Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 215384 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizqy Amanatul Husna Pamungkas
"Asupan sodium yang berlebihan pada remaja dapat meningkatkan risiko megalami Penyakit Tidak Menular (PTM). Lingkungan menjadi salah satu faktor yang memicu peningkatan asupan sodium melalui pola makan “mindless eating”. Sebaliknya, makan dengan penuh kesadaran atau mindful eating dianggap mempunyai potensi untuk mengontrol asupan makanan termasuk mencegah asupan sodium yang berlebihan pada remaja. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan mindful eating dengan asupan sodium pada remaja.
Subjek berusia 15-18 tahun yang direkrut dari Sekolah Menengah Atas (SMA). Subjek diukur status gizi, dan mengisi kuesioner mindful eating questionnaire (MEQ) untuk menilai skor mindful eating. Asupan sodium diperoleh melalui wawancara dengan 24-hour recall.
Terdapat 240 responden yang terdiri dari 60.4% perempuan dengan asupan sodium mencapai 1665.60 (76.1 – 3550.9) mg/day. Rata rata skor mindful eating adalah 2. 69 ± 0.19. Hasil menunjukan terdapat korelasi negatif yang signifikan antara mindful eating dan asupan sodium (β = - 0.14; p = 0.04). analisis lebih lanjut dengan disesuaikan dengan faktor perancu (jenis kelamin), mindful eating dan asupan sodium tetap menunjukan korelasi negatif yang signifikan (β = - 0.13; p = 0.04).
Mindful eating mempunyai korelasi negatif yang signifikan dengan asupan sodium pada remaja. Semakin tinggi skor mindful eating, semakin rendah asupan sodium

Objective: The excessive sodium in adolescents is associated with Non-Communicable Diseases (NCDs). Environment as one of factor that can led to increase the sodium intake through eating mindlessly. As the opposite term from mindless eating, the eating behaviour that involves mindfulness is considered to have the potency to control food intake including to prevent excessive sodium intake in adolescents. Therefore, this study aimed to determine the correlation between mindful eating and sodium intake in adolescents.
Method: Participants aged 15-18 years who were recruited from senior high school. Participants were measured nutritional status, and asked to fill the mindful eating questionnaire (MEQ) to assess the mindful eating score. the sodium intake is obtained from repeated 24 hours food recall.
Result: There are 240 participants, consist of female (60.4%), with sodium intake is 1665.60 (76.1 – 3550.9) in mg/day. The mindful eating score is 2.69 ± 0.19. There is negatively significant correlation between mindful eating and sodium intake (β = - 0.14; p = 0.04). After adjusted with gender, mindful eating remains have a negatively significant correlation (β = - 0.13; p = 0.04).
Conclusion: Mindful eating had a negatively correlation with sodium intake in adolescents, a higher mindful eating, lower sodium intake.
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Hanny Aurelya Artha Mevia
"Kebiasaan makan dan gaya hidup merupakan efek kumulatif bagi remaja terkena risiko Non-Communicable Diseases (NCDs) di usia dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kebiasaan makan, gaya hidup, dan risiko Non-Communicable Diseases pada remaja Sekolah Menengah Atas (SMA) di DKI Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Pengambilan data penelitian menggunakan teknik non-probability sampling dengan metode convenience sampling. Sampel penelitian ini adalah 500 orang remaja SMA di DKI Jakarta usia 15-18 tahun. Penelitian ini dilakukan saat masa Pandemi Covid-19 dengan menerapkan protokol new normal. Penelitian ini menggunakan kuesioner Global School-based Health Status (GSHS). Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kebiasaan makan dan gaya hidup remaja secara keseluruhan di DKI Jakarta memiliki risiko yang buruk dengan ditunjukan bahwa masih tingginya persentase kebiasaan makan buruk (49%) dan gaya hidup buruk (45,4%) nilai ini mencapai hampir setengah dari seluruh responden remaja. Risiko tinggi remaja terkena NCDs menunjukan nilai yang hampir mencapai setengah dari total keseluruhan responden yaitu sebesar 40,6%. Rekomendasi pada penelitian ini adalah pentingnya pedoman kebiasaan makan, gaya hidup sehat untuk meningkatkan pencegahan risiko NCDs bagi remaja di usia dewasa.

