Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154682 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reza Sukma Nugraha
"Di dalam kesusastraan Mesir, dua sastrawan periode modern, Yusuf As-Sibai dan Taufiq Al-Hakim menciptakan karya-karya kontroversial. Dalam novelnya, Nâ’ib ‘Izrâ’îl, As-Sibai menjadikan Malaikat Izrail sebagai tokoh utama dengan konflik utamanya berupa kesalahan Izrail dalam mencabut nyawa manusia sehingga menimbulkan berbagai masalah di akhirat. Adapun Al-Hakim menulis beberapa karya, seperti drama Asy-Syaithân Fî Khuthr, cerpen Asy-Syahîd, dan cerpen Imra’ah Ghalabat Asy-Syaithân yang menghadirkan setan yang berbeda dari konvensi keagamaan, misalnya setan cinta damai, setan ingin bertobat, dan setan yang merasa jengkel karena dikelabui oleh seorang perempuan.
Kontradiksi antara penggambaran setan dan malaikat dalam karya-karya tersebut dengan konvensi keagamaan sehingga menimbulkan kontroversi menjadi masalah penelitian yang diangkat dalam penelitian ini. Cara As-Sibai dan Al-Hakim yang menyingkirkan hierarki sosial dan konvensi keagamaan dalam karya-karya mereka tersebut sejalan dengan konsep carnivalesque yang digagas Mikhail Bakhtin. Carnivalesque merupakan suatu cara yang menangguhkan segala macam aturan dan hierarki sosial dalam kehidupan riil.
Carnivalesque yang ditampilkan dalam korpus menjadi strategi naratif As-Sibai dan Al-Hakim untuk menyuarakan ideologi mereka terkait wacana sosial politik Mesir masa monarki (1922-1956). Dalam konteks latar belakang setiap korpus, wacana tersebut terkait erat dengan kondisi sosial politik Mesir yang menyebabkan para sastrawan perlu memilih strategi khusus untuk menyampaikan kritik. Di antara kondisi yang dikritik adalah otoritarianisme raja dan pemerintah Mesir, diamnya para kelompok intelektual Mesir, dan masifnya kampanye nasionalisme yang disuarakan masyarakat Mesir.
Pada akhirnya, As-Sibai dan Al-Hakim menggunakan carnivalesque sebagai strategi naratif untuk menyuarakan wacana sosial politik Mesir pada era monarki. Keduanya menggunakan tokoh setan dan malaikat yang digambarkan secara kontradiktif dengan konvensi agama Islam. Hal itu menunjukkan bahwa represifnya monarki dan pemerintah Mesir pada saat itu, termasuk kepada sastrawan, dapat disiasati dengan teknik naratif bernuansa agama meskipun menghadirkan kontroversi bagi masyarakat Islamis dan pemuka agama. Selain itu, hal tersebut menunjukkan bahwa kedua pengarang memiliki pandangan keagamaan Islam yang progresif yang memandang estetika sastra adalah sesuatu yang terpisah dari pemikiran keagamaan.

In Egyptian literature, two writers of the modern period, Yusuf As-Sibai and Taufiq Al-Hakim, created controversial works. In his novel, Nâ'ib 'Izrâ'îl, As-Sibai makes the Angel of Izrail the main character, with the main conflict being Izrail's mistake in taking human life to cause various problems in the afterlife. Al-Hakim wrote several works, such as the play Ash-Shaithn Fî Khuthr, the short story Ash-Shahîd, and the short story Imra'ah Ghalabat Ash-Shaithân which presented demons that were different from religious conventions, such as the peace-loving demon, the devil wanting to repent, and the devil who felt annoyed because a woman deceived him.
The contradiction between the depiction of demons and angels in these works and religious conventions that caused controversy became a research problem raised in this study. The way As-Sibai and Al-Hakim got rid of social hierarchy and religious conventions in their works was in line with the carnivalesque concept initiated by Mikhail Bakhtin. Carnivalesque is a way of suspending all kinds of rules and social hierarchies in real life.
