Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154998 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khalillah Lenggogeni
"Ekonomi adalah aspek yang paling berpengaruh dalam masyarakat. Keadaan ekonomi menjadi pertimbangan salah satu pertimbangan dalam memenuhi prestasi dalam perjanjian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti resesi ekonomi dapat dijadikan alasan pemutusan hubungan kerja akibat force majeure dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif. Keadaan perekonomian perusahaan yang kerap terpengaruh oleh pertumbuhan perekonomian negara sering kali menjadi salah satu faktor kenapa perusahaan harus melakukan pemutusan hubungan kerja. Pemutusan hubungan kerja tersebut dengan dalil terjadinya resesi ekonomi menimbulkan suatu permasalahan mengenai apakah situasi ketidakpastian ekonomi suatu negara dapat dijadikan suatu force majeure untuk para pengusaha melakukan pemutusan hubungan kerja mengingat mereka harus memprioritaskan keberlanjutan dan keberlangsungan perusahaan. Penelitian ini menemukan bahwa Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan perlu direvisi terutama tentang resesi ekonomi dapat dimasukkan sebagai alasan pemutusan hubungan kerja yang jelas standarisasinya.

The economy is the most influential aspect in society. The Economics situation is one of the considerations in fulfilling achievements in agreements. The purpose of this study is to examine the economic recession that can be used as a reason for termination of employment due to force majeure in Law No. 13 of 2003 concerning Manpower. This research is a normative juridical research. The state of the company's economy, which is often affected by the country's economic growth, is often one of the factors why companies have to terminate their employment. The termination of employment under the pretext of an economic recession raises a problem regarding whether the situation of economic uncertainty of a country can be used as a force majeure for employers to terminate employment considering that they must prioritize the sustainability and sustainability of the company. This research found that Law Number 13 of 2003 concerning Manpower needs to be revised, especially regarding economic recession, which can be included as a reason for termination of employment which is clearly standardized."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novega Rediana
"Penelitian ini membahas mengenai perlindungan pekerja/buruh atas Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang didasarkan atas tindakan efisiensi akibat Reorganisasi perusahaan. Reorganisasi/restrukturisasi adalah merubah tatanan atau struktur di suatu perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan meniadakan posisi sebuah jabatan. Adakalanya Reorganisasi dilakukan pada pekerja/buruh bukan karena posisi tersebut ditiadakan namun karena adanya faktor teknologi/digitalisasi di perusahaan
tersebut atau faktor adanya surplus/kelebihan karyawan. Pekerja/buruh yang terkena Reorganisasi lazimnya ditawarkan posisi lain di dalam Perusahaan. Apabila pekerja/buruh menolak atau tidak mendapatkan posisi lain, perusahaan dapat melakukan suatu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap pekerja/buruh tersebut dengan alasan efisiensi. Isu ini yang selalu mengiringi kekhawatiran para tenaga kerja yaitu mengenai keabsahan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atas tindakan efisiensi dan kesesuaian pemberian kompensasi berdasarkan ketentuan perundang-undangan sebagai bentuk perlindungan hukum yang diberikan perusahaan. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan alasan efisiensi terjadi pula pada PT Shell Indonesia. Penulis mencoba menganalisa kasus tersebut berdasarkan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia, agar diketahui pengaturan yang berlaku terkait Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) efisiensi akibat Reorganisasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berbentuk yuridis-normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Alat pengumpulan data yang akan digunakan adalah studi dokumen, bahan pustaka, dan pengamatan/observasi. Yang selanjutnya penulisan ini disebut sebagai Penulisan Hukum Normatif. Dalam rangka penyusunan skripsi ini, penulis akan melakukan penelitian kualitatif sehingga prosedur penelitian akan menghasilkan data yang bersifat deskriptif. Penulis menemukan bahwa dalam kasus ini, perusahaan betul mengatur mengenai Reorganisasi namun tidak dijalankan sesuai ketentuan Peraturan Perusahaan (PP) dan bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

This research discusses about the protection of labour from employment termination on basis of company eficiency. Reorganisation is changin the structure of a company. In this case, the company abolished a position of an employee. Sometimes reorganisation is enforce on employees not because the position is abolished but because of technology/digitalisation factor in the company or