Eating habits and lifestyle are cumulative effects for adolescents who are at risk of Non-Communicable Diseases (NCD) in adulthood. The aim of this study was to identify the prevalence of eating habits, lifestyle, and risk of Non-Communicable Diseases among Senior High School adolescents (SHS) in DKI Jakarta. This research is a quantitative study with a cross-sectional research design. Retrieval of research data using non-probability sampling techniques with convenience sampling method. The sample of this research is 500 high school adolescents in DKI Jakarta aged 15-18 years. This research was conducted during the Covid-19 pandemic by applying the new normal protocol. This study used a Global School-based Health Status (GSHS) questionnaire. From the results of the study, it was found that the eating habits and lifestyle of adolescents as a whole in DKI Jakarta have a bad risk by showing that there is still a high proportion of bad eating habits (49%) and bad lifestyle (45.4%) this value reaches almost half of all adolescent respondents. The high risk of adolescents affected by NCD shows a value that is almost half of the total respondents of 40.6%. Recommendations in this study are the importance of new eating habits, a healthy lifestyle to increase the prevention of NCD risk for adolescents as adults."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurkarti Azni
"Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular P2PTM ,merupakan salah satu Upaya Kesehatan Masyarakat esensial yang dilaksanakan olehPuskesmas. Akreditasi Puskesmas adalah bentuk program menjaga mutu dan bentukstandarisasi terhadap pelayanan Puskesmas agar dapat memberikan pelayananberkualitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dilakukan pada bulan April-Mei 2018, bertujuan untuk melihat pengaruh akreditasi terhadap kinerja puskesmaskhususnya pada Penyelenggaraan Program P2PTM.
Hasil penelitian, secara umum Output penyelenggaraan program P2PTM pada Puskesmas terakreditasi lebih baikdibandingkan Puskesmas belum terakreditasi. Kegiatan kemitraan dan dana ygbersumber dari masyarakat belum berjalan, Skrining Iva test dan CBE dan skrining DMmasih sekitar 5 , hal ini menunjukkan kurangnya partisipasi masyarakat dan kurangefektifnya pemberdayaan masyarakat. Komponen Input SDM, dana, sarana danpetunjuk Pelaksanaan belum memadai. Komponen Proses perencanaan P1 ,Pengorganisasian dan penggerakkan P2 pada Puskesmas terakreditasi lebih baikdibandingkan Puskesmas belum terakreditasi, P3 sudah berjalan walaupun belumoptimal di beberapa Puskesmas. Perlu meningkatkan kerjasama lintas sektor dan upayapemberdayaan masyarakat untuk mendukung Program P2PTM. Perlu mendorongPuskesmas untuk meningkatkan pennerapan Manajemen Puskesmas dan melakukanContiniously Quality Improvement untuk mencapai peningkatan kualitas sebagai tujuanutama Akreditasi Puskesmas.
he Non Communicable Disease NCD`s Prevention and Control Program is one ofthe essential Community Health Efforts implemented by the Puskesmas. Puskesmasaccreditation is a form of program to maintain the quality and form of standardizationto Puskesmas services in order to provide quality services. This research usesqualitative method, conducted in April May 2018, aim to see improvement ofperformance at puskesmas especially at NCD`s Prevention and Control Program.
Result of research, in general Output of program of implementation of NCD`s atPuskesmas accredited better than Puskesmas not yet accredited. Community basedpartnership and funding activities have not been implemented, Iva test and CBEscreening and DM screening are still around 5, indicating the community and thelack of effective community empowerment. Input components of human resources, facilities, funds, screening instruction implementation are not adequated. Componentsof Planning Process P1, Organizing and Moving P2 at Accredited Puskesmas betterthan Puskesmas not yet accredited, P3 has been run even though not optimal in somePuskesmas. Need to improve community empowerment to support NCD`s Preventionand Control Program. It is necessary to encourage the Puskesmas to improve theimplementation of Puskesmas Management and conduct Continuous Improvement ofQuality to achieve quality improvement as the main basis of Puskesmas Accreditation."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50058
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parinduri, Siti Khodijah
"Pada tahun 2015 kematian akibat PTM sebanyak 68 dan diproyeksikan di tahun 2030 meningkat menjadi 74 . Indonesia tahun 2013 berdasarkan data Riskesdas menunjukkan bahwa 69,6 dari diabetes melitus dan 63,2 dari hipertensi masih belum terdiagnosis. Upaya proaktif pemerintah ialah melalui pelaksanaan Posbindu PTM dimana menunjukkan jumlah kunjungan yang sangat berbeda di wilayah binaan Puskesmas Pasir Mulya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui lebih dalam gambaran manajemen, komunikasi, kemitraan dan inovasi dalam pelaksanaan Posbindu PTM dan faktor yang menentukan hasil evaluasi pelaksanaan Posbindu PTM. Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan metode wawancara mendalam, focus group discussion FGD, telaah dokumen dan observasi di dua Posbindu PTM dengan kunjungan tertinggi dan terendah pada masyarakat dengan karakteristik yang hampir sama. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen SDM menjadi faktor yang memberikan banyak kontribusi dalam pelaksanaan Posbindu PTM, kemudian komunikasi dan inovasi perlu didukung oleh kemitraan. Pelaksanaan Posbindu PTM didukung oleh optimalisasi faktor-faktor manajemen, komunikasi, kemitraan dan inovasi yang saling berkaitan dalam meningkatkan keberhasilan pelaksanaan.

