, lamivudin, dan efavirenz yang diberi singkatan TLE. Jumlah pemberian obat dari puskesmas untuk pasien baru akan diberikan sebanyak 15 tablet per kali kunjungan untuk dua kali kunjungan, selanjutnya akan diberikan obat untuk satu bulan pengobatan. Efek samping dari pengobatan tersebut diantaranya pusing, muncul ruam pada kulit, mual, muntah, dan halusinasi.

HIV disease or a disease caused by the human immunodeficiency virus is an infectious disease that can weaken the human immune system. Infection with this virus can cause sufferers to experience decreased immunity so that it is very easy to get infected with various diseases. HIV cannot be cured, but the growth of the virus can be suppressed with medical therapy, so this therapy must be carried out for life. For this reason, patients who have just detected the HIV virus in their bodies need an introduction to the disease they are suffering from, important parameters that are measured from laboratory results which will be checked periodically, and treatment therapy because this disease will change the patient's overall life habits. HIV can be transmitted from human bodily fluids, such as blood, semen, and vaginal fluids. Antiretroviral or ARV treatment begins in a hospital that is at least class C and can be continued at a health center or other health care facility that has ARV treatment capabilities. ARV therapy in question includes reverse transcriptase inhibitor class drugs, both nucleosides and nonnucleosides. For the first line of ARV therapy that must be educated to new patients are 2NRTI and 1NNRTI, namely tenofovir, lamivudine, and evafirenz. The government provides fixed-dose combination drugs (KDT) for first-line treatment, so that one tablet of the drug already contains tenofovir, lamivudine and efavirenz, which are given the abbreviation TLE. The number of drug administration from the puskesmas for new patients will be given as many as 15 tablets per visit for two visits, then drugs will be given for one month of treatment. Side effects of this medication include dizziness, skin rashes, nausea, vomiting, and hallucinations."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Athaya Syaharani Putri Kusumowardhani
"Pasien dengan HIV positif memiliki risiko 30 kali lebih besar terkena tuberkulosis. Terapi Pencegahan Tuberkulosis adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah orang yang berisiko terinfeksi bakteri tuberkulosis yang dapat berkembang menjadi TB positif. Puskesmas Kecamatan Ciracas memfasilitasi pelayanan kesehatan bagi penderita HIV/AIDS dan penderita infeksi TB yang meliputi pelayanan klinis berupa penyuluhan. Informasi data obat TPT diperoleh dari Pedoman Teknis Penanganan Infeksi Tuberkulosis Laten (ILTB), Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 67 Tahun 2016 tentang Pengendalian Tuberkulosis, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 67 Tahun Tahun 2021 tentang Pengendalian Tuberkulosis, dan Pharmaceutical Care untuk Tuberkulosis yang telah dibandingkan dengan daftar obat TPT yang digunakan di Puskesmas Kabupaten Ciracas. Penggunaan media booklet sebagai media penyuluhan dipilih karena dapat membantu pasien HIV memahami tuberkulosis dan pentingnya mengkonsumsi TPT. Media booklet yang dirancang khusus berisi materi tentang TPT yang disusun secara sistematis dengan gambar ilustrasi yang mudah dipahami, sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat TPT.