surplus/excess employee factor. Employee affected by reorganisation are usually offered other positions within the company. If the employee refuses or does not get another position in the company, the company can terminate the employee by the reason of efficiency. The issue that worry the employee most is the legality of employment termination by the reason of such efficiency and the conformity of
compensation based on the laws and regulations as a form of legal protection by the company. The employment termination by reason of efficiency also happened in PT Shell Indonesia. The author will try to analiyze case based on the Indonesian labour act, to find regulation regarding termination of employment by the reason of Reorganisation. The method use by the author is a normative-juridical approach, namely the author is conducted with the literature research or secondary data. Data collection methods being used are documents review, literature, and observation. Hereinafter referred to as Normative legal research. With respect of this thesis, the author will conduct qualitative research, accordingly the research procedure will
result descriptive data. The author found that in this case, the company did have a regulation regarding Reorganisation but it has been not consistent with the provisions of the Company Regulation and contradicted with Law No. 3 of 2003
on Manpower.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Threea Meli Djuwita
"ABSTRAK
Pemutusan hubungan kerja secara sepihak yang terjadi dikarenakan perusahaan
mengalami kondisi keuangan yang buruk. Pemutusan hubungan kerja yang
dilakukan perusahaan menimbulkan perselisihan hubungan industrial yang terjadi
antara pengusaha dan pekerja. Perselisihan tersebut dapat diselesaikan dengan
penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang selama prosesnya di awasi
dengan Kementerian Ketenagakerjaan, sudah menjadi tugas dari penyelesaian
perselisihan hubungan indutrial untuk menyelesaiakan permasalahan yang terjadi
antara pengusaha dan pekerja. Pada penelitian kali ini penulis mengangkat
pengawasan Kementerian Ketenagakerjaan dalam penyelesaian perselisihan
pemutusan hubungan kerja antara PT. X dengan Pekerja Y. Adapun pada
penelitian ini teori yang digunakan adalah teori hubungan indutrial, pemutusan
hubungan kerja, dan pengawasan. Penelitian dilakukan dengan pendekatan
kualitatif melalui pengumpulan data sekunder dan primer. Kurangnya jumlah
pegawai pengawasan dan proses penyelesaian perselisihan PHK yang lamban
menjadi faktor hambatan selama prosesnya

ABSTRACT
Termination of employment by management of the company, usually caused by
financial difficulties of the company. The termination of employment by the
company usually follows by industrial dispute between the company and
employees. The dispute can be settled by the industrial relations dispute
settlement which controlled by the ministry of labor. This study focused on the
control of the ministry of labor, in the proceses of industrial relation dispute
settlement between management of PT. X and it?s employee (Y). The study uses
theories and concepts of industrial relation, work termination and control theory.
This study use qualitative approach, with data collection from primary and
secondary source. The study concludes that the lack number of employee to do
control and to process industrial dispute settlement, had become factors that
delayed the process."
2016
S62836
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Hendry Ardi
"Skripsi ini membahas mengenai pengaturan pemutusan hubungan kerja dengan alasan kesalahan berat. Ketentuan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh dengan alasan kesalahan berat dalam Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan telah dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat oleh Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dikarenakan dianggap telah melanggar asas praduga tidak bersalah dan konsep Due Process Of Law dalam hukum pidana. Tujuan dari penulisan skripsi ini untuk mengetahui keabsahan alasan Pemutusan Hubungan Kerja yang diajukan Pengusaha terhadap Pekerja/Buruh yang melakukan kesalahan berat yang berkualifikasi pidana pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No.012/PUU-I/2003 dan mengetahui kesesuaian pertimbangan hukum dari hakim dalam memberikan putusan. Dalam menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metode yuridis normatif yang merupakan penelitian hukum yang mengacu pada norma hukum sebagaimana terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Didalam penelitian ini, mengacu pada Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan serta peraturan terkait dengan pemutusan hubungan kerja. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kesalahan berat hanya dapat dijadikan sebagai dasar hukum untuk melakukan Pemutusan Hubungan Kerja, apabila terhadapnya telah ada putusan pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap.