By 2015 the deaths due to PTM are 68% and projected in 2030 to increase to 74%. Indonesia in 2013 based on Riskesdas data shows that 69.6% of diabetes mellitus and 63.2% of hypertension are still undiagnosed. The government's proactive efforts are through the implementation of Posbindu PTM which shows a very different number of visits in the target area of the Pasir Mulya Public Health Center. The purpose of this study is to know more in the description of management, communication, partnership and innovation in the implementation of Posbindu PTM and the factors that determine the results of the evaluation of the implementation of Posbindu PTM. This study is a qualitative study with in depth interviews, focus group discussions FGD, document review and observation at two Posbindu PTM with the highest and lowest visits to people with similar characteristics. The results of this study indicate that human resource management is a contributing factor in the implementation of Posbindu PTM, communication and innovation need to be supported by partnership. The implementation of Posbindu PTM is supported by the optimization of management, communication, partnership and innovation factors that are interrelated in improving the successful implementation. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elsi Novnariza
"Disabilitas merupakan indikator penting dalam perencanaan kesehatan. Lansiamerupakan kelompok yang memberikan kontribusi terbesar terhadap beban disabilitasyang ditimbulkan dimana penyakit tidak menular merupakan salah satu faktor risikoutama terjadinya disabilitas pada lansia. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui risikopenyakit tidak menular terhadap disabilitas pada lansia berdasarkan data Riskesdas tahun2013 Desain pada penelitian ini adalah cross-sectional. Sampel pada penelitian ini adalahseluruh lansia yang berhasil diwawancarai pada Riskesdas 2013 yaitu sebanyak 90.079orang lansia. Data dianalisis dengan regresi logistik multinomial. Persentase lansia yangtidak mengalami disabilitas 55.21. Lansia yang mengalami disabilitas lebih banyakpada kategori disabilitas sedang sampai sangat berat 27.04 dibandingkan padakategori disabilitas ringan 17.75. Risiko RRR untuk mengalami disabilitas ringanpada masing ndash; masing penyakit yaitu : PJK 2.0, Diabetes Perempuan :1.2 Laki ndash; laki:1.8, Hipertensi 1.2, Stroke 3.2, Gagal ginjal kronis 1.6, Penyakit sendi 1.8. Risiko RRR untuk mengalami disabilitas sedang sampai sangat berat pada masing ndash; masingpenyakit yaitu : PJK 2.4, Diabetes Perempuan: 1.5 ; Laki ndash; laki : 1.8, Hipertensi 1.2 ,Stroke 10.6, Gagal ginjal kronis 2.5, Penyakit sendi 2.0. Penyakit tidak menularberhubungan dengan peningkatan risiko disabilitas dimana stroke merupakan PTMdengan risiko untuk mengalami disabilitas tertinggi.