Patients with HIV positive have a 30 times greater risk of developing tuberculosis. Tuberculosis Prevention Therapy is an effort made to prevent people who are at risk of being infected with tuberculosis bacteria which can develop into positive TB. The Ciracas District Health Center facilitates health services for people with HIV/AIDS and people with TB infection which includes clinical services in the form of counseling. TPT drug data information was obtained from the Technical Guidelines for Handling Latent Tuberculosis Infection (ILTB), Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia No. 67 of 2016 concerning Tuberculosis Control, Presidential Regulation of the Republic of Indonesia Number 67 of 2021 concerning Tuberculosis Control, and Pharmaceutical Care for Tuberculosis which has been compared to the list of TPT drugs used at the Ciracas District Health Center. The use of booklet media as an educational medium was chosen because it can help HIV patients understand tuberculosis and the importance of consuming TPT. A specially designed media booklet contains material about TPT which is systematically arranged with easy-to-understand illustrations, to increase patient compliance in taking TPT drugs."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Haolin Rusnur Efanda
"HIV/AIDS tetap menjadi perhatian utama dalam kesehatan global, dengan tantangan utama dalam diagnosis, pencegahan, dan perawatan yang efektif menggunakan antiretroviral (ARV). Praktik Kerja Profesi Apoteker dilakukan pada periode 1 April hingga 17 April 2023 di Puskesmas Kecamatan Cengkareng, yang bertujuan untuk meningkatkan edukasi masyarakat tentang HIV/AIDS melalui pengembangan leaflet dan brosur. Metode studi literatur digunakan untuk menyusun laporan ini, dengan fokus pada analisis data pasien HIV/AIDS di Puskesmas. Penggunaan aplikasi grafis Canva mempermudah pembuatan materi edukatif seperti leaflet dan brosur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 506 pasien terdaftar pada periode 25 Desember 2021 hingga 31 Desember 2022, masih ada yang tidak aktif dalam mengambil terapi ARV di Puskesmas. Kesimpulan dari laporan ini menyoroti pentingnya edukasi melalui leaflet dan brosur sebagai metode yang efektif untuk menjangkau masyarakat lebih luas dalam memahami HIV/AIDS, termasuk informasi tentang pengertian HIV/AIDS, tanda dan gejala, penularan, upaya pencegahan, serta pengobatan yang tersedia di Puskesmas. Peran apoteker dalam memberikan informasi, konseling, dan monitoring penggunaan ARV juga disoroti sebagai bagian integral dari manajemen HIV/AIDS. Saran untuk penelitian mendatang mencakup perlunya investigasi lebih lanjut terkait alasan tidaknya pasien mengambil terapi ARV di Puskesmas, serta perluasan studi literatur dan analisis data demografi untuk mengevaluasi efektivitas leaflet dan brosur dalam mendukung edukasi masyarakat tentang HIV/AIDS di wilayah tersebut.

HIV/AIDS remains a major concern in global health, with primary challenges in diagnosis, prevention, and effective treatment using antiretroviral therapy (ARV). The Pharmacist Professional Internship was conducted from April 1 to April 17, 2023, at Cengkareng Sub-District Health Center, aimed at enhancing public education about HIV/AIDS through the development of leaflets and brochures. Literature review methods were used to compile this report, focusing on the analysis of HIV/AIDS patient data at the health center. The use of graphic design application Canva facilitated the creation of educational materials such as leaflets and brochures. The research findings showed that out of 506 registered patients from December 25, 2021, to December 31, 2022, some were inactive in picking up their ARV therapy at the health center. The conclusion of this report highlights the importance of education through leaflets and brochures as effective methods to reach a broader audience in understanding HIV/AIDS. This includes information on the definition of HIV/AIDS, signs and symptoms, transmission, prevention efforts, and available treatments at the health center. The role of pharmacists in providing information, counseling, and monitoring the use of ARV therapy is also emphasized as an integral part of HIV/AIDS management. Recommendations for future research include the need for further investigation into the reasons why some patients do not pick up their ARV therapy at the health center, as well as expanding literature studies and demographic data analysis to evaluate the effectiveness of leaflets and brochures in supporting public education on HIV/AIDS in the region.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizal Abdullah
"Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit sistem kardiovaskular yang memiliki tingkat prevalensi tinggi di Indonesia. Adanya peningkatan kasus penyakit hipertensi ini menyebabkan diperlukannya suatu upaya pencegahan dan pengendalian untuk mengatasi peningkatan kasus penyakit hipertensi ini terutama di Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah edukasi penyakit hipertensi menggunakan leaflet sebagai media edukasi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai pemberian edukasi mengenai penyakit hipertensi dengan menggunakan leaflet dan juga peran apoteker dalam tatalaksana penyakit hipertensi. Penyusunan laporan ini dilakukan melalui hasil pencarian studi literatur dan juga pembuatan design leafletnya menggunakan Canva, yaitu sebuah aplikasi desain grafis online. Hasil penyusunan laporan ini menunjukkan bahwa leaflet dapat digunakan sebagai media yang efektif oleh tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Kecamatan Makasar dalam rangka edukasi mengenai penyakit hipertensi, pencegahan dan pengendalian, serta pengobatan penyakit hipertensi kepada pasien dan keluarga pasien yang berkunjung ke Puskesmas. Selain itu, apoteker sebagai tenaga kesehatan memiliki peran yang sangat penting dalam membantu penatalaksaan pasien hipertensi, tidak hanya dalam proses pemberian terapi pengobatan hipertensi saja, melainkan juga dalam kegiatan pelayanan informasi obat (PIO) terkait hipertensi, yang mana salah satu dari bentuk PIO tersebut adalah membuat leaflet mengenai penyakit hipertensi. Hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk apoteker dalam melakukan proses edukasi mengenai penyakit hipertensi kepada masyarakat.