The carnivalesque featured in the corpus became the narrative strategy of As-Sibai and Al-Hakim to voice their ideology regarding the socio-political discourse of Egypt during the monarchy (1922-1956). In the context of the background of each corpus, the discourse is closely related to Egypt's socio-political conditions, which causes literati to choose a specific strategy to convey criticism. Among the conditions criticized were the authoritarianism of the Egyptian king and government, the silence of Egyptian intellectual groups, and the massive campaign of nationalism voiced by the Egyptian people.
Ultimately, As-Sibai and Al-Hakim used carnivalesque as a narrative strategy to voice Egypt's socio-political discourse during the monarchy era. Both use demonic and angelic figures depicted in contradiction to Islamic religious conventions. It shows that the repression of the Egyptian monarchy and government at that time, including literature, can be circumvented with religiously nuanced narrative techniques despite presenting controversy for the Islamist community and religious leaders. Moreover, it shows that both authors have a progressive Islamic religious view that views literary aesthetics as separate from religious thought.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Oktaviana
"Penelitian ini membahas teks drama Izis karya Taufiq al-Hakim, seorang sastrawan yang terkenal sebagai tokoh pelopor drama Arab Modern di Mesir. Dalam penelitian ini, teks drama Izis dihubungkan dengan cerita dalam mitologi Mesir karena adanya kemiripan antara kedua teks tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan unsur-unsur intrinsik dan perbandingannya dengan mitologi Mesir melalui pendekatan struktural dan sastra banding. Melalui teori struktural, dapat disimpulkan bahwa hubungan antar unsur intrinsik terjalin dengan baik sehingga memudahkan pembaca dalam memahami keseluruhan cerita. Sedangkan melalui pendekatan sastra banding, penelitian ini menyimpulkan bahwa drama Izis mendapat pengaruh dari mitologi Mesir.
Taufiq al-Hakim berhasil memodifikasi mitologi yang sangat kental dengan unsur dewa-dewi menjadi sebuah teks drama yang lebih rasional dan dapat diterima oleh akal manusia. Setidaknya ada tiga pesan yang ingin disampaikan oleh Taufiq al-Hakim melalui teks drama Izis. Pertama, pengarang ingin menggambarkan keadaan sosial dan politik yang sedang terjadi pada tahun 1950-an. Kedua, pengarang ingin menyampaikan bahwa rakyat adalah pemegang kedaulatan tertinggi dalam suatu negara atau wilayah. Ketiga, melalui sosok Izis dalam perjuangannya mencari keadilan, pengarang ingin mengangkat derajat perempuan yang sering direndahkan dalam sistem patriarki di dunia Arab.

This research discusses the texts of Izis drama by Taufiq al Hakim, a well known poet as a pioneer of modern Arabic dramas in Egypt. In this study, Izis drama is related to the story in Egyptian mythology because of the similarity between the two texts. This study aims to expose the intrinsic elements and their relevance to Egyptian mythology through structural and comparative study. Through structural theory, it can be concluded that the relationship between intrinsic elements well established so as to facilitate the reader in understanding the whole story. While through the comparative approach, this study concludes that the drama Izis got the influence of Egyptian mythology.