Disability is an important indicator of health planning. The elderly are the groups thatcontribute the most to the burden of disability which non communicable diseases is oneof the main risk factors for disability in the elderly. The aim of sthis study was to knowthe risk of non communicable diseases to disability in the elderly based on Riskesdas datain 2013.This study design was cross sectional. The sample in this study was all of elderlythat interviewed in Riskesdas 2013 90,079 elderly. Data were analyzed by multinomiallogistic regression. Percentage of elderly with none disability 55.21. Elderly withmoderate very severe disability category 27.04 and higher than elderly with milddisability category 17.75. The risk RRR for mild disability for each disease are CHD 2.0, Diabetes Female 1.2 Male 1.8, Hypertension 1.2, Stroke 3.2, ChronicRenal Failure 1.6, Disease joints 1.8. The risk RRR for moderate to very severedisability in each disease is CHD 2.4, Diabetes female 1.5 Male 1.8, Hypertension 1.2, Stroke 10.6, Chronic Renal Failure 2.5, joint disease 2.0. Non communicablediseases were associated with an increased risk of disability in which stroke was a Noncommunicabledisease with the highest risk for disability."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Wigati Ratna Sari
"Masuknya Penyakit Tidak Menular sebagai salah satu target dalam SustainableDevelopment Goals SDGs 2030,mengisyaratkan bahwa PTM secara global telahmendapatkan perhatian khusus yang menjadi prioritas nasional. Salah satu cara dalamprogram pengendalian PTM adalah melalui kegiatan Pos Pembinaan Terpadu Posbindu PTM. Puskesmas Kecamatan Setiabudi dalam menjalankan skrining melaluiPosbindu PTM menerapkan Permenkes No.43 tanu 2016 tentang standar pelayananminimal bidang kesehatan yaitu setiap warga usia 15-59 tahun mendapatkan skriningsesuai standar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yangberhubungan dengan pemanfaatan Posbindu PTM di wilayah kerja PuskesmasKecamatan Setiabudi Tahun 2018. Desain penelitian ini adalah cross sectional denganpendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini yaitu warga usia 15-59 tahun dengansampel 145 orang. Analisis data penelitian ini menggunakan uji Chi Square dan ujiRegresi Logistik Sederhana. Hasil penelitian adalah warga yang memanfaatkanPosbindu PTM sebanyak 57,9 . Variabel yang berhubungan dengan pemanfaatanPosbindu PTM adalah jenis kelamin p=0,026 OR=2,856, pekerjaan p=0,024 OR=2,382, pengetahuan p=0,010 OR=2,553, akses ke Posbindu PTM p=0,013 OR=2,748, ketersediaan sarana Posbindu PTM p=0,012 OR=2,567, dukungankeluarga p=0,037 OR=2,153, dukungan petugas kesehatan p=0,004 OR=2,825,dukungan kader p=0,000 OR=6,970, kebutuhan akan Posbindu PTM p=0,035 OR=2,397. Variabel yang paling dominan adalah dukungan kader OR= 4,680 95 CI2,2-10,8 . Kesimpulan penelitian ini adalah dukungan kader menjadi faktor yang palingdominan dalam pemanfaatan Posbindu PTM.

The introduction of Non Communicable Diseases as one of the targets inSustainable Development Goals SDGs 2030, suggests that PTM globally has gainedspecial attention which is a national priority. One of the ways in PTM control programis through Posbindu PTM. Public Health Center Setiabudi in running screening throughPosbindu PTM apply Permenkes No.43 in 2016 about minimum service standard ofhealth field that every citizen age 15 59 year get standard screening. This study is aimedat determining the factors associated with the utilization of Posbindu PTM in theworking area of Setiabudi Pubic Health Center in 2018. The design of study is crosssectional with quantitative approach. The population of this study is citizens age 15 59years with the samples are 145 people. The data analysis are Chi Square test and SimpleLogistic Regression test. Result of the study is the people who utilize active PosbinduPTM is 57,9 . Variables related to the utilization of Posbindu PTM that gender P 0.010 OR 2,382, knowledge p 0,010 OR 2,553, access to Posbindu PTM p 0,013 OR 2,784, family support P 0,037 OR 2,153, the support of healthworkers p 0,004 OR 2,825, cadre support p 0,000 OR 6,970, needs willPosbindu PTM p 0.035 OR 2,397. The most dominant variable is cadre supportOR 4,680 95 CI 2,2 10,8 . The conclusion is cadre support become the mostdominant factor in the utilization of Posbindu PTM."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50219
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afifah
"Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama. Salah satu pelayanan kefarmasian klinik yang dilakukan di Puskesmas adalah rekonsiliasi obat. Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien. Pasien Penyakit tidak menular (PTM) seperti stroke, penyakit jantung koroner, diabetes, hipertensi, penyakit paru obstruktif serta tumor payudara menjadi penyebab utama kematian pada segala umur di Indonesia. Rekonsiliasi obat dilakukan kepada pasien di Layanan PTM Puskesmas dilakukan karena beberapa alasan seperti perubahan terapi yang sering diterima oleh pasien serta mencegah terjadinya kesalahan pelayanan obat (medication error), seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis, atau interaksi obat. Proses rekonsiliasi obat pada pasien di Layanan PTM Puskesmas Kecamatan Ciracas dilakukan dengan melakukan pendataan pada setiap pasien yang menerima perubahan terapi. Data pasien kemudian dianalisis untuk melihat jumlah pasien Layanan PTM yang menerima rekonsiliasi obat serta kategori rekonsiliasi yang dilakukan. Berdasarkan hasil analis data pasien Layanan PTM (Penyakit Tidak Menular) di Puskesmas Kecamatan Ciracas periode November 2022 – Mei 2023 diketahui sebanyak 87 orang dari total 267 pasien (32,58 %) menerima perubahan terapi yang diketahui setelah dilakukannya rekonsiliasi obat. Alasan perubahan terapi tersebut dikategorikan karena adanya perubahan pada cara penggunaan obat (1,1 %), kenaikkan (48,9 %) atau penurunan dosis (3,3 %), penggantian obat baru (36,7 %), atau penghentian penggunaan obat (9,9 %) berdasarkan hasil keputusan Dokter.