Hypertension or high blood pressure is a disease of the cardiovascular system that has a high prevalence rate in Indonesia. The increase in cases of hypertension causes the need for prevention and control efforts to overcome the increase in cases of hypertension, especially in Indonesia. One effort that can be made is education about hypertension using leaflets as an educational medium. This study aims to provide an explanation regarding providing education about hypertension using leaflets and also the role of pharmacists in managing hypertension. This report was prepared using the results of a literature study search and also creating a leaflet design using Canva, an online graphic design application. The results of preparing this report show that leaflets can be used as an effective medium by health workers at the Makasar District Health Center in the context of education about hypertension, prevention and control, as well as treatment of hypertension for patients and their families who visit the Community Health Center. Apart from that, pharmacists as health workers have a very important role in assisting the management of hypertensive patients, not only in the process of providing hypertension treatment therapy, but also in drug information service activities (PIO) related to hypertension, of which one form of PIO is make leaflets about hypertension. The results of this report can be used as a source of information for pharmacists in carrying out the educational process regarding hypertension to the public."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Tyas Ayunda
"HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia, khususnya di Indonesia, dengan jumlah kasus yang terus meningkat setiap tahunnya. Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan retrovirus yang termasuk dalam famili lentivirus, yang mampu menggunakan RNA dan DNA inangnya untuk membentuk DNA virus dalam masa inkubasi yang lama. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala dan infeksi akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia yang disebabkan oleh infeksi HIV. Masalah dan Meskipun berbagai obat anti-HIV dikembangkan, tingginya biaya, efek samping, dan keterbatasan dari obat-obatan tersebut. kemoterapi dan terapi infeksi HIV masih merupakan tantangan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat leaflet pencegahan sebagai sarana edukasi bagi pasien HIV/AIDS di Rumah Sakit Universitas Indonesia untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut. Desain penelitian meliputi pembuatan leaflet pencegahan untuk edukasi HIV/AIDS di Universitas Rumah Sakit Indonesia dari bulan September sampai Oktober. Konteksnya mencakup berbagai bentuk edukasi melalui media cetak dan elektronik, serta ceramah dan diskusi. Leaflet pencegahan bertujuan untuk memberikan informasi yang dapat mencegah penularan HIV/AIDS pada pasien, masyarakat umum, dan khususnya di lingkungan Universitas. lingkungan Rumah Sakit Indonesia. Implikasi: Pengembangan materi edukasi seperti leaflet pencegahan dapat berkontribusi dalam mencegah penyebaran HIV/AIDS dan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan pasien dan masyarakat.