Taufiq al Hakim successfully modified a very thick mythology with the elements of the gods became a more rational and acceptable text by the human reason. There are at least three messages to be conveyed by Taufiq al Hakim through the Izis drama text. First, the author wants to describe the social and political circumstances of the 1950s. Secondly, the author wishes to convey that the people are the ultimate sovereign holders in a country or territory. Thirdly, through the figure of Izis in his struggle for justice, it can be interpreted as an author who wants to raise the degree of women who are often degraded in the patriarchal system in the Arab world.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safina Salma Sa`Adah
"Penelitian ini dilakukan untuk menemukan gaya bahasa yang digunakan dalam prosa berupa cerpen bahasa Arab berjudul Perempuan yang mengalahkan Setan atau “امرأة غلبت الشيطان”. Cerita ini merupakan salah satu cerpen dalam buku kumpulan cerita Arinillah karya Taufiq Al-Hakim. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Landasan teori yang peneliti gunakan adalah teori gaya bahasa dalam buku Intisari Sastra Indonesia (Mulyadi: 2017). Sumber yang digunakan dalam penelitian ini berupa buku-buku, artikel, dan skripsi. Hasil analisis data yang ditemukan oleh peneliti terdapat dua belas gaya bahasa yang ada dalam cerpen. Gaya bahasa yang paling banyak ditemukan dalam cerpen ini adalah sinestesia terdapat empat kalimat, retorik terdapat dua kalimat, hiperbola terdapat dua kalimat, sarkasme terdapat satu kalimat, sinisme terdapat satu kalimat, koreksio terdapat satu kalimat, simile terdapat satu kalimat, simbolik terdapat satu kalimat, sinekdoke pars pro toto terdapat satu kalimat, personifikasi terdapat satu kalimat, alegori terdapat satu kalimat, dan metafora terdapat satu kalimat.

This research was conducted to find the stylistics used in prose in the form of an Arabic storiette entitled Woman who defeated Satan or "امرأة غلبت الشيطان". This storiette is one of the storiette in the book collection of Arinillah stories by Taufiq Al-Hakim. The method used in this research is descriptive qualitative method. The theoretical basis that the researchers use is the theory of language styles in the book Intisari Sastra Indonesia (Mulyadi: 2017). The sources used in this research are books, articles and theses. The results of the data analysis found by the researcher were that there were twelve stylisyics in this short story. The stylistics that is most often found in these short stories is synesthesia which has four sentences, rhetoric has two sentences, hyperbole has two sentences, sarcasm has one sentence, cynicism has one sentence, correction has one sentence, simile has one sentence, symbolic there is one sentence, sinekdoke pars pro toto has one sentence, personification is one sentence, allegory has one sentence, and metaphor has one sentence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Asmara Dewi
"Analisis mengenai penggunaan ungkapan bayaniah, atau dalam stilistika Indonesia sepadan dengna ungkapan retorika, dalam drama garapan Taufiq al-hakim, seorang pembaharu drama Arab abad modern bertujuan untuk memberikan gambaran adanya ungkapan bayaniah yang terdapat dalam drama al-Kahfi. Penggunaan ungkapan bayaniah itu sendiri bertujuan untuk mengetahui dan meneliti setiap gaya bahasa yang terdapat dalam drama tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S13299
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Isnaeni Nurhanifah
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas cerpen ايندلا تناكو Wa K nat al-Duny Dan Jadilah Dunia karya Taufiq al-Hakim 1898-1907 sastrawan Arab Modern Mesir. Cerpen ini menarik untuk diteliti karena mengisahkan peristiwa yang unik, yaitu kisah Iblis yang berkerjasama dengan Ular dalam menciptakan Hawa untuk menunjukkan diri bahwa Iblis lebih baik dari Adam, sekaligus agar Adam dan Hawa menghasilkan keturunan. Kisah ini memiliki kemiripan dengan kisah penciptaan Adam dalam kitab suci Islam Alquran dan kitab suci Kristen Alkitab. Unsur-unsur cerpen terjalin dengan baik sehingga menarik untuk dibaca dan berhasil menyampaikan pesan kepada pembaca. Pesan yang dapat ditemukan dari cerpen ini adalah bahwa manusia sebagai keturunan Adam dan Hawa memiliki sifat baik yang bersumber dari Tuhan dan sifat buruk yang yang bersumber dari Iblis, sehingga pada akhirnya tidak ada manusia yang sempurna karena memiliki sifat baik dan buruk. Keturunan Adam dan Hawa yang memiliki beragam sifat tersebutlah yang dimaknai sebagai tema penciptaan dunia dalam cerpen ini, yaitu bahwa dunia digambarkan sebagai eksistensi manusia di dunia yang memiliki beragam sifat dan perilaku.