Puskesmas is a health service facility that organizes public health efforts and first-level individual health efforts. One of the clinical pharmaceutical services performed at the Puskesmas is drug reconciliation. Drug reconciliation is the process of comparing treatment instructions with the drugs that patients have received. Patients with non-communicable diseases (NCDs) such as stroke, coronary heart disease, diabetes, hypertension, obstructive pulmonary disease and breast tumors are the leading causes of death at all ages in Indonesia. Drug reconciliation is carried out to patients in the Puskesmas NCD Service for several reasons such as frequent changes in therapy received by patients and preventing the occurrence of medication errors, such as drugs not given, duplication, dosage errors, or drug interactions. The drug reconciliation process for patients in the PTM Service of the Puskesmas of Ciracas District is carried out by collecting data on each patient who receives a change in therapy. Patient data was then analyzed to see the number of NCD Service patients who received medication reconciliation and the category of reconciliation performed. Based on the results of data analysis of NCD (Non-Communicable Disease) Service patients at the Ciracas District Health Center for the period November 2022 - May 2023, it is known that 87 people out of a total of 267 patients (32.58%) received changes in therapy known after drug reconciliation. The reason for the change in therapy was categorized as a change in the way the drug was used (1.1%), an increase (48.9%) or decrease in dose (3.3%), replacement of new drugs (36.7%), or discontinuation of drug use (9.9%) based on the doctor's decision.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Heni Asnah Nurjannah
"Puskesmas adalah fasilitas kesehatan tingkat pertama yang menjadi salah satu pilihan terdekat untuk mendapatkan layanan kesehatan. Puskesmas Kecamatan Kalideres memiliki beberapa pelayanan kesehatan, salah satunya adalah Poli Penyakit Tidak Menular (PTM). Pasien penyakit tidak menular pada umumnya memerlukan pengendalian kondisi yang lama atau pengobatan jangka panjang serta umumnya mendapatkan lebih dari satu macam obat. Kondisi ini menyebabkan pasien rentan mengalami Drug Related Problem (DRPs). Unit farmasi puskesmas bertanggung jawab terhadap pelayanan farmasi kepada pasien untuk memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping. Pada penelitian ini, dilakukan identifikasi pada lima pasien rawat jalan Poli PTM Puskemas Kalideres bulan Mei 2023 untuk mengetahui jenis dan angka kejadian DRP. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif dan penilaian DRPs dilakukan berdasarkan klasifikasi Hepler-Strand. Dari hasil kajian, jenis kejadian DRPs yang ditemukan meliputi dosis subterapetik (2), dosis berlebih (1), dan interaksi obat bersifat major (6).