This following undergraduate thesis is to discuss the regulation of termination of employment by reason of serious mistakes. Conditions of termination of employment of workers / laborers by reason of serious mistake in Labour Act No.13 of 2003 has been declared not legally binding by the Constitutional Court because the regulation of serious mistakes have violated the presumption of innocence and the concept of Due Process Of Law in criminal law. The purpose of writing this undergraduate thesis to determine the validity of the reason for the Termination of Employment in the proposed Employers to employees / workers who commit serious mistakes were qualified after the criminal Constitutional Court decision No.012 / PUU-I / 2003 and determine the suitability of the legal considerations of the judge in giving judgment , In preparing this undergraduate thesis, the author uses the method which is a normative legal research which refers to the rule of law as contained in the legislation. In this study, referring to the Labour Act No.13 of 2003 and the regulations relating to termination of employment. From the results of this study can be concluded that serious mistakes can only be used as a legal basis for doing layoffs, if there is a court decision against has already binding."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S63665
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Fazryah Ulfa
"Demosi merupakan sejenis sanksi/hukuman bagi pekerja/buruh yang prestasi kerjanya dinilai rendah oleh manajemen perusahaan, dimana dilakukan suatu pemindahan dalam suatu organisasi dari satu posisi ke posisi lainnya yang melibatkan penurunan kewenangan, tanggung jawab, status, fasilitas, bahkan gaji yang diperoleh oleh pekerja/buruh tersebut dari perusahaan. Adakalanya demosi dijatuhkan pada pekerja/buruh bukan karena prestasi kerjanya yang rendah, melainkan restrukturisasi departemen yang dilakukan perusahaan tempat pekerja/buruh bekerja. Apabila pekerja/buruh menolak penempatan barunya, perusahaan dapat melakukan suatu pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh tersebut.
Penulis mencoba untuk menganalisa kasus tersebut berdasarkan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia, agar diketahui pengaturan yang berlaku terkait pemutusan hubungan kerja akibat adanya demosi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah berbentuk penelitian yuridis normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Data yang diperoleh penulis adalah melalui penelitian kepustakaan dan wawancara dengan pejabat yang menjabat sebagai Kepala Seksi Pemberdayaan Penyelesaian Hubungan Industrial Secara Bipartit di Kementerian Tenaga Kerja. Penulis menemukan bahwa dalam kasus ini, perusahaan tidak mengatur mengenai demosi, sehingga keabsahan suatu demosi dalam putusan ini, tidak dapat dibenarkan. Suatu tindakan seperti demosi harus terdapat pengaturannya secara otonom, demi perlindungan pekerja/buruh.

A demotion is a compulsory reduction in an employee?s rank or job title within the organizational hierarchy of a company. Where usually involve a reduction of authority, responsibilities, status, facilities, and even payment. But, that usually not the case, a demotion could be imposed on a worker, whoses department within the company are going through a major restructuring. Because of that, a worker is demoted to a lower job title. If the worker refuse the demotion, the company could take action by terminating said worker.
The author will try to analiyze such case based on the Indonesian labour act, to find regulation regarding termination of employment as a result of a demotion. The method use by the author is a normative juridical approach, in doing so the author use data from literature. The legal data are obtain through literary research and interviews with the Head of Bipartite Settlement of Industrial Relations in The Ministry of Manpower of Indonesia. The author found in this case, that the demotion is not regulated by the company?s regulation. In such case, the demotion that are imposed by the company are not allowed. Because such action, requiered to be regulated autonomously to protect workers interest."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S65658
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Hendry Ardi
"Skripsi ini membahas mengenai pengaturan pemutusan hubungan kerja dengan alasan kesalahan berat. Ketentuan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh dengan alasan kesalahan berat dalam Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan telah dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat oleh Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dikarenakan dianggap telah melanggar asas praduga tidak bersalah dan konsep Due Process Of Law dalam hukum pidana. Tujuan dari penulisan skripsi ini untuk mengetahui keabsahan alasan Pemutusan Hubungan Kerja yang diajukan Pengusaha terhadap Pekerja/Buruh yang melakukan kesalahan berat yang berkualifikasi pidana pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No.012/PUU-I/2003 dan mengetahui kesesuaian pertimbangan hukum dari hakim dalam memberikan putusan. Dalam menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metode yuridis normatif yang merupakan penelitian hukum yang mengacu pada norma hukum sebagaimana terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Didalam penelitian ini, mengacu pada Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan serta peraturan terkait dengan pemutusan hubungan kerja. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kesalahan berat hanya dapat dijadikan sebagai dasar hukum untuk melakukan Pemutusan Hubungan Kerja, apabila terhadapnya telah ada putusan pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap.