ABSTRACT
This study discusses the short story ايندلا تناكو Wa K nat al Duny And Be The World by Taufiq al Hakim 1898 1907 Modern Arabian literary Egyptian. This short story is interesting to examine because it tells of a unique event, the story of Satan who collaborated with the Serpent in creating Eve to show himself that Satan is better than Adam, at the same time that Adam and Eve produce offspring. This story is similar to the story of Adam 39 s creation in the holy book of Islam Qur 39 an and the Christian scriptures the Bible. The elements of the short story well established so interesting to read and successfully convey the message to the reader. The message that can be found from this short story is that humans as the descendants of Adam and Eve have good qualities derived from God and bad traits that are sourced from Satan, so that in the end no human is perfect because it has good and bad character. The descendants of Adam and Eve who have various characteristics that is interpreted as the theme of the creation of the world in this short story, namely that the world is described as the existence of human beings in a world that has a variety of traits and behaviors."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safina Salma Sa`Adah
"Penelitian ini dilakukan untuk menemukan gaya bahasa yang digunakan dalam prosa berupa cerpen bahasa Arab berjudul Perempuan yang mengalahkan Setan atau “ امرأة غلبت الشيطان ”. Cerita ini merupakan salah satu cerpen dalam buku kumpulan cerita Arinillah karya Taufiq Al-Hakim. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Landasan teori yang peneliti gunakan adalah teori gaya bahasa dalam buku Intisari Sastra Indonesia (Mulyadi: 2017). Sumber yang digunakan dalam penelitian ini berupa buku-buku, artikel, dan skripsi. Hasil analisis data yang ditemukan oleh peneliti terdapat dua belas gaya bahasa yang ada dalam cerpen. Gaya bahasa yang paling banyak ditemukan dalam cerpen ini adalah sinestesia terdapat empat kalimat,
retorik terdapat dua kalimat, hiperbola terdapat dua kalimat, sarkasme terdapat satu kalimat, sinisme terdapat satu kalimat, koreksio terdapat satu kalimat, simile terdapat satu kalimat, simbolik terdapat satu kalimat, sinekdoke
pars pro toto terdapat satu kalimat, personifikasi terdapat satu kalimat, alegori terdapat satu kalimat, dan metafora terdapat satu kalimat.

This research was conducted to find the stylistics used in prose in the form of an Arabic storiette entitled Woman who defeated Satan or " امرأة غلبت الشيطان ". This storiette is one of the storiette in the book collection of Arinillah stories by Taufiq Al-Hakim. The method used in this research is descriptive qualitative method. The theoretical basis that the researchers use is the theory of language styles in the book Intisari Sastra Indonesia (Mulyadi: 2017).
The sources used in this research are books, articles and theses. The results of the data analysis found by the
researcher were that there were twelve stylisyics in this short story. The stylistics that is most often found in these
short stories is synesthesia which has four sentences, rhetoric has two sentences, hyperbole has two sentences,
sarcasm has one sentence, cynicism has one sentence, correction has one sentence, simile has one sentence,
symbolic there is one sentence, sinekdoke pars pro toto has one sentence, personification is one sentence, allegory has one sentence, and metaphor has one sentence.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Mulyana
"Skripsi ini membahas tokoh dan penokohan dalam novel Naib Izrail karya Yusuf al-Siba’i. Novel ini telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul Izrail. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang unsur intrinsik novel tersebut, serta menjelaskan mengenai tokoh dan penokohan yang terdapat di dalamnya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan struktural melalui analisis unsur intrinsik untuk menunjang penganalisisan tokoh dan penokohan. Kesimpulan yang didapat menunjukkan adanya saling keterkaitan antara unsur yang satu dengan yang lainnya. Kekuatan tokoh dan penokohan didukung dengan keberadaan latar, tema, sudut pandang, amanat,dan alur cerita.