HIV/AIDS is a major health issue worldwide, particularly in Indonesia, with increasing cases each year. The virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) is a retrovirus belonging to the lentivirus family, capable of using its RNA and host DNA to form virus DNA during a long incubation period. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) is a collection of symptoms and infections resulting from the damage to the human immune system caused by HIV infection. Despite various anti-HIV agents developed, the high cost, side effects, and limitations of chemotherapy and HIV infection therapy remain challenges. This study aims to create a prevention leaflet as an educational tool for HIV/AIDS patients at the University of Indonesia Hospital to prevent the spread of the disease.] The research design involves creating a prevention leaflet for HIV/AIDS education at the University of Indonesia Hospital from September to October. The context includes various forms of education through print and electronic media, as well as lectures and discussions. The prevention leaflet aims to provide information that can prevent the transmission of HIV/AIDS among patients, the general public, and especially within the University of Indonesia Hospital environment. Implications: The development of educational materials such as the prevention leaflet can contribute to preventing the spread of HIV/AIDS and improving awareness and knowledge among patients and the community.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nariyah Azzahra
"Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia pada Maret 2022 dilaporkan sekitar 97,6% diberbagai kabupaten/kota (Kemenkes, 2022). Berdasarkan data PTO (Pemantauan Terapi Obat) tercatat sebanyak 256 orang memilih berobat HIV/AIDS di Puskesmas Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Tingginya angka tersebut harus diatasi dengan berbagai upaya, salah satunya dengan membantu pasien dalam mengingat minum obat. Cara untuk meningkatan kepatuhan tersebut, diperlukan media yang dapat membantu menjadi pengingat pasien dalam mengonsumsi obat secara teratur. Salah satu media yang dapat digunakan adalah kalender pengingat minum obat. Diharapkan melalui kalender ini dapat membantu pasien HIV/AIDS dalam meningkatkan kepatuhan minum obat, agar proses penyembuhan dapat maksimal dan risiko resistensi obat dapat dihindari. Kalender minum obat pasien baru HIV didesain dengan menggunakan fitur editing pada aplikasi Canva yang dibuat pada kertas tebal ukuran 21 cm x 15 cm dicetak depan belakang. Kalender ini memiliki kelebihan yaitu mudah digunakan, ketika pasien sudah minum obat, maka kalender dapat di checklist sesuai hari minum obatnya. Selain itu, kalender ini berukuran kecil sehingga mudah untuk dibawa kemanapun dan dilengkapi dengan tanggal-tanggal penting untuk memudahkan pasien, contohnya tanggal kembali berobat, yang menandakan bahwa di tanggal tersebut pasien harus kembali datang ke Puskesmas untuk kontrol rutin dan menebus obat.

The number of HIV/AIDS cases in Indonesia in March 2022 was reported to be around 97.6% in various districts/cities (Ministry of Health, 2022). Based on PTO (Drug Therapy Monitoring) data, 256 people chose to seek treatment for HIV/AIDS at the Jatinegara District Health Center, East Jakarta. This high number must be overcome with various efforts, one of which is by helping patients remember to take medication. To increase compliance, media is needed that can help remind patients to take medication regularly. One medium that can be used is a medication reminder calendar. It is hoped that this calendar can help HIV/AIDS patients increase adherence to taking medication, so that the healing process can be maximized and the risk of drug resistance can be avoided. The medication taking calendar for new HIV patients was designed using the editing features in the Canva application which was made on thick paper measuring 21 cm x 15 cm printed front and back. This calendar has the advantage that it is easy to use, when the patient has taken medication, the calendar can be checked according to the day of taking the medication. Apart from that, this calendar is small in size so it is easy to carry anywhere and is equipped with important dates to make it easier for patients, for example the return date for treatment, which indicates that on that date the patient must return to the Puskesmas for routine control and to redeem medication.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zaki Dinul
"ABSTRAK
Biaya pengobatan HIV/AIDS mahal. ODHA mengeluarkan biaya sendiri yang besar untuk membiayai pengobatan. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan OOP pada pasien HIV/AIDS rawat jalan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif secara retrospektif dengan desain penelitian berupa desain studi potong lintang. Adapun sampel pada penelitian ini, yaitu pasien HIV/AIDS rawat jalan yang diambil secara acak sebesar 144 pasien. Rata-rata pengeluaran per kunjungan pasien sebesar Rp100.763,35 yang terdiri dari jasa dokter Rp41.557,32, administrasi Rp4563,56 dan biaya tes laboratorium sebesar Rp13.833,03. Rata-rata pengeluaran pasien umum dalam setahun sebesar Rp999.755,10 dan pasien jaminan sebesar Rp268.116,50. Ada hubungan secara statistik antara cara pembayaran terhadap Biaya Pengobatan setelah mengontrol variabel status pasien, jumlah infeksi oportunistik, dan jumlah kunjungan (nilai p sebesar 0,0005). Diharapkan pemerintah bisa menjamin penderita HIV/AIDS untuk mendapatkan pengobatan agar bisa terhindar dari kerugian ekonomi.