This following undergraduate thesis is to discuss the regulation of termination of employment by reason of serious mistakes. Conditions of termination of employment of workers / laborers by reason of serious mistake in Labour Act No.13 of 2003 has been declared not legally binding by the Constitutional Court because the regulation of serious mistakes have violated the presumption of innocence and the concept of Due Process Of Law in criminal law. The purpose of writing this undergraduate thesis to determine the validity of the reason for the Termination of Employment in the proposed Employers to employees / workers who commit serious mistakes were qualified after the criminal Constitutional Court decision No.012 / PUU-I / 2003 and determine the suitability of the legal considerations of the judge in giving judgment , In preparing this undergraduate thesis, the author uses the method which is a normative legal research which refers to the rule of law as contained in the legislation. In this study, referring to the Labour Act No.13 of 2003 and the regulations relating to termination of employment. From the results of this study can be concluded that serious mistakes can only be used as a legal basis for doing layoffs, if there is a court decision against has already binding."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S63665
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Istiningsih
"ABSTRAK
Kedudukan Hukum dan Hak Tenaga Kerja Asing Akibat Pemutusan Hubungan Kerja Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Studi Kasus Disparitas Putusan Mahkamah Agung No. 115 PK/PDT.SUS/2009 dan No. 29 PK/PDT.SUS/2010 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 eksplisit menyebutkan bahwa TKA dapat dipekerjakan hanya dalam hubungan kerja untuk waktu tertentu. Namun demikian, penyimpangan ketentuan tersebut telah memunculkan adanya disparitas putusan Mahkamah Agung. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kedudukan hukum dan hak TKA yang diPHK, dapatkah berubah kedudukan hukumnya dari hubungan kerja waktu tertentu menjadi hubungan kerja waktu tidak tertentu berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 serta menganalisis dua putusan peninjauan kembali Mahkamah Agung yang pointnya memberikan pembedaan hak bagi TKA yang diPHK. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yang meletakkan hukum sebagai sistem norma dimana jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode kepustakaan yang bertumpu pada pengkajian data-data sekunder. Kesimpulan yang diperoleh yakni TKA terikat dalam hubungan kerja waktu tertentu dan jabatan tertentu, adanya pembatasan berupa perizinan serta untuk melindungi kesempatan bekerja bagi tenaga kerja Indonesia maka demi hukum kedudukan hukum TKA tidak dapat berubah menjadi hubungan kerja waktu tidak tertentu. Perbedaan hak bagi TKA yang diPHK disebabkan disparitas putusan Mahkamah Agung yang menyatakan hubungan kerja TKA tidak dapat berubah menjadi hubungan kerja waktu tidak tertentu sedangkan putusan lain menyatakan hubungan kerja TKA dapat berubah menjadi hubungan kerja waktu tidak tertentu. Kata Kunci: TKA, PHK, Hubungan Kerja.

ABSTRACT
Legal Position and the Right of Foreign Worker due to the Termination of Employment Based on Act No. 13 Year 2003 on Employment Case Study Disparities Decisions of the Supreme Court No. 115 PK PDT.SUS 2009 and No. 29 PK PDT.SUS 2010 Act No. 13 Year 2003 explicitly states that foreign worker may be employed only in certain time relations. The deviation of these provisions has led to the disparity decisions of the Supreme Court. The purpose of this study is to analyze the legal position and rights of foreign worker due to termination of employment, can it change the legal status from certain time to permanent working relations according to Act No. 13 Year 2003 and analyzing two Supreme Court decisions with the main idea are differentiate the rights of foreign worker due to termination of employment. This study uses normative legal research methods that put the law as a norm system where the type of data used from secondary data that are primary, secondary and tertiary legal materials. Techniques and methods of data collection are literature methods that based on the assessment of secondary data. The conclusion of this study is that foreign worker are bound in certain time relations, there are restrictions in the form of licensing as well as to protect the opportunities for Indonesian workers hence by law foreign workers can rsquo t be transformed into permanent working relations. The difference in the rights of foreign worker is caused by the disparity of the Supreme Court decision which states that the working relations of foreign worker can rsquo t be transformed into a permanent employment relations whereas other decisions states that the working relations of foreign worker may turn into a permanent working relations. Keywords Foreign Workers, Termination of Employment, Employment Relation"
Universitas Indonesia, 2017
T48882
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmaddiar Ibrahim
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja yang
melakukan penolakan mutasi. Dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku,