This paper discusses about character and characterization in the Novel Naib Izrail by Yusuf al-Siba’i which has been translated into Bahasa Indonesia as Izrail. The purpose of this research is to describe the intrinsic elements and to explain about its character and characterization. This research was conducted by using a structural approach through the analysis of the intrinsic elements for supporting in analyzing its character and characterization. The conclusion of this paper show the correlation of its elements to one another, and the strength of character and characterization is supported by the presence of setting, theme, point of view, moral, and plot."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46292
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Helvy Tiana Rosa
"Taufiq al-Hakim (1903-1987), sastrawan Mesir yang lebih dikenal sebagai dramawan dan novelis, adalah seorang cerpenis pula. Cerpen-cerpennya banyak mempunyai kekhasan, tampak pada ide, latar dan penokohan Setan serta dialog-dialog yang dimunculkannya. Menurut Todorov, Tolkien, Swinfen dan Jackson, suatu cerita disebut fantasi, jika: adanya lawan realitas (anti riil), menghadirkan dunia ambiguitas, adanya dialog antara dunia nyata dan tak nyata, serta merupakan ramuan dari marvellous-mimetis. Penelitian dan analisa menunjukkan cerpen-cerpen Taufiq memenuhi kriteria fantasi yang ditetapkan oleh para teoritikus di atas. Meskipun menarik dan kadang kontraversial, cerpen-cerpen Taufiq belum dikenal dunia internasional sebagaima_na karya-karya dramanya. Di Indonesia, apresiasi terhadap karya-karyanya masih sangat minim karena kendala bahasa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S13232
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ashfi Dania
"Penelitian ini menganalisis dua cerita pendek Yusuf Idris “Arkhas Layaali” dan “Thabliyah minas-Sama’” untuk melihat gambaran isu sosial dan humor satire yang menjadi ciri khas dalam cerita-cerita Yusuf Idris. Yusuf Idris (1927-1991) merupakan penulis cerita pendek dan dramawan produktif Mesir dan dunia Arab. Kajian ini menggunakan unsur-unsur intrinsik cerita pendek dalam menganalisis humor satire dan masalah sosial dengan pendekatan strukturalisme. Berdasarkan masalah sosial dalam studi Salva Khammas (1971) serta teori humor satire Gorys Keraf (2010) dimana satire merupakan ungkapan menyindir, mengkritik, menertawakan atau menolak sesuatu. Serta unsur-unsur satire menurut David Marcus (1995) yaitu ironi, ejekan, parodi, dan fitur retoris. Analisis masalah sosial dan satire dalam kedua cerita memenuhi sifat saling mengisi karya sastra antara mendidik sekaligus menghibur. Tradisi serta keadaan sosial dalam kedua cerpen mencerminkan simpati Yusuf Idris terhadap ketidakadilan. Hal tersebut selaras dengan ciri khas cerita-cerita Yusuf Idris berupa masalah sosial, jenaka, dan mencerminkan pandangannya terhadap kehidupan masyarakat kalangan bawah Mesir pada masa hidupnya.

This study analyzes two of Yusuf Idris' short stories “Arkhas Layaali” and “Thabliyah minas-Sama" to see social issues and humor which characterizes Yusuf Idris' stories. Yusuf Idris (1927-1991) was a prolific short story writer and playwright in Egypt and the Arab world. This study uses the intrinsic elements of short stories in analyzing satirical humor and social problems using a structuralism approach. Based on social problems in the study of Salva Khammas (1971) and Gorys Keraf's theory of satire humor (2010) where satire is an expression of satire, criticizing, responding to or rejecting something. As well as the elements of satire according to David Marcus (1995) namely irony, ridicule, parody, and rhetorical features. The analysis of social problems and satire in both stories fill the literary works complementary nature of educating and entertaining. The traditions, social conditions, and characters in the two short stories reflect Yusuf Idris' sympathy for injustice. This is accord with the characteristics of Yusuf Idris' stories namely social problems, humour, and reflecting his views on the life of the Egyptian lower class during his lifetime."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>