Distrct health center is a first level health facility which is one of the closest options for getting health services. The Kalideres District Health Center has several health services, one of which is the Non-Communicable Diseases polyclinic. Patients with non-communicable diseases generally require long-term condition control or long-term treatment and generally receive more than one type of medication. This condition makes patients vulnerable to experiencing Drug Related Problems (DRPs). The pharmacy unit in district health center is responsible for providing pharmaceutical services to patients to maximize efficacy and minimize side effects. In this study, five outpatient with non-communicable diseases were identified at the Kalideres District Health Center in May 2023 to determine the type and incidence of DRP. Data collection was carried out retrospectively and DRPs assessment was carried out based on the Hepler-Strand classification. From the results of the study, the types of DRPs found included subtherapeutic doses (2), overdoses (1), and major drug interactions (6).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sitompul, Kurnia Agustina
"ABSTRAK
Pola asupan tidak sehat telah menjadi salah satu penyebab meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular. Penelitian sebelumnya menyatakan quercetin berperan sebagai antioksidan dengan membentuk radikal yang lebih stabil, namun penelitian tersebut terbatas pada suplemen dan bahan makanan tertentu, sehingga penelitian ini bertujuan melihat hubungan asupan quercetin dalam masakan terhadap kadar malondialdehida wanita suku Minangkabau dan Sunda. Penelitian dengan rancangan potong lintang dilakukan terhadap wanita berusia 19-50 tahun di Kabupaten Tanah Datar, Pariaman serta Tasikmalaya. Asupan quercetin wanita suku Minangkabau 14,4 11,6-18,5 mg/hari tidak berbeda dengan wanita suku Sunda 11,7 6,5-25,8 mg/hari. Kadar MDA wanita suku Minangkabau lebih rendah secara bermakna dibandingkan dengan suku Sunda dengan p

ABSTRACT
Unhealthy dietary pattern have become one of non communicable disease risk factor. Some previous study show that quercetin acts as antioxidant by forming more stable radical. However, quercetin research was limited in supplement form and specific source of food, therefore in this study we investigated relationship of quercetin on daily intake to malondialdehyde level of Minangkabau and Sundanese women. This is a cross sectional study to reproductive women aged 19 50 years old in Tanah Datar, Pariaman and Tasikmalaya. There is no significance difference of quercetin intake between Minangkabau 14,4 11,6 18,5 mg day and Sundanese women 11,7 6,5 25,8 mg day. This research find that MDA level of Minangkabau women was significantly lower than Sundanese p"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulita Rizqi Shafira
"Indonesia mengalami peningkatan beban penyakit tidak menular, salah satunya dari penyakit jantung koroner (PJK). Prevalensi PJK di Provinsi DI Yogyakarta mencapai 2% dan menjadi salah satu yang tertinggi di Indonesia. Prevalensi penyakit ini terus meningkat di Indonesia salah satunya disebabkan oleh tingkat urbanisasi yang tinggi. Tingginya tingkat urbanisasi di DI Yogyakarta menyebabkan pelimpahan aktivitas dan budaya perkotaan ke wilayah sekitarnya, sehingga masyarakat mengembangkan karakteristik seperti populasi perkotaan, tetapi karakteristik wilayahnya masih berupa perdesaan. Wilayah ini disebut sebagai wilayah semi-perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kejadian PJK pada populasi dewasa di wilayah semi-perkotaan Provinsi DI Yogyakarta tahun 2022 menggunakan data Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel penduduk berusia >18 tahun sesuai kriteria inklusi yang diolah menggunakan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil penelitian ini menemukan bahwa usia, hipertensi, diabetes melitus, dan merokok merupakan faktor risiko utama yang memprediksi kejadian PJK pada populasi dewasa wilayah semi-perkotaan Provinsi DI Yogyakarta tahun 2022. Sementara itu, penelitian ini menemukan faktor risiko riwayat PJK keluarga dan obesitas berhubungan negatif dengan kejadian PJK. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam penyusunan program dan kebijakan kesehatan terkait PJK dan dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya.

Indonesia is experiencing an increasing burden of non-communicable diseases, one of which is coronary heart disease (CHD). The prevalence of CHD in DI Yogyakarta Province reaches 2% and is one of the highest in Indonesia. The prevalence of this disease continues to increase in Indonesia, partly due to the high level of urbanization. The high level of urbanization in DI Yogyakarta causes the spillover of urban activities and culture to the surrounding area, so that the community develops characteristics such as urban population, but the characteristics of the area are still rural. These areas are referred to as semi-urban areas. This study aims to identify factors associated with CHD in the adult population in semi-urban areas of DI Yogyakarta Province in 2022 using Non- Communicable Disease Information System data from the Indonesian Ministry of Health. The design of this study was cross-sectional with a sample of residents aged >18 years according to the inclusion criteria processed using univariate, bivariate, and multivariate analysis. This study found that age, hypertension, diabetes mellitus, and smoking are the main risk factors predicting the incidence of CHD in the adult population of semi-urban areas of Yogyakarta Province in 2022. Meanwhile, this study found that the risk factors of family history of CHD and obesity were negatively associated with the incidence of CHD. These results are expected to be considered in the preparation of health programs and policies related to CHD and in their implementation of further research."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>