khususnya Undang-Undang Ketenagakerjaan, tidak diatur mengenai penolakan
mutasi sebagai salah satu alasan yang bisa digunakan pengusaha untuk melakukan
pemutusan hubungan kerja dengan pekerja. Bahkan, perihal mutasi itu sendiri tidak
diatur di dalam peraturan perundang-undangan mana pun. Hal tersebut
menimbulkan ketidakpastian hukum dalam pelaksanaannya. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini adalah pemberlakuan
pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja yang melakukan penolakan mutasi dan
alasan harus dijatuhkannya pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja yang
melakukan penolakan mutasi. Bentuk penelitian ini adalah yuridis-normatif yaitu
dengan cara menelaah norma hukum positif tertulis maupun tidak tertulis melalui
penelusuran kepustakaan dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian, diapat
disimpulkan bahwa terhadap pekerja yang melakukan penolakan mutasi, dapat
dilakukan pemutusan hubungan kerja dengan menggunakan pasal 161 ayat (1)
Undang-Undang Ketenagakerjaan atau pasal 168 Undang-Undang
Ketenagakerjaan, tergantung dari pengaturan yang ada di dalam perjanjian kerja,
perjanjian kerja bersama, atau peraturan perusahaan. Dapat disimpulkan juga,
bahwa pemutusan hubungan kerja tersebut perlu dilakukan untuk menjamin
kepastian hukum

ABSTRACT
This thesis discusses about the termination of employment towards workers who
refuse to transfer. In valid legislation, especially the Manpower Act (Act Number
13 Year 2003), refusal to be transferred is not stated as one of the reasons that can
be used by employers to terminate the employment of the workers. In fact,
regarding the transfer itself is not regulated in any legislation. This raises legal
uncertainty in its implementation. In this regard, the issues discussed in this thesis
are the enforcement of the termination of employment towards workers who refuse
to transfer and the reasons to terminate the employment of workers who refuse to
transfer. The forms of this research is normative juridical, which examines the
positive legal norms, written or unwritten, through literature study and interviews.
Based on the research results, it can be concluded that the workers who refuse to be
transferred, his or her employment can be terminated by using article 161 paragraph
(1) of the Manpower Act or article 168 paragrapgh (1) of the Manpower Act,
depends on the existing regulation in the work agreement, the collective work
agreement, or the enterprise rules and regulations. Also, it can be concluded that
the termination of employment needs to be done to ensure legal certainty;;"
Universitas Indonesia, 2016
S65493
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ernaldy Dwi Putra
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai pengaturan pemutusan hubungan kerja
oleh pengusaha/perusahaan serta pelaksanaanya dalam praktek sesuai dengan
Undang-Undang ketenagakerjaan dan peraturan terkait, serta implikasi terhadap
penyelesaian perselisihan hubungan industrial, dalam hal ini mediasi. Kasus yang
dipergunakan dalam penulisan skripsi ini ialah kasus pemutusan hubungan kerja
oleh PT. Indonesia Air Asia kepada seorang pegawai yang menjabat sebagai
pramugara akibat adanya tuduhan mengenai kesalahan berat yang dilakukan
pegawai, yakni mencuri dompet salah satu penumpang maskapai Air Asia, yang
dilanjutkan dengan menganalisa Putusan Mahkamah Agung No.63K/Pdt.Sus-
PHI/2015. Dalam tingkat pertama pengadilan negeri pada kasus ini, majelis hakim
menolak gugatan yang diajukan oleh pekerja PT Indonesia Air Asia tersebut dan
selanjutnya pekerja mengajukan permohonan kasasi di tingkat Mahkamah Agung.
Adapun didalam kasus ini, pemutusan hubungan kerja akibat kesalahan berat yang
dituduhkan PT Indonesia Air Asia kepada pekerja tidak terbukti. Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) merupakan salah satu jenis perselisihan hubungan
industrial yang tidak diinginkan oleh perusahaan maupun pekerja, dan dalam
kasus ini PT Indonesia Air Asia dalam proses penyelesaian perselisihan hubungan
industrial nya terhadap pekerja juga tidak sesuai. Dalam menyusun skripsi ini,
penulis menggunakan metode yuridis normatif yang merupakan penelitian hukum
yang mengacu pada norma hukum sebagaimana terdapat dalam peraturan
perundang-undangan. Didalam penelitian ini, mengacu pada Undang- Undang
No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang No. 2 Tahun
2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial serta peraturan
terkait dengan pemutusan hubungan kerja dan proses penyelesaian nya

ABSTRACT
This undergraduate thesis discusses the regulation of termination of employment
by the employer and its implementation in accordance to the Act 13 of 3003 about
Labor Law and other related regulations, as well as the implication to the
industrial relation dispute settlement, in this case, mediation. The case that is used
in the writing of this thesis is termination of employment by PT. Indonesia Air
Asia to an employee working as flight attendant due to a serious mistake
accusation given to the employee, which is stealing of a wallet belongs to an Air
Asia?s passenger, followed by analyzing Supreme Court?s Decision no.