ABSTRACT
cost for treatment HIV/AIDS is expensive. PLHIV spent high cost for treatment (out-of-pocket). This research analized cost for treatment in outpatient with HIV/AIDS, used cross sectional design. The sample in this research was 144 outpatient HIV/AIDS in RSKO, taken by simple random sampling. Out-of-Pocket for treatment was Rp 100.763,35/visit consists of physician Rp41.557,31, medical (non-ARV) Rp5, administration Rp4.563,56, and laboratorium test Rp13.833,03. The mean for patient with no insurance Rp999.755,10/year and with insurance Rp268.116,50. There is significant relationship between payment and number of visit to expense (p value 0,0005). Hope government could insure PLHIV for avoiding financial burden."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Alfatma
"Penyakit HIV AIDS merupakan ancaman yang serius di Indonesia. Berdasarkan data dari Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan (Kemenkes) sampai dengan bulan Maret 2021 tercatat 427.201 orang hidup dengan HIV dan 131.147 orang hidup dengan AIDS. Kasus baru yang dilaporkan sejak bulan Januari sampai Maret 2021 sejumlah 7.650 kasus dan AIDS 1.677 kasus (Kemenkes, 2021). Hasil terapi tidak akan mencapai tingkat optimal tanpa adanya kesadaran dari pasien itu sendiri, bahkan dapat menyebabkan kegagalan terapi, serta dapat pula menimbulkan komplikasi yang sangat merugikan dan pada akhirnya akan berakibat fatal. Kepatuhan pasien HIV AIDS merupakan salah faktor yang penting, karena ARV yang berkelanjutan tanpa terputus akan menekan perkembangan virus, mengurangi resistensi virus, memperbaiki kualitas hidup pasien dan memperbaiki kesehatan. Sebaliknya ketidakpatuhan pasien dapat menjadi penyebab gagalnya terapi ARV, mengakibatkan resistensi obat pasien dan membutuhkan ARV lini kedua atau tiga dengan biaya yang besar karena keterbatasannya. Tahapan dan proses dalam melakukan evaluasi kepatuhan pasien HIV/AIDS di Puskesmas Kec. Matraman adalah melakukan monitoring (adherence, efek samping, pemberian ARV dan keberhasilan ARV), monitoring klinis (follow up pertama setelah 1-2 minggu, pemeriksaan fisik, dan anamnesis gejala, kepatuhan, kualitas hidup), pemeriksaan laboratorium dasar, dan monitoring efektivitas ARV. Hasil evaluasi kepatuhan pasien HIV/AIDS menggunakan uji statistik Independent Test dan ANNOVA menunjukkan bahwa pekerjaan, usia, dan jenis kelamin bukan merupakan faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien dalam minum obat melainkan individu pasien tersebut.