63K/Pdt.Sus-PHI/2015. On the Public Court in this case, the judges rejected the
lawsuit that was submitted by the worker, and as a result, the worker submitted a
cassation to the Supreme Court. In this case, the termination of employment due
to serious mistake that is accused by PT. Indonesia Air Asia to its worker was not
proven and fall under the category of serious mistakes. The termination of
employment is one of the industrial disputes that are unwanted by the employer as
well as the worker, and in this case, the industrial relation dispute settlement
process between PT. Air Asia and its worker was not in accordance with the
regulations. In the writing of this thesis, the author uses normative method that
refers to the regulations, which in this case, Act 13 of 2003 about Labor Law, Act
2 of 2004 about Industrial Relations Disputes Settlement, as well as other
regulations related to the termination of employment and settlement process."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munthe, Stephanie I.R.M.
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai pengaturan mogok kerja dalam peraturan
perundang-undangan serta penerapannya dalam praktik berdasarkan Putusan PHI
Bandung No. 12/G/2010/PHI/PN.BDG dan Putusan Kasasi No. 802
K/Pdt.Sus/2010. Mogok kerja merupakan hak asasi pekerja/buruh yang digunakan
sebagai sarana untuk menghimpun kekuatan guna meningkatkan posisi tawar
menawar (collective bargaining power) mereka dalam upaya menekan pengusaha
agar memenuhi tuntutan-tuntutan pekerja/buruh. Mogok kerja juga digunakan
untuk menyeimbangkan posisi tawar menawar (bargain position) pekerja/buruh
yang lebih lemah dibandingkan pengusaha. Dengan demikian, mogok kerja dapat
dipandang sebagai ajang pekerja/buruh untuk adu kekuatan dengan pengusaha
agar tuntutan-tuntutan mereka dipenuhi. Mogok kerja diatur dalam peraturan
perundang-undangan agar dapat dilaksanakan secara sah, tertib, dan damai. Akan
tetapi, pada pelaksanaannya, mogok kerja tidak selalu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku sehingga kerap menimbulkan perselisihan
PHK yang merugikan pekerja/buruh. Penelitian ini adalah penelitian yuridis
normatif dengan pendekatan kualitatif dan pengumpulan data melalui studi
pustaka. Adapun hasil dari penelitian ini adalah PHK dengan kualifikasi mangkir
sebagai akibat hukum dari mogok kerja yang tidak sah, hanya dapat dilakukan
apabila pengusaha telah memanggil pekerja/buruh secara patut dan tertulis, untuk
kembali bekerja, sebanyak 2 (dua) kali dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari kerja.

ABSTRACT
The focus of this following thesis is discussing about the arrangements legislation
of strike and its implementation based on Case of Bandung Employment Court
Decision No. 12/G/2010/PHI/PN.BDG and Cassation Court Desicion No. 802
K/Pdt.Sus/2010. Strike is a fundamental right of workers/labors that is used for
gathering the strength to improve collective bargaining power of workers/labors
as the effort to suppress their employers to meet the demands of the
workers/labors. The strike is also used for balancing the bargain position of
workers/labors which are relatively weaker than their employers. Thus, the strike
can be viewed as a phase for workers/labors to contest the bargaining power
towards employers so their demands will be fulfilled. The strike is regulated in the
legislation to be implemented legally, orderly, and peacefully. However, in
practice, strikes are not always in accordance with the legislation and led to
termination of employment disputes that detrimental to workers/labors. This
research is a juridical-normative research with qualitative approach and collecting
data through documentary study. The result of this study is termination of
employment which is based on the absence of the workers/labors as the legal
consequences of illegitimate strike it can only be done if the employer had called
workers/labors properly and written, to return to work, for 2 (two) times within 7
(seven) working days."
2017
S65981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>