HIV AIDS is a serious threat in Indonesia. Based on data from the Directorate General of Disease Prevention and Control, Ministry of Health (Kemenkes), as of March 2021, there were 427,201 people living with HIV and 131,147 people living with AIDS. There were 7,650 new cases reported from January to March 2021 and 1,677 cases of AIDS (Ministry of Health, 2021). The results of therapy will not reach optimal levels without the patient's own awareness, this can even cause therapy failure, and can also cause complications that are very detrimental and ultimately fatal. Compliance with HIV AIDS patients is an important factor, because continuous ARV without stopping will suppress the development of the virus, reduce viral resistance, improve the patient's quality of life and improve health. On the other hand, patient noncompliance can be the cause of failure of ARV therapy, resulting in patient drug resistance and requiring second or third line ARVs at large costs due to their limitations. Stages and processes in evaluating HIV/AIDS patient compliance at the District Health Center. Matraman is carrying out monitoring (compliance, side effects, administration of ARVs and success of ARVs), clinical monitoring (first follow-up after 1-2 weeks, physical examination, and history of symptoms, compliance, quality of life), basic laboratory examinations, and monitoring the effectiveness of ARVs. . The results of evaluating HIV/AIDS patient compliance using the Independent Test and ANNOVA statistical tests show that occupation, age and gender are not factors that influence patient non-compliance in taking medication except for the individual patient."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Sakinah Qur`ani
"HIV merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia dan berbagai negara di dunia. Menurut WHO (World Health Organization) pada akhir 2021 terdapat 38,4 juta orang yang terinfeksi HIV yang tersebar di seluruh dunia dan sekitar 650.000 orang meninggal karena terinfeksi HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pengobatan antiretroviral dan kesesuaian pengobatan antiretroviral untuk pasien HIV di Puskesmas Kecamatan Cengkareng dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan No.87 tahun 2014 tentang Pedoman Pengobatan Antiretroviral dan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/Menkes/90/2019 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana HIV. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional study dengan metode pengumpulan data secara retrospektif, menggunakan data pasien di bulan Mei – Oktober 2022. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi antiretroviral yang sering digunakan adalah FDC TLE (Tenofovir + Lamivudin + Efavirenz) sebanyak 266 pasien (54,46%) untuk regimen ARV lini pertama dan FDC TLD (Tenofovir + Lamivudin + Dolutegravir) sebanyak 88 pasien (21,20%) untuk regimen ARV lini kedua. Untuk kesesuaian kombinasi regimen ARV adalah 100% sesuai dengan standar Peraturan Menteri Kesehatan No.87 tahun 2014 tentang Pedoman Pengobatan Antiretroviral dan dan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/Menkes/90/2019 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana HIV.

HIV is a health problem that threatens Indonesia and various countries worldwide. According to the World Health Organization (WHO), by the end of 2021, there were 38.4 million people infected with HIV globally, and approximately 650,000 people died due to HIV infection. This study aims to determine the patterns of antiretroviral treatment and the appropriateness of antiretroviral treatment for HIV patients at the Puskesmas Kecamatan Cengkareng in accordance with the standards set by the Minister of Health Regulation No.87 of 2014 on Antiretroviral Treatment Guidelines and the Minister of Health Decree No. HK.01.07/Menkes/90/2019 on the National Guidelines for HIV Medical Management. The research employed a cross-sectional study design with retrospective data collection, using patient data from May to October 2022. Based on the research findings, the frequently used antiretroviral therapy was FDC TLE (Tenofovir + Lamivudine + Efavirenz) for the first-line ARV regimen, with 266 patients (54.46%), and FDC TLD (Tenofovir + Lamivudine + Dolutegravir) for the second-line ARV regimen, with 88 patients (21.20%). The combination of ARV regimens showed 100% compliance with the standards set by the Minister of Health Regulation No.87 of 2014 on Antiretroviral Treatment Guidelines and the Minister of Health Decree No. HK.01.07/Menkes/90/2019 on the National Guidelines for HIV Medical Management."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Amir Fauzan
"Latar Belakang
Jumlah penderita HIV pada pengguna narkoba suntikan saat ini semakin meningkat. Demikian juga dengan infeksi yang menyertainya (misalnya hepatitis C dan tuberkulosis paru). Sejak tahun 1996 ARV dinyatakan bermanfaat sebagai salah satu terapi yang efektif pada penderita HIV, karena dapat menurunkan mobiditas dart mortalitas, sehingga perhatian terhadap pengobatan ARV pads penderita HIV semakin ditingkatkan. Sampai saat ini belum ada dilaporkan penelitian mengenai respon pengobatan ARV pada penderita HIV di Indonesia.
Tujuan
Mengetahui respon pengobatan ARV selama enam bulan pada penderita HIV dan faktor-faktor yang berpengaruh.
Metodologi
Studi cross sectional retrospektif dengan besar sampel 139 orang penderita HIV yang memenuhi kriteria inklusi yang datang berobat RSCM dan RS Kanker Dharmais Jakarta antara bulan Januari 2004 sampai Maret 2005. SampeI dikumpulkan dari data rekam medik.
Hasil
Pada penelitian ini didapatkan hasil gambaran demografi jenis kelamin laki-laki 95% dan wanita hanya 5%. Kelompok umur terbanyak usia kurang dari 30 tahun sebanyak 81,3%. Infeksi yang menyertainya didapatkan infeksi hepatitis C sebanyak 64,0% dan tuberkulosis paru 44,6%. Respon pengobatan positif 91,4%, respon pengobatan komplit 70,5%, respon Minis 1,4%, respon imunologis 20,1%, dan tidak respon pengobatan 8,6%. Efek samping pengobatan ARV didapatkan sebanyak 93,5% dan status hidup sesudah pengobatan ARV 6 bulan sebanyak 97,1%, sedangkan mortalitas hanya 2,9%. Selanjutnya dilakukan analisis bivariat didapatkan faktorfaktor yang mempengaruhi respon pengobatan ARV pada penderita HIV secara dominan adalali hitung limfosit CD4 > 50/rnm3 dengan OR sebesar 0,13 (p),003 dengan IK 95% 0,03-0,60).
Simpulan
Respon pengobatan ARV pada penelitian ini tinggi (91,4%). Hanya faktor hitung limfosit CD4 >50/mm secara dominan berpengaruh dan secara statistik terdapat hubungan bermakna dengan respon pengobatan ARV.

Background
Recently, the number of HIV patients and IVDU are increasing. As well as other confounding infections (eg.hepatitis C and pulmonary tuberculosis). Since 1996, ARV has been declared as one of the most effective treatment in HIV patients, reduce morbidity and mortality_ Therefore treatment using antretroviral has caught much attention to developed. Until now there has not been reports any study about the response to ARV treatment in HIV patients in Indonesia
Objective
To investigate proportion of response to antiretroviral treatment for six month in HIV patients and risk factors that influence.
Methodology
Study design was cross sectional retrospective study on 139 HIV patients who fullfiled inclusion criteria were conducted in RSCM and RSK Dharmais Jakarta from January 2004 to March 2005. We collected data from medical records of patients.
Result
From this study we found the demographic characteristic male (95%) more prevalent than female (5,0%). Majority age group less than 30 years old (81,3%). Confounding infection were hepatitis C (64%) and pulmonary tuberculosis (44.6%). The positive response to treatment (91.4%), complete response (70.5%), clinical response (1.4%), immunological response (20,1%), and no-response to treatment (8.6%). Adverse reaction led by ARV are found 93.5%. The mortality after 6 months ARV treatment only 2.9% cases end up with death. After bivariat analysis, we found the predominant influencing factors response to ARV treatment in HIV patients, which is the lymphocyte count CD4 > 50/mm with OR= 0.13 (p=0.003, CI 95% 0.03-0.60).
Conclusion
The response to ARV treatment in this study is high 91,4%. The lymphocyte count CD4 501mm3 is only the dominant influencing factors and showed statistically significant relation with response to ARV treatment in HIV